Ia menatap sendu wajah putrinya. Terlihat kedua matanya yang sembab.
"Cepat ganti baju! Ayah akan mengajak kamu makan malam di rumah teman Ayah. Jangan lama-lama!" Anna menatap heran sang Ayah. Tak biasanya ayahnya mengajaknya makan malam di rumah temannya.
Tak berapa lama, Shopia datang. Ia tersenyum seraya membelai lembut rambut putrinya.
"Malam ini kau harus dandan yang cantik, sayang," kata Shopia. Ibunya membantu merias wajahnya juga memilihkan dress yang cantik.
"Untuk apa, Bu? Kita mau makan malam dimana?" tanyanya dengan rasa penasaran.
Shopia masih tersenyum, lalu ia menatap putrinya dalam-dalam.
"Ibu mau tanya dulu ke kamu. Tadi malam kamu kemana sayang?" Pertanyaan yang sangat ia hindari. Tapi kali ini ia tak punya pilihan selain menjawabnya.
"Anna menginap di rumah teman, Bu," jawabnya tanpa mau melihat ke arah ibunya.
"Jangan berbohong, Anna. Teman kamu yang mana? Semalam Ibu dan ayah sudah mendatangi satu persatu teman kamu. Lysa, Maura, Marissa semuanya ada di rumah. Lalu kamu kemana?"
Deg.
Ia dengan cepat memutar otaknya. Memang benar hanya mereka bertiga yang menjadi temannya saat ini. Tak ada teman lain yang membuatnya nyaman.
"Hmm, ada lagi, Bu. Anna menginap di rumah—"
"Maaf Nyonya, Nona Brianna, tuan sudah menunggu di dalam mobil sedari tadi." Kedatangan Bibi Noni membuat Anna bisa bernapas lega. Bi Noni seakan menjadi penyelamatnya.
"Ayo Anna cepat!" Shopia menggandeng putrinya.
Di dalam perjalanan hanya ada keheningan yang tercipta. Anna yang masih penasaran akan dibawa kemana, tak berani bertanya. Apalagi Abraham yang sepertinya masih memendam kekesalannya pada dirinya.
"Anna, bersikaplah yang sopan dan baik nanti di rumah teman Ayah. Jangan mempermalukan Ayah," katanya memeringati.
Anna hanya bisa mengangguk. Perhatiannya tertuju pada rumah mewah yang menjadi tujuan arah mobilnya saat ini. Mobil mereka mulai memasuki halaman yang luas yang terdapat beberapa tumbuhan yang terawat.
Rumahnya lebih besar dari rumah mereka miliki. Pintu terbuka lebar seakan menyambut kedatangan mereka. Para pelayan memberikan salam dan hormat. Anna berjalan mengikuti langkah kaki orang tuanya sambil matanya berpendar melihat seisi rumah yang baru ia datangi itu.
"Abraham! Apa kabar?" Chris tersenyum lebar, ia memeluk sahabat lamanya. Sudah lama mereka tidak berjumpa karna kesibukan masing-masing.
"Baik. Kabarku baik, Chris. Perkenalkan ini istriku namanya Shopia dan ini putriku satu-satunya namanya Brianna."
Anna menjabat tangan pria yang diperkirakan usianya tak berbeda jauh dengan ayahnya. Lalu dari belakang muncul sosok pria yang membuat matanya terbuka lebar.
"Pria itu?"
Brianna mengucek matanya dan melihatnya sekali lagi barangkali ia salah liat.
"Gadis itu?"
Henry terkejut mendapati wanita yang melakukan tindakan kekerasan padanya malam itu ada di rumahnya.
"Perkenalkan juga ini putra pertamaku. Namanya Henry." Chris memperkenalkan putra pertamanya. Wajahnya tak kalah tampan dengannya.
"Putramu sungguh tampan," puji Abraham.
Seketika Brianna langsung memperlihatkan ekspresi tak suka. Ia bahkan menatap tajam sosok pria yang sudah membuatnya menyesali kejadian malam itu.
Di meja makan, mereka duduk di kursinya masing-masing. Di sana juga sudah ada Jane dan Zion.
"Oh ya, ini istriku Jane. Dan ini putra ketiga ku namanya Zion."
Perlu diakui wajah putra-putra dari Chris memang mewarisi ketampanannya.
"Putra keduamu dimana, Chris?"
"Jason. Dia sedang pergi bersama istrinya dan juga putrinya," jawabnya.
"Oh putra keduamu sudah menikah. Aku sampai tidak tahu karna kau tidak mengundangku."
Chris tersenyum canggung, ia memang tak mengundang Abraham. Karna mereka sempat lost kontak waktu itu.
Setelah menghabiskan makan malam, mereka berkumpul di ruang tengah. Tapi tanpa Zion, karna ia merasa malas dengan acara seperti ini.
Brianna masih bertanya-tanya, sebenarnya apa tujuan mereka datang kemari. Jika tidak ada sesuatu yang penting, tidak mungkin ada acara makan malam yang sangat direncanakan ini.
