Masih berada di luar kapal. Elena masih memperhatikan laut terkadang ia menoleh ke hutan monster. ia sedang berpikir apakah tidak apa-apa jika hanya turun dari kapal.
Ia ingin merasakan pasir yang berada di pinggiran pulau. simpul saja ia sedang bosan dan ingin bermain sesuatu yang menarik.
"Jika hanya turun kapal tidak apa-apa kan? . lagian juga tidak ada yang melihat karena mereka lagi berada di kedalaman hutan" Elena sedikit berpikir. ia pun mengambil keputusan untuk turun dari kapal.
dup ...
Elena telah turun, sekarang Elena menyentuh pe pasiran yang ada di dekat betis nya.
***
kakek Hai beserta yang lainnya masih berada di kedalaman hutan bahkan sekarang sudah hampir memasuki pertengahan hutan. kali ini suasana beserta pemandangan nya berubah beberapa derajat dari pada awal mereka memasuki hutan monster.
terlihat pohon yang lebih tinggi daripada tadi. sampai-sampai sinar matahari nya terhalang oleh pepohonan yang tinggi. beberapa kulit pohon telah terkelupas sebagian. mungkin, karena usia nya telah tua.
"ke ... kenapa pepohonan di sini terlihat menyeramkan?" Cia agak tergagap ketika melihat suasana di sekitar nya.
"benar, apakah kita tidak salah jalan?" Yaya mempererat pegangan nya kepada Cia karena saking ketakutan nya. ketika cahaya matahari tidak terlalu menerangi, Yaya mengambil inisiatif untuk memegang baju Cia.
"tidak, ini sudah jalan nya. sebentar lagi kita akan sampai tujuan" kakek Hai mengabaikan tingkah laku ketakutan mereka, justru sekarang ia sedang tidak sabar untuk melakukan pengorbanan.
"ya, benar kata bos Hai. tenang saja di sini tidak ada hewan buas atau apapun" anggota kakek Hai sedikit menenangkan kedua gadis yang sedang ketakutan.
"lalu ... mengapa pulau ini di berikan nama pulau monster?" seorang gadis berwajah tenang sedikit bertanya. siapa lagi kalau bukan Clara. hanya ialah yang dari tadi masih bisa tenang walaupun suasana sekitar nya mulai berubah beberapa menit yang lalu.
"pertanyaan yang bagus, itu karena ... "
trek ...
"siapa itu" suara pijakan ranting terdengar, hal itu membuat mereka menghentikan perjalanan nya sebentar.
"aku tidak sengaja menginjak ranting" Cia mengaku. jarak nya agak sedikit jauh dari para anggota kakek Hai.
"sudah ku bilang jangan terlalu jauh dari ku" kakek Hai sedikit mengeraskan suara nya.
"Maaf, aku sedikit ketakutan dan menghentikan langkah ku" jika di lihat lebih jelas mungkin Cia tidak terlalu suka sama kegelapan. hampir sama seperti Yaya yang menempel di dekat nya.
"tenang saja, tidak bakalan ada monster. mari ikuti aku" kakek Hai berbalik badan, ia pun melanjutkan langkah kaki nya ke pedalaman.
"sial, ku kira tadi Elena mengikuti kami. mengejutkan saja" batin kakek Hai sedang agak kesal.
***
perkiraan kakek Hai ternyata kurang lebih hampir terjadi. sekarang Elena telah berada tempat awal masuk hutan monster.
"jika tidak terlalu jauh dari kapal tidak apa-apa kan?, lagian juga aku nanti akan balik sendiri" ia pun sedikit demi sedikit memasuki hutan tersebut. Sebenarnya Elena orang nya ngotot, keras kepala dan suka sama hal yang menarik.
"wah ... ternyata sebagus ini di dalam nya. lumut ini bahkan sangat lembut, sinar matahari nya membuat pandangan lebih luas dan jelas" Elena menyentuh kulit pohon sembari melihat lumut-lumut yang ada di permukaan tanah.
"indah nya ... jika ibu di sini pasti dia akan senang" sesekali ia melepaskan alas kaki nya sembari menginjak lumut. Ketika ia melakukan hal itu Elena melihat sebuah jejak kaki anak kecil yang mengarah ke suatu tempat.
