Rhadika tersenyum mengejek ke arah Camella. "Cih, lowongan? Kau berharap terlalu tinggi," seru Rhadika di barengi dengan tatapan datarnya.
Namun wajah Camella justru senang bukan main. Benarkah?" tanya Camella. Shine hanya menatap datar, dia paling tidak suka jika harus bicara untuk yang kedua kalinya.
"Berikan aku waktu selama sehari, aku akan memikirkan semua ini dengan matang-matang," putus Camella pada ujungnya.
"Aku memberikan mu waktu 2x 24 jam," jawab Shine lalu berdiri. "Kemana?" tanya Rhadika karena perhatiannya di alihkan oleh tingkah putranya.
"Ke kamar mandi."
Clasy langsung bangkit dari duduknya dan beranjak mengikuti langkah kaki ank kecil itu, meskipun sudah di larang sebelumnya karena sikap sok dewasa anak itu, Clasy yang sudah lama merawat Shine tetap merasa khwatir dan tetap mengikuti anak itu dari belakang.
Saat ini, yang tinggal di meja itu adalah Camella dan Rhadika. Camella yang sebelum-sebelumnya selalu tersenyum, saat ini wajahnya sudah datar tanpa ekspresi. Di katakan meniru ekspresi nya, tentu tidak, wanita itu begitu lincah mempermainkan raut wajahnya.
"Kenapa?" tanya Rhadika karena tatapan tajam wanita itu.
"Ck, Rhadika Browns," seru Camella berdecak. Dia menatap tidak suka pada Rhadika.
Entah mengapa Rhadika merasakan ada satu trik yang sedang di mainkan oleh wanita di depannya. Baik di depan putranya tapi menjilat di belakang anak kecil itu.
"Ck, sepertinya kau ingin bermain-main dengan ku bit*ch," seru Rhadika dengan tatapan tajamnya.
"You are so funny Tuan Rhadika. Bermain apa maksud mu?" tanya Camella masih setia dengan wajah datarnya.
"Apa maksud mu menggoda ku dengan kaki liar mu sebelumnya?"
"Hmmm," Rosaline terlihat berdiri dan bangun dari duduknya. Dia berjalan ke arah kursi Rhadika.
"Bukankah kamu memiliki seorang istri yang sangat kamu cintai? Ralat, almarhum istri," seru Camella tersenyum smirk.
"Rosaline Browns, apakah itu nama dari mommy putra mu. Upss, salah, sebentar lagi aku lah yang akan menjadi mommy dari anak kecil itu," seru Camella tersenyum ceria.
Rhadika mengepalkan tangannya karena sikap tidak sopan dan keberanian wanita itu menyebut nama istrinya. Bahkan wanita itu dengan beraninya membuka mulut untuk menggantikan posisi istri kecil tercintanya.
Dia bangkit berdiri dan menarik tangan kecil Camella. Dia menarik tangan wanita itu ke dalam mobilnya. Camella menurut saja, meskipun di tarik dengan kasar wanita itu menurut saja dan ingin melihat apa yang di lakukan oleh pria itu.
Rhadika membawa Camella ke salah satu hotel. Bukannya merasa senang, namun Camella menjadi takut karena dia berpikir di luar batas kendali pikirannya bahwa Rhadika akan melakukan sesuatu pada dirinya.
Rhadika melihat raut wajah ketakutan wanita itu. "Kenapa, apa begini wujud seorang ******* akan menjadi seperti ini ketika akan di ajak bermain? Cih, aku sungguh jijik melihat wanita seperti mu," seru Rhadika.
Setelah sampai di pintu hotel, Rhadika memarkirkan mobil itu begitu saja, dengan kasar Rhadika menarik tangan Camella.
"Lepaskan, untuk apa kau bawa aku ke sini?" tanya Camella sambil memukul kecil tangan Rhadika di depan orang banyak termasuk para staf hotel.
Camella sudah tau sebelumnya ketika melihat hotel itu, karena dia juga pernah sebelumnya ke sini. Dia terlihat seperti wanita lemah yang sedang di paksa untuk melayani Rhadika.
Tidak terlihat seperti sugar Baby, namun Camella dari sisi wajahnya bisa di katakan imut, lembut dan penyayang.
Dika memasuki lift, namun tangan wanita itu tetap tidak di lepaskan. Di pegang dengan erat dan begitu kasar.
Setelah sampai di depan kamar suite room, Rhadika menekan kunci pin dari pintu. Camella terlihat tersenyum tipis melihat kode angka yang di tekan oleh Rhadika. "Ternyata masih sama," batin Camella.
Rhadika menarik tangan Camella dengan kasar dan mencampakkan wanita itu ke arah tempat tidur dengan kasar.
Dia terlihat membuka satu persatu kameja formalnya. "Hahaha, Rhadika sialan, apakah serendah itu rasa cinta mu pada nyonya Rosaline hingga kau tidak tahan dan ingin cepat meniduri ku?" tanya Camella. Dia merapikan seluruh pakaiannya dan berpose seksi di depan Rhadika layaknya seorang wanita penghibur.
Rhadika tersenyum tipis mendengar pertanyaan wanita itu. "Tikus kecil harus di basmi dengan trik licik ular bukan?" batin Rhadika.
Dia benar-benar salut akan permainan yang sedang di mainkan oleh wanita itu. Rhadika melanjutkan acar buka bajunya hingga bagian otot perut kotak-kotaknya terlihat begitu menantang.
Rhadika tersenyum smirk ke arah Camella. Wanita itu masih terlihat begitu tenang. Dia tetap pada keadaannya sebelumnya.
"Apa kau berharap aku sudah melupakan istri ku? Bagaimana jika kita berdua memulainya dari sekarang?" seru Rhadika. Wajah dinginnya kini terpasang begitu jelas dan tatapan tajamnya begitu membuat siapapun akan takut seperti melihat iblis, namun tidak dengan Camella.
Wajah Rhadika begitu bertolak belakang dengan posisi pria itu saat ini.
Jangan lupa like nya 😊👍 Horas ✋
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
epifania rendo
aku yakin ros
2023-05-03
0
宣宣
disini Author dah kasih klu kah kalau Camella adalah Ros🤔🤔🤔
2022-11-05
2
Tati Prabowo
camelia dalah rose ... dia datang untuk menuntut balas sama dika iyakan thor
2022-10-26
1