Kedua manusia itu masih melempar tatapan penuh kebencian. Ingin rasanya memakinya di depan umum, tapi Brianna tak cukup nyali.
"Anna, kau pasti bingung kenapa Ayah mengajakmu makan malam bersama Paman Chris. Ada hal penting yang ingin Ayah sampaikan padamu. Bahwa Ayah dan Paman Chris sudah setuju akan menikahkan anak kita. Menikahkan kamu dengan Henry."
DEG.
Brianna langsung menatap Henry yang tampak tenang. Tak ada raut terkejut dari wajahnya. Seakan ia sudah tau semua ini.
"Ayah!" Suaranya agak meninggi lalu Shopia langsung menggenggam erat jari jemarinya. Lalu emosinya perlahan turun.
"Henry ajak Anna keluar sebentar. Kalian bisa mengobrol sebentar sambil memperkenalkan diri," suruh Chris pada putranya.
Mata Brianna langsung berkaca-kaca. Ia tidak habis pikir dengan rencana ayahnya yang menurutnya tidak adil. Bagaimana mungkin menikah dengan seorang pria yang tidak ia kenal dan tidak ia cintai? Bagaimana kehidupan rumah tangganya setelah ini?
"Hey wanita tidak tau terima kasih!" teriak Henry membuat Brianna lekas menoleh.
Matanya sudah dipenuhi air mata. Begitu menyedihkan. Henry jadi membungkam mulutnya tak mengeluarkan kata-katanya lagi.
"Kenapa dia menangis?"
"Sebenarnya kau ini siapa sih! Sudah menghancurkan kehidupanku! Lalu sekarang ingin masuk ke kehidupanku yang sudah hancur ini! Kau ini siapa? Kau membuatku jijik!" Brianna menangis sambil mulutnya berbicara. Bahkan bibirnya bergetar menahan sesak di dadanya.
"Hey dasar wanita! Kau ini bicara apa?" Ia menoyor kepala Anna hingga wanita itu hampir terjatuh ke belakang. "Apa yang kau pikirkan tentang malam itu?"
Flasback on.
Malam itu, seperti biasa Henry menghabiskan malamnya di club. Ia hanya duduk sambil memesan minuman non alkohol. Ia bukan peminum, ia hanya ingin melampiaskan kesepiannya dengan suasana yang ramai.
Dari kejauhan ia melihat seorang wanita muda tengah dikelilingi oleh beberapa pria. Wanita muda itu terlihat tidak nyaman, tapi pengaruh alkohol membuatnya hampir kehilangan kesadaran. Saat melihat seorang pria diantara mereka akan membawa wanita itu pergi, Henry langsung bertindak. Jiwa kelakiannya terpancing, saat wanita muda hampir dilecehkan.
"Lepaskan wanitaku!" teriaknya dan langsung mendorong tubuh pria kurang ajar itu. Henry langsung menggendongnya masuk ke dalam mobil dan membawanya ke sebuah hotel terdekat.
Saat di dalam kamar hotel, Anna terbangun dan mendapati Henry sedang membuka pakaiannya. Anna langsung berteriak histeris tapi kemudian ia kehilangan kesadaran. Hingga pagi menjelang ia baru tersadar. Saat ia membuka mata yang ia lihat pertama kali adalah pakaiannya yang sudah berganti baru. Ia ingat semalam bajunya basah terkena minuman alkohol yang tumpah.
"Pria itu telah—" Anna langsung berlari keluar dari kamar itu tapi belum sampai di depan lift, ia bertemu dengan Henry yang baru saja membeli makanan. Pandangan mereka bertemu sesaat, lalu Anna langsung menginjak kakinya dan memukulinya secara brutal. Lalu ia mendorongnya hingga terjatuh di lantai.
"Hey dasar wanita kurang ajar!" teriaknya.
Flasback off.
"Dengar ya gadis kecil! Aku ini pria tahu sopan santun. Tidak mungkin aku menyentuh gadis kecil sepertimu. Seharusnya kau berterima kasih kepadaku. Karna jika aku tak menolong mu dari pria hidung belang malam itu, mungkin saja kau sudah dibuang ke jalanan!" ujarnya menakut-nakuti.
Anna bergidik ngeri. "Lalu siapa yang mengganti pakaianku? Pasti kau!" tuduhnya seraya menunjuk.
"Karyawan wanita dari hotel. Kau ini selalu saja berburuk sangka!" Lagi-lagi Henry menoyor kepalanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Uncle Mumble
like this... 👍🏻👍🏻👍🏻
2023-10-21
0
Qaisaa Nazarudin
Oh berarti Anna nih yg salah paham, Henry gak ngelakuin apa2 kok, mungkin yg gantiin bajunya Anna juga pasti pe layan hotel..
2023-08-09
0
Qaisaa Nazarudin
Noh bagus deh langsung mau dijodohin, pasti yg one nightstand mlm itu juga Henry kan???
2023-08-09
0