Pagi ini awan terlihat menggelap. Tapi tak membuat langkah Anna terhenti. Ia menatap sebuah rumah yang terlihat sepi dari depan. Semoga saja di rumah ini hatinya sedikit bisa merasakan tenang. Dan semoga saja Lysa bisa menghibur suasana hatinya saat ini.
"Anna ...." Lysa yang sudah diberitahu Anna bahwa temannya itu akan ke rumahnya pagi-pagi, langsung bersemangat menyambutnya.
Wajah Anna terlihat tidak bersahabat pagi ini. Aura cantiknya tetap terlihat tapi tak begitu terpancar. Berjalan pun terlihat gontai seperti kelelahan.
"Anna, apa kamu ada masalah? Masalah dengan suamimu?" tanyanya menebak.
Kini mereka berdua sudah duduk di ranjang. Lysa menatap sahabatnya tanpa berkedip. Lalu matanya tertuju pada leher Anna. Terlihat banyak merah-merah di sana.
"Anna, leher kamu kenapa? Di gigit serangga?"
Anna yang menyadari lehernya terbuka langsung menutupi dengan tangan. Ia lupa untuk menutupi lehernya yang banyak noda kejahatan yang dibuat suaminya malam tadi.
"Hmm, i-iya ini aku semalam di gigit serangga," jawabnya sedikit terbata.
"Aku ambil obat oles untuk—"
"Tidak usah! Tidak usah, Lysa," tolaknya langsung. Ia menyuruh Lysa tetap menemaninya di sini. "Oh ya, bagaimana keadaan Alden? Apakah lukanya parah?" Anna teringat dengan Alden yang dipukuli suaminya semalam. Ia belum sempat meminta maaf padanya.
"Oh itu, semalam aku bersama teman-teman sudah membawanya ke rumah sakit. Sepertinya hari ini dia masih dirawat." Sebenarnya Lysa masih kesal dengan Anna, gara-gara suaminya yang cemburuan itu acara reuni jadi berantakan dan salah satu temannya masuk ke rumah sakit.
"Lysa, aku sungguh minta maaf atas perbuatan suamiku. Teman-teman pasti sangat membenciku."
"Ya pasti, mereka sangat kecewa. Tapi aku tidak bisa lama-lama marah denganmu. Kita ini kan sahabat, aku berusaha memaklumi sifat kak Henry. Dia mungkin cemburu melihat kamu dekat-dekat dengan Alden."
"Cemburu?" Anna mengelak, tak mungkin suaminya itu cemburu.
"Anna, kalau kak Henry tidak cemburu tidak mungkin dia sampai memukuli Alden. Dia sepertinya sudah jatuh hati padamu," ujar Lysa menahan tawa dan langsung kena pukul oleh Anna.
Ia menggelengkan kepalanya pelan, tak mau langsung percaya dengan ucapan Lysa.
"Oh ya, kamu kesini pagi-pagi kenapa? Gak ada masalah kan sama kak Henry? Kamu dari tadi tidak menjawab pertanyaan ku," kesalnya.
"Aku jenuh di apartemen. Kau tau sendiri aku dulu juga tidak betah di rumah."
Lysa pun punya ide untuk mengajak Anna jalan-jalan ke Mall. Dan Anna langsung menyetujuinya tanpa pikir panjang.
Karna Maura dan Marissa ada kelas kuliah, akhirnya mereka pergi berdua saja. Tidak jauh-jauh dari rumah Lysa, mereka pergi ke sebuah Mall yang jaraknya lumayan dekat.
Mereka masuk di sebuah store baju. Mata Anna berbinar-binar melihat koleksi baju yang bagus-bagus menurutnya. Pas sekali dengan seleranya. Ia memilih banyak pasang baju.
"Ini cocok buat kamu deh, Anna." Lysa menunjukkan sebuah dress pendek yang terlihat seksi di bagian atasnya, ia tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi Anna yang menahan kesal. "Ini cocok untuk kamu pakai di kamar," lanjutnya masih dengan tawanya yang menggelegar.
Anna yang kesal pergi meninggalkan Lysa. Ia berjalan menuju kasir untuk membayar semua baju yang dipilihnya.
"Maaf Nona, kartunya tidak bisa dipakai." Dahi Anna berkerut, tapi dengan cepat ia memberikan kartu miliknya yang lain.
"Ini juga tidak bisa dipakai, Nona."
Lysa yang berada di sebelahnya juga ikut heran. Dan Anna memberikan kartu miliknya yang lain, dan itu yang terakhir.
"Maaf Nona, tidak bisa juga."
Anna berdecak sebal, mana mungkin kartu miliknya tidak bisa digunakan semuanya.
"Ini pakai punyaku saja." Lysa menyodorkan kartu miliknya.
