“Oh itu. itu, Pa. tadi Michele hanya menunggui Ian mengganti kran air di kamar mandi ruangan Michele.” Jawab Michele dengan gugup.
Xander mengerutkan kening mendengar jawaban Michele. Mengapa anaknya sampai susah-susah menunggui OB memperbaiki kran air.
“Ian siapa, Pa?” tanya Silvia karena sangat penasaran.
“Oh dia OB baru pengganti Pak Adnan. Lalu kenapa kamu harus susah payah menunggui Ian, Chel?” Xander kembali bertanya pada Michele.
Michele tadinya hendak kabur menghindari pertanyaan Papanya. Namun ternyata Xander kembali menanyakan alasan dirinya menunggui Ken.
“Oh, itu Pa. ehm, Papa tahu sendiri kan kalau Michele ini orangnya sangat perfeksionis. Michele nggak mau nanti kran air itu masih belum beres. Jadi, ya Michele ingin memastikan saja apakah pekerjaan Ian sudah benar.” Jawab Michele sedikit terbata.
Silvia dan Xander hanya menganggukkan kepala saat mendengar alasan Michele. Setelah dirasa beres dan tidak ada masalah, akhirnya Michele memutuskan untuk masuk ke kamarnya.
“Oh ya sudah kalau begitu. Kirain Mama kamu kencan dengan OB baru itu. tidak mungkin juga kan. Masa calon presdir mempunyai kekasih OB.” Ucap Silvia cukup menohok dan berhasil meghentikan langkah Michele.
“Iya. Nggak mungkin lah, Ma. Ya sudah Michele masuk dulu ke kamar.” pamit Michele kemudian.
Sesampainya di dalam kamar, Michele langsung menghempaskan tubuhnya di atas kasur. Entah kenapa dia masih teringat kejadian di kantor bersama Ken tadi. tatapan mata pria itu tanpa sadar telah membuatnya terpesona. Dan kedekatannya tadi saat tak sengaja menyentuh dada Ken, Michele bisa merasakan langsung degupan jantung pria itu. apakah itu artinya Ken juga merasakan hal yang sama seperti yang ia rasakan.
“Ahh…. Gila! Tidak mungkin. Tidak mungkin kan aku terpesona sama Ian. Yang hanya seorang OB.” Gumam Michele sambil memukul kepalanya dengan pelan.
Setelah itu Michele segera mandi dengan mengguyur badannya dengan air hangat. Berharap bayangan wajah Ken ikut luruh seiring dengan guyuran air shower.
Michele kini sudah berdiri di bawah guyuran air hangat. Dia menutup matanya, namun justru bayang-bayang wajah manis Ken kembali hadir. Apalagi senyum ramahnya teringat jelas di benaknya. Lalu disusul dengan ingatannya saat menyentuh dada Ken yang memperlihatkan bentuh tubuh sixpacs-nya.
Michele menelan ludahnya kasar. Otaknya mendadak traveling membayangkan hal yang membuat darahnya berdesir. Bayangan kegiatan panas dari sebuah film yang pernah ia tonton. Dan adegan itu dilakukan di bawah guyuran air shower juga. Michele membayangkan seolah aktor yang bermain adalah dirinya dan Ken.
Dor dor dor
Tiba-tiba terdengar suara gedoran pintu kamar mandi. sontak saja membuyarkan lamunan Michele yang sedang berfantasi ria itu.
“Chel! Kamu mandi atau melukis sih?” teriak Silvia dari luar.
“Ah, Mama merusak fantasiku saja.” gerutunya tak menyahut panggilan sang Mama.
“Chel!” sekali lagi Silvia berteriak sambil menggedor pintu.
Michele pun segera mengakhiri kegiatan mandinya. Ia segera meraih bathrope lalu keluar dari kamar mandi menjumpai Mamanya yang masih setia berdiri di balik pintu kamar mandi.
“Ada apa sih, Ma?” gerutu Michele dengan tangan sibuk mengeringkan rambutnya yang basah.
“Ada apa, ada apa. Kamu ditungguin makan malam sejak tadi nggak turun-turun. Malah asyik melukis di kamar mandi.” Jawab Silvia.
“Iya, iya ini juga sudah selesai. bentar lagi Michele turun kok.”
“Telat! Mama dan Papa sudah selesai makan. Mama hanya bilang kalau Mama dan Papa akan keluar dulu. Teman Papa ada yang sedang sakit dan dirawat di rumah sakit. Mungkin pulangnya agak malaman. Mama pesan kamu di rumah saja.” ucap Silvia dan diangguki oleh Michele.
***
Sementara itu saat ini Ken baru saja keluar dari unit apartemen Adel. Adel juga ikut mengantar Ken sampai luar. Sampai Ken mendapatkan taksi. Padahal perempuan itu sudah menawarkan diri untuk mengantar Ken. Namun Ken menolaknya.
“Ken!” panggil Adel saat mereka sedang berjalan beriringan.
“Hmm”
“Mau sampai kapan kamu akan melakukan pekerjaan itu? berhentilah! Ikhlaskanlah kepergian Angel.” Ucap Adel dengan suara lirih.
Ken menghentikan langkahnya sejenak. Lalu ia menatap tajam pada Adel. Sudah berapa kali Adel mengatakan hal yang sama. Namun bukannya Ken mendengarkan ucapan Adel, justru ia sangat marah.
“Maaf.” Ucap Adel ketakutan saat melihat wajah memerah Ken.
“Masuklah! Tidak perlu mengantarku. Aku bukan anak kecil.” Ucap Ken dengan suara dingin, lalu mempercepat langkahnya meninggalkan Adel yang masih diam mematung.
Beberapa saat kemudian Ken sudah berhasil menemukan taksi yang akan mengantarnya pulang. dia melirik jam pada ponselnya sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Ken merasakan hari ini sangat lelah. Padahal hari ini pekerjaannya tidak terlalu berat. Bahkan cukup lama ia berdiam diri di dalam pantry sampai matanya mengantuk. Setelah itu dia teringat kalau jam pulang karyawan tadi ia sempat dibuat kerepotan saat mengganti kran air dalam kamar mandi atasannya.
Mengingat kejadian itu, tiba-tiba terlintas tragedi dimana dirinya dalam posisi sangat dekat dengan atasannya. Apalagi Ken bisa melihat langsung mata Michele dalam jarak yang sangat dekat. Jujur saja Ken akui kalau wajah Michele sangat cantik. Saat pertemuan pertamanya dulu ia juga sempat terhipnotis oleh kecantikannya. Lalu kejadian tadi sore, entah kenapa tiba-tiba jantungnya berdegup sangat kencang. Terlebih saat Michele menyentuh langsung dadanya.
“Tidak mungkin aku jatuh cinta padanya.” Gumam Ken sambil menggelengkan kepalanya.
.
.
.
*TBC
Happy Reading‼️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Nicky Nick
tanda tanda itu Ian....
2023-01-19
0
Sri Fauziahanwar
ayo siapakah angel bagi ken🤔🤔🤔
2022-10-07
1
❤ Nadia Sari ❤
Michelle kayak papanya nih mengkhayalnya🤣
2022-10-04
2