Menikahi Pria Dewasa
Di sebuah ruangan yang sunyi. Dua pria saling berdiri membelakangi. Satunya terlihat sedang berpikir. Sedangkan satunya lagi terlihat sedang *******-***** sisi jasnya.
"Ayah—"
"Tidak bisa, Zion! Kakakmu harus menikah lebih dulu!" Hatinya berkali-kali sudah remuk menunggu restu dari ayahnya. Dia sudah berumur 28 tahun, umur yang matang untuknya menikah.
"Tapi kak Jason juga bisa menikah lebih dulu, kenapa aku—"
"Jangan membantah, Zion! Ayah nanti yang akan berbicara dengan keluarga Bella agar diberi jenjang waktu lagi." Kecewa sudah harapan Zion. Mereka sudah berpacaran selama 5 tahun dan karna sudah sama-sama siap mereka akhirnya memutuskan untuk langsung menikah tanpa pertunangan.
BRAAKKKK!!!!!
Zion yang kesal menutup pintu dengan membantingnya keras. Rasa kesalnya ia bawa sampai kamar kakaknya. Di depan pintunya ia menggedornya dengan amarah yang berapi-api.
Para pelayan yang melihat tak berani untuk mendekat. Mereka diam-diam melihat dari jarak yang jauh. Entah pertengkaran apalagi yang akan terjadi kepada kedua saudara itu. Memang sedari kecil mereka tak pernah akur.
"Dasar pengganggu!" Saat Henry membuka pintu, ia mendapati adiknya yang menyebalkan sedang berdiri di depan pintunya.
Zion jatuh tersungkur karna terkejut dengan dorongan Henry yang tiba-tiba. Ia lalu bangkit dan mencengkram erat kaosnya. Matanya melotot seraya napasnya yang memburu.
"Lepas!" Henry memberontak.
"Kau yang pengganggu! Kau selalu merusak semuanya! Kau—" Zion tak melanjutkan perkataannya, saat mendengar langkah kaki yang berasal dari sebuah heels. Bunyinya nyaring, sudah pasti itu adalah ibunya.
"Henry, Zion! Ada apa ini? Apa kalian tak bisa sehari saja tidak bertengkar? Kalian ini ...." Jane menjewer kuping keduanya sampai merah. Henry hanya diam saja sedangkan Zion mengaduh kesakitan sambil memohon ampun.
"Ada apa sih! Kenapa kalian selalu bertengkar? Membuat Ibu pusing terus," keluhnya dan memukul keduanya bergantian.
Kini sang ibu menatap kedua putranya yang telah beranjak dewasa. Mereka tumbuh menjadi putra-putra yang tampan.
"Tidak ada yang mau menjawab?" Sedari tadi Jane menunggu salah satu dari mereka untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi barusan. Tapi keduanya seakan bungkam bersama.
"Henry?"
"Aku tidak tahu, Bu. Dia tiba-tiba datang," jawabnya.
"Zion?" Kini ia menatap Zion yang mendecakkan lidahnya. Dalam hatinya kesal karna pasti dia yang akan dimarahi.
"Iya Zion yang salah!" Bukannya menjelaskan, ia malah mengakui dirinya bersalah dan berlalu pergi. Jane jadi bingung sendiri.
"Henry, kau benar tidak tahu?" tanyanya sekali lagi tapi Henry hanya menghendikan bahunya.
Akhirnya Jane menyusul langkah Zion yang ingin keluar dari rumah. Tepat di sana mereka juga bertemu dengan Jason.
"Zion, kau mau kemana?" Jason yang merupakan anak kedua dari Chris mencekal tangan adiknya yang ingin pergi.
"Zion!" Jane datang.
"Jason, kau masuklah ke dalam." Tak tahu apa yang telah terjadi, Jason akhirnya mengalah untuk masuk ke dalam.
"Zion, Ibu belum selesai berbicara. Kenapa kau malah pergi. Kau menyakiti hati Ibu," ujar Jane dengan mata berkaca-kaca.
Tak ingin membuat ibunya bersedih, Zion memeluknya. Ibunya adalah jantung hatinya. Tak pernah terbesit di pikirannya untuk menyakiti hatinya.
"Maafin Zion, Bu. Bukan niat hati untuk menyakiti Ibu. Hanya saja Zion sedang kesal." Jane membawa Zion untuk duduk bersamanya. Menjelaskan tentang permasalahan yang terjadi padanya. Sebagai seorang Ibu, dia akan mendengarkan segala keluh kesah putranya.
"Coba ceritakan pada Ibu." Jane menggenggam tangannya, menyalurkan rasa sayangnya yang besar.
"Ayah melarang ku untuk menikah dengan Bella untuk saat ini. Kata Ayah aku harus menunggu kak Henry menikah lebih dulu. Aku harus menunggu sampai kapan? Kak Henry saja sampai sekarang belum punya kekasih. Aku gak enak, Bu. Keluarga dari Bella ingin segera aku menikahinya. Karna kita juga sudah bersama-sama selama 5 tahun."
