“Sepertinya Michele seperti kamu. Dia akan berubah kalau ada pria yang mencintainya dengan tulus dan mampu mengubah penampilannya.” Ucap Xander setelah kepergian Michele.
Silvia tampak terdiam meresapi ucapan suaminya. dan memang benar adanya. Semasa mudanya dulu penampilan dirinya juga bisa dikatakan hampir sama dengan putri sulungnya itu. Selalu menggunakan pakaian ketat saat bekerja. Hingga akhirnya bertemu dengan sang suami. pria yang awalnya ia kira juga akan terpesona karena penampilannya, ternyata salah. Xander adalah pria yang tulus mencintainya dan mampu mengubah penampilannya itu. Ya, walau masih banyak lika-liku dalam perjalanan cintanya. Dan semua itu ada di novel author yang berjudul “Suami Kedua”.
“Semoga saja ada pria yang mampu mengubah penampilan Michele. Termasuk menghilangkan sifat pembangkangnya.” Sahut Silvia.
“Sayang, kalau sifat seseorang itu bawaan dari lahir dan tidak bisa dihilangkan. Mungkin hanya bisa diminimalisir.” Ucap Xander.
Lagi-lagi Silvia membenarkan ucapan suaminya. dan sifat pembangkang Michele itu juga kemungkinan dampak dari kedua orang tuanya sendiri yang sejak kecil selalu memanjakannya. Sifat Michele sangat berbeda dengan sang adik, Celine. Celine justru menjadi anak yang sangat mandiri dan penurut pada orang tua. Meskipun saat ini Celine sedang tinggal di luar negeri bersama Omnya dan bekerja di perusahaannya.
“Ya sudah, aku berangkat dulu. Jangan lupa nanti ke kantor untuk membawakan makan siang untuk suamimu yang tampan ini.” ucap Xander.
Silvia hanya tersenyum tipis lalu mencium tangan suaminya dengan takzim.
***
Di hari yang sama dan di tempat yang sama, saat ini Ken sedang mengantri untuk melamar pekerjaan di perusahaan milik Xander. Meskipun di perusahaan itu hanya membutuhkan seorang Office Boy, nyatanya yang melamar juga banyak. Hal itu dikarenakan gaji yang diberikan oleh perusahaan sangat menggiurkan siapapun.
Mungkin ada sekitar dua puluh orang yang ikut berdiri mengantri untuk memberikan surat lamaran itu. Karena perusahaan juga membutuhkan tenaga Office Boy dengan segera, akhirnya pihak HRD langsung menyeleksi semua pelamar dengan melakukan wawancara hari itu juga.
Satu per satu pelamar dipanggil. Dan semuanya membawa ijazah lulusan sekolah menengah atas. Sejak tadi tampaknya pihak HRD belum menemukan kandidat OB yang cocok. Hingga akhirnya nama terakhir dipanggil untuk segera masuk.
“Saudara Ian!”
Pria yang dipanggil Ian yang tak lain adalah Ken, segera masuk ke dalam ruangan itu. Namanya memang Ian. Hanya orang-orang tertentu dan yang kenal dekat dengannya saja yang memanggil Ken.
Ken menjawab setiap pertanyaan yang dilontarkan oleh pihak HRD dengan tenang. Dia juga menyatakan kesanggupannya untuk bekerja di perusahaan itu dengan digaji berapapun dia mau. Tampaknya pihak HRD juga sangat puas dengan jawaban Ken dibandingkan pelamar lainnyan yang sudah masuk. Setelah cukup sesi wawancaranya, Ken diminta untuk keluar terlebih dulu, dan semua pelamar diminta untuk menunggu hasilnya.
Sesuai dengan hasil kesepakatan, akhirnya Kan lah yang diterima menjadi Office Boy di perusahaan itu. Pelamar lainnya yang menunggu tampak kecewa. Tapi mereka juga menyadari kalau untuk bisa bekerja di perusahaan itu sangatlah sulit. Walaupun hanya sebagai OB.
Sedangkan Ken terlihat biasa saja. tidak ada raut bahagia yang berlebihan karena telah diterima kerja di perusahaan itu. Karena baginya yang penting dapat pekerjaan. Kalaupun tadi tidak diterima, dia akan mencari lowongan di tempat lain.