Anna menjadi malu sendiri, kejadian memalukan ini baru pertama kali terjadi padanya. Selama ini ia tak pernah kehabisan uang, tapi ini benar-benar diluar dugaan. Dan ia juga tak memiliki uang cash di dompetnya.
"Coba kamu telpon ayahmu, Anna. Mungkin saja ayahmu yang memblokir semua kartu milikmu." Anna benar-benar tidak terima jika semua ini ulah ayahnya.
.
.
.
Karna matahari tidak menampakkan dirinya pagi ini, membuat pria itu masih terlelap di kamarnya. Tak goyah sedikit pun padahal hari sudah siang.
Drrtttt...
Drrtttt...
Terdengar getaran ponselnya yang diletakkan di atas nakas. Matanya sedikit mengerjab, lalu ia meraba-raba keberadaan ponselnya.
"Iya, Hallo ...." Tak melihat siapa yang menelponnya, ia langsung mengangkatnya.
Tut ... Tut ... Tut ....
Telepon terputus, Henry langsung membuka matanya dan beralih duduk. Ia menatap layar ponselnya yang masih menyala. Tertera nomer yang tidak ia kenali.
"Nomer siapa ini?" tanyanya dalam hati.
Tiba-tiba suara petir terdengar sahut-sahutan di luar. Ia mengalihkan pandangannya pada jendela yang masih tertutup gorden tipis. Kakinya melangkah mendekat pada sisi jendela. Pemandangan di luar tampak gelap, juga jalanan terlihat lengah. Saat ia membalikkan tubuhnya menatap pada ranjang, ia baru menyadari sesuatu.
"Anna ... Kemana gadis itu?" Ia berjalan keluar kamar, seluruh ruangan ia buka. Tapi tak ada sosok Anna di dalam sana. Pintu kamar mandi pun terbuka. "Kemana dia?"
Dan ia juga baru tersadar bahwa dirinya hanya mengenakan boxer pendek. Ia mengingat akan kejadian malam tadi. "Apa yang aku lakukan?" Henry mengingat kembali kejadian yang menguras tenaganya malam tadi. Melihat Anna yang tak berdaya akibat ulahnya, ia sedikit menyesalkan itu semua. "Gadis itu apa pergi? Apa dia marah denganku?" Henry mengacak rambutnya asal. Ia kecewa dengan dirinya sendiri yang tak bisa mengontrol napsunya.
Di luar sedang hujan lebat, Henry kepikiran dengan gadis itu. Tak mau membuang waktu ia langsung pergi mencari istrinya.
.
.
.
Hujan memang sedang mengguyur kota saat ini. Anna dan Lysa sedang berdiri di depan Mall menunggu sopir Lysa yang sedang mengambil mobilnya di halaman parkir.
Tapi tiba-tiba Anna melihat kedua sosok orang yang sangat ia kenali berjalan menghampiri dirinya. Terlihat kedua orang itu sama shocknya dengan dia.
"Anna, kau sudah pulang?" Jane dan Alice menatap Anna dengan heran. Bukankah Anna dan Henry seharusnya masih berada di tempat bulan madu. Mengapa dirinya ada di sebuah Mall dengan teman wanitanya?
"I-ibu ....." Suaranya seakan tercekat di tenggorokan. Ia kebingungan untuk menjawab. Apalagi melihat keduanya tak berkedip menatapnya. Membuat Anna semakin merasa terpojok di sini.
"Kak Anna sudah pulang ternyata, kenapa tidak pulang ke rumah?" Kini Alice yang bertanya. Walaupun ia sedikit heran, tapi ia berusaha mencairkan suasana.
"Hmmm, aku dan kak Henry tinggal di apartemen," jawabnya setelah sekian lama berpikir.
"Oh, begitu. Ya sudah tidak apa-apa. Tapi kenapa kalian pulang secepat ini? Tiket pulang yang Ibu pesan jadinya tidak dipakai dong. Kalian membeli tiket sendiri?" Terlihat raut wajah Jane yang kecewa, tapi ia berusaha menutupi.
"Iya, maaf, Bu." Anna menjadi tidak enak hati. Apalagi dia sudah jelas-jelas berbohong.
Mobil Lysa akhirnya datang, Anna berpamitan pada ibu mertua dan juga adik iparnya. Ia mengatakan akan segera pulang takut jika Henry menunggunya sudah terlalu lama. Jane juga berpesan untuk besok mereka pulang saja ke rumah. Dan Anna pun mengangguk menyetujui.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Aulia_ Zahra8944
acara PM nya udh kah thor 😁😁😄
2022-10-23
1
Aulia_ Zahra8944
semangat Thor up nya♥️♥️♥️♥️♥️
2022-10-23
1