Jane kini mengerti, ia mengelus punggungnya berusaha menenangkan. "Nanti Ibu bantu ngomong sama ayah. Kamu tenang saja. Untuk masalah kak Henry, Ibu juga akan berbicara dengannya. Umurnya sudah masuk kepala tiga, Ibu juga merasa khawatir dengan masa depannya."
***
Menyambut pagi seharusnya dengan hati yang gembira. Tapi pagi ini berbeda, suasana dalam rumah kediaman Abraham tak seperti biasanya. Apalagi Shopia yang sedari semalam memasang wajah murungnya. Putri satu-satunya dari semalam tidak pulang. Satu persatu rumah temannya sudah mereka datangi, tapi mereka tidak tahu menahu soal Brianna. Gadis berumur 20 tahun itu entah pergi kemana.
"Yah, bagaimana ini. Putri kita ada di mana?" Sesaat keheningan mereka berdua terpecahkan tatkala Shopia membuka pembicaraan.
Abraham menundukkan kepalanya pasrah. Sudah sangat lelah menghadapi sikap putrinya yang semena-mena. Ia tak pernah menghargai kehidupan.
"Tuan, Nyonya. Nona Brianna sudah pulang." Seorang pelayan datang dan memberitahu. Sebuah taxi terlihat berhenti di depan rumahnya. Brianna turun dengan pakaian yang berbeda saat semalam pergi.
"Anna! Darimana saja kamu?" Abraham sangat marah. Tangannya sudah mengepal erat seakan menahan emosinya yang kian membuncah.
Wajah Brianna pucat. Jelas sekali ia ketakutan melihat ayahnya yang seperti ini. Jarang-jarang ia melihat sosok ayahnya berubah menjadi singa hutan.
"A-ayah—"
"Masuk!" potongnya cepat. Abraham tak ingin mendengar jawaban putrinya. Entah mengapa ia tak mau berlama-lama menatap putrinya yang sungguh kali ini sikapnya sudah kelewatan. Pergi malam hari dan baru pulang pagi hari.
Brianna menangis sambil berjalan. Pandangan pelayan yang menatapnya merasa iba.
"Nona, Anda kemana saja? Tuan dan Nyonya khawatir, begitupun saya." Bibi Noni mengikuti langkah kaki nona mudanya. Ia begitu menyayangi Brianna.
Bayangan menjijikkan yang terjadi semalam, membuat Brianna tak berhenti menangis. Ditambah melihat Abraham yang sangat marah padanya.
"Anna ingin istirahat, Bi." Saat Anna ingin masuk ke dalam kamar, Bi Noni mengikutinya. Tapi Brianna langsung melarangnya. Dia butuh waktu untuk menenangkan diri.
Rasa penyesalan selalu datang akhir. Dia begitu menyesali keputusannya semalam untuk pergi ke club sendirian. Dan hal-hal yang tak diinginkan pun terjadi.
"Kurang ajar!" Ia melempar boneka kesayangannya. Melampiaskan kekesalannya sekarang. Bayangan wajah tampan dari pria dewasa yang menemani dirinya di kamar malam tadi tak bisa ia hilangkan dalam ingatannya. Wajahnya terngiang-ngiang terus di kepalanya.
Bahkan tubuh atletis dari pria dewasa itu seakan sudah mengotori matanya yang suci. Ia menjambak-jambak rambutnya sendiri. Memukuli tubuhnya dengan brutal.
"Aku sudah tidak suci! Oh Tuhan .... Bagaimana ini?" Ia menangis histeris. Di dalam kamar ia menangisi takdir hidupnya sendiri.
"Anna? Kamu kenapa, sayang?" Suara tangis Brianna ternyata terdengar sampai ke luar. Shopia pun khawatir mendengar suara tangisan putrinya. "Anna! Tolong buka!" Shopia tak berhenti menggedor pintunya. Berharap Brianna mau membukanya.
"Anna tidak apa-apa, Bu. Anna mau istirahat." Mendengar jawaban putrinya, Shopia tak bisa berbuat banyak. Ia akhirnya meninggalkan kamar Anna dengan perasaan yang gundah.
"Jangan memanjakan putrimu!" Abraham datang dan menarik istrinya untuk cepat meninggalkan kamar putrinya.
.
.
.
Dari pagi Anna tak keluar kamar. Pelayan pun hanya bisa memberikan makanan di depan pintu kamar. Anna yang lapar pasti akan mengambilnya sendiri.
"Anna! Buka!" Suara Abraham membuat Anna yang sedang bersantai di atas ranjang langsung tergelonjak bangun. Ia langsung turun dan perlahan membuka pintu kamarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Diana Resnawati
mampir thor
2023-10-06
0
Qaisaa Nazarudin
ajangan bilang kalo anna di perkosa thor,,??😳😳
2023-08-09
0
Qaisaa Nazarudin
Aneh aja ayahnya, Ngapain juga harus nunggu Henry nikah duluan, kayak cewek aja, gak bisa di langkahin nikahnya,ckck🤦🏻♀️🤦🏻♀️
2023-08-09
0