Saat ini ken memasuki ruangan HRD. Dia berhadapan dengan orang-orang yang tadi melakukan sesi wawancara dengannya. Ken diberi seragam kerja dan besok dia sudah langsung memulai bekerja.
“Selamat, Ian! Semoga kamu betah bekerja di sini. besok pagi sebelum memulai pekerjaan kamu, datanglah ke sini dan temui saya. saya akan menjelaskan beberapa hal padamu dan di bagian mana kamu akan bekerja.” Ucap Kepala HRD.
“Baik, Pak. Terima kasih banyak. Kalau begitu saya pamit undur diri.” Ucap Ken sambil menjabat tangan pria paruh baya yang sedang duduk di hadapannya.
**
Sementara itu di lantai enam perusahaan tampak Michele sedang berkutat dengan beberapa dokumen yang baru saja diberikan oleh Papanya. Jabatan Michele adalah sebagai wakil presdir, dimana presdirnya adalah Papanya sendiri.
Michele memijit keningnya yang terasa berdenyut. Di saat siang seperti ini rasa kantuk sudah mulai menyerangnya. Namun pekerjaan sangat menumpuk. Seperti biasa, ia segera meraih gagang telepon untuk menghubungi salah satu OB yang selalu bertugas khusus melayaninya. Dan OB itu selalu standby di pantry menunggu titah dari putri sulung presdir.
“Pak Adnan, buatkan kopi seperti biasa buat saya. cepat ya, Pak!” ucap Michele melalui sambungan telepon kantor.
Tak lama kemudian terdengar suara ketukan pintu dari luar sebelum akhirnya pintu itu terbuka, karena Michele mempersilakannya masuk.
“Ini Non kopinya. Seperti biasa, kopi satu sendok dan gulanya dua sendok.” Ucap pria berusia lima puluh lima tahun itu.
“Terima kasih banyak Pak Adnan.” Jawab Michele sambil mengulas senyum pada pria itu.
Michele segera menyruput kopi yang masih panas itu. Rasanya sangat plong. Bahkan kepanya yang sejak tadi pusing, perlahan reda hanya dengan mencium aroma kopi buatan Pak Adnan.
“Kenapa Pak Adnan masih di sini?” tanya Michele heran saat melihat OB itu masih berdiri dan tak kunjung keluar dari ruangannya.
“Maaf Non Michele. Ada yang ingin saya sampaikan pada Non.” Ucap Pak Adnan dengan lirih.
“Ada apa, Pak?”
“Hari ini adalah hari terakhir saya bekerja sebagai OB di perusahaan Tuan Xander. Besok saya harus segera pulang kampung karena istri saya sedang sakit keras. Maafkan say ajika selama menjadi OB khusus Nona Michele banyak membuat kesalahan.”
Michele sangat terkejut mendengarnya. Bahakan tanpa sadar ia menitikan air matanya. namun ia tidak bisa berbuat banyak. Usia Pak Adnan juga sudah tua. Dan istrinya yang di kampung pastinya menginginkan sang suami untuk pulang.
“Pak Adnan sama sekali tidak pernah melakukan kesalahan pada saya. justru saya yang selalu cerewet. Maafkan saya juga ya, Pak? Semoga istri Pak Adnan segera diberi kesembuhan. Dan ini sedikit pemberian dari saya semoga cukup untuk ongkos Pak Adnan pulang.” ucap Michele sambil memberikan amplop yang sudah ia isi dengan beberapa lembar uang ratusan ribu.
Pak Adnan sempat menolaknya, tapi Michele tetap memaksa. Akhirnya pria itu menerimanya dan mengucapkan beribu terima kasih pada putri presdir yang sangat baik hati itu.
“Saya permisi dulu, Non. Semoga OB baru yang menggantikan saya besok cocok dengan anda.” Ucap Pak Adnan sebelum keluar dari ruang kerja Michele.
.
.
.
*TBC
Happy Reading‼️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Mping 🌸
kayanya ken bakalan cinlok sama misele ni😀
2022-11-03
2
ikoh zia
wah 3 kaya nya jd oB khusus misele deh pucuk di cinta dan ulampun tiba selamt sel pepet terus si ian nya kalau jual mahal minta diskon gitu
2022-10-19
0
Sri Fauziahanwar
michele walaupun keras kepala tpi baik hati
2022-10-06
0