"hmm, seperti nya ini jejak kaki mereka. ini mengarah ke sana. boleh kan jika ku ikutin dan melihat nya sebentar" Elena pun mengambil langkah dan mengikuti pola jalan jejak kaki yang di tinggali salah satu teman nya.
***
tempat pria tua bungkuk yaitu kakek Hai. mereka saat ini masih berjalan pelan. Cia dan Yaya telah lelah beserta takut melihat pemandangan sekitaran nya yang hanya ada pohon tua.
"kakek Hai ... kapan kita sampai?" Cia memberanikan diri untuk bertanya, Yaya di sebelah nya ikut mengangguk.
kakek Hai hanya berdiam diri begitu juga 3 anggota yang lainnya, hal itu ingin membuat mereka bertanya lagi.
"kakek Hai, kita ... "
"kita sudah sampai. sebelum mereka menjawab kakek Hai telah mengatakan sesuatu. tampak wajah mereka semakin ketakutan ketika melihat sesuatu yang terbuat dari batu. bentuk nya seperti rupa ular yang siap menerkam mangsa nya.
Bagian mulut dan gigi nya juga terlihat sangat jelas, hawa tempat beserta cahaya matahari yang tidak terlalu menerangi menambah kesan mengerikan jika menatap patung batu ular tersebut.
sebuah lingkaran merah juga ada di bawah patung ular. bahkan semua bagian tubuh nya berada di dalam lingkaran tersebut.
"ini alasan kenapa pulau ini di namakan pulau monster, paham kan kalian? walaupun hanya melihat nya saja"
"ya, kami paham" Clara yang dari tadi berdiam diri sekarang bicara.
"jadi ... apa tujuan kita kesini?" tanya balik Clara.
"kalian bertiga maju lah ke lingkaran merah itu. ambil ini dan teteskan darah kalian ke tubuh ular. Hal itu untuk menghormati pelindung air di wilayah aquari" pria tua bungkuk melemparkan sebuah pisau ke lingkaran merah.
"patung ular itu adalah pelindung wilayah aquari, setiap beberapa bulan sekali akan memerlukan tetesan darah dari sang pemilik tanda lahir air yang masih kecil" kakek Hai memerankan akting untuk mengakali ketiga wanita muda.
"me-mendekat? ular itu tidak hidup kan?" Cia masih ketakutan. tangan nya bergetar begitu juga Yaya yang berada di sebelah nya.
"tenang saja, ular itu tidak akan memakan kalian ataupun menelan. jadi ... cepatlah masuk dan teteskan darah kalian"
"paling hanya akan membuat kalian menjadi mayat" ucap kakek Hai di dalam hati nya.
"Tapi ... " sebenarnya Cia masih ketakutan dan tidak mau menuruti perkataan kakek Hai. namun, perkataan nya di potong begitu saja.
"apakah perlu ku bantu?" kakek Hai menatap nereka dengan tajam, terdapat aura penindasan jika terlalu lama menatap mata nya.
Cia dan Yaya di buat ketakutan ketika melihat tatapan kakek Hai. mereka secara cepat memasuki wilayah lingkaran merah. Clara masih terdiam di tempat.
"apakah kau mendengar ucapan bos Hai?. mengapa masih di luar lingkaran?"
sejenak Clara menatap acuh tak acuh menghadap kakek hai. ia pun berbalik dan memasuki lingkaran merah.
Cia pun mencoba memungut pisau yang telah terjatuh di tanah. tangan nya sedikit merinding ketika hendak mengambil nya. kaki nya bergetar hebat.
"wahai pemilik mana ... berikan aku kekuatan logam dan bentuk lah ke rupa pedang" ketika pisau itu hampir terambil kakek Hai membaca sebuah mantra walaupun tidak terlalu kedengaran. sebuah pedang tiba-tiba muncul di tangan nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Denzel Fernan
ckckckck beliau ini🙄
2023-01-22
1
suka novel
lagi
2022-11-01
0
pecinta novel ><
up
2022-11-01
0