Pasangan suami istri itu terlihat serasi mengenakan baju dengan warna senada. Mereka masih berdiri di depan sebuah gedung besar yang menjadi tempat untuk acara reuni. Sang wanita terlihat ragu untuk memasuki. Di sisi lain ia sudah sangat terlambat untuk datang juga kehadiran suaminya yang membuatnya begitu ragu. Apa kata temannya nanti, jika melihat dia datang dengan seorang pria dewasa. Mereka akan berpikiran mungkin saja dia berpacaran dengan lelaki yang sangat dewasa. Karna mereka semua tahu ia anak tunggal, tidak mungkin jika Henry adalah saudaranya.
"Ayo masuk. Bukankah ini sudah terlambat?" Henry menarik paksa Anna yang masih terdiam.
"Lepas!" Anna memberontak, ia tak mau digandeng. Lalu ia berjalan mendahului Henry yang menatapnya dengan sebal.
Baru memasuki ruangan besar itu, Henry sudah mencium aroma minuman beralkohol. Ia memberhentikan istrinya lalu mengajaknya keluar tapi Anna tidak mau, ia berusaha masuk.
"Anna ...." Teman-temannya serentak memanggil namanya. Lalu Lysa yang berada di kumpulan mereka langsung menghampiri Anna.
"Kau datang sangat terlambat, Anna!" Lysa menariknya untuk bergabung dengan yang lainnya.
Memang kumpulan para wanita terlihat tidak ada yang meminum alkohol. Tapi disebelah sana sudah ada kumpulan para lelaki yang sedang bersenang-senang.
"Apa ini pantas dikatakan reuni?" Henry menggelengkan kepalanya, tidak mengerti pergaulan anak remaja sekarang. "Sungguh tidak mendidik!" gerutunya.
Anna pun gabung dengan mereka, lalu terlihat beberapa anak lelaki datang untuk menyapa Anna yang hari ini terlihat cantik.
"Anna, apa kabarmu sekarang? Kau terlihat sangat cantik hari ini," puji salah satu teman prianya.
Gadis itu tersipu malu karena dipuji oleh siswa laki-laki yang cukup populer di kelasnya.
Dari kejauhan Henry mengamati keduanya. Tangannya sudah mengepal erat seakan siap untuk dilayangkan kepada siapa pun yang berani menyentuh istrinya.
"Kak!" Tepukan di bahunya membuat Henry menoleh. Ia cukup terkejut dan menatap seorang pria yang pernah ia lihat sebelumnya. "Kakak mengantar Anna kesini?" Dia adalah Alden, karna tidak mau membuat kesalahan dengan memanggilnya dengan sebutan Paman lagi akhirnya ia mengganti dengan memanggil Kakak.
"Iya," jawabnya acuh.
Ia kembali memandangi Anna dengan seorang pria di sana. Tak mau terlewatkan satu momen pun. Dan tiba-tiba pria itu menarik kursi lain untuk duduk di sebelahnya.
"Kurang ajar!" gerutunya lirih.
"Kakak, apa mau duduk dan minum dulu?" Suara Alden kembali keluar membuat Henry melototinya. Yang ia pikir Alden sudah pergi sejak tadi.
"Apa kau bisa membantuku?" Ia tiba-tiba terlintas sebuah ide.
Alden mengangguk berusaha menyanggupi.
"Aku tidak suka pria itu dekat-dekat dengan Anna. Kau coba membuat pria itu menjauh darinya." Alden menatap Anna dan teman lelakinya begitu akrab mengobrol. Ia juga tidak suka dengan keduanya yang seperti itu.
"Baik, Kak. Aku akan membuat mereka menjauh." Alden dengan kepercayaan diri yang tinggi berjalan menghampiri mereka.
"Anna, bolehkah aku mengganggu waktumu sebentar?" Teman-teman wanita Anna langsung menatap Alden dengan heran.
"Ada apa, Alden?" tanya Lysa.
"Aku pinjam Anna sebentar. Ada hal yang ingin aku sampaikan pada Anna."
"Di sini saja! Kita sedang bertukar cerita," sahut Maura.
Alden menggeleng, ia mengajak Anna pergi sebentar. Akhirnya Anna menurut, menerima ajakan Alden. Menurutnya, ini adalah momen yang pas.
"Ada apa Alden?" Tepat di belakang gedung, Alden memberhentikan langkahnya. Suasananya sepi, tak ada satu orang pun di sana kecuali mereka. Hawa dingin tiba-tiba menyapa tubuhnya. Anna sedikit kedinginan karna ia memakai dress dengan lengan pendek.
Baru kali ini Alden bisa berduaan dengan Anna. Momen langka yang baru bisa ia dapatkan di sini.
"Anna, aku mau ngomong sesuatu hal yang sudah lama aku pendam." Dadanya begitu berdebar, saat mata indahnya menatapnya tanpa henti. Alden tak bisa mengontrol detak jantungnya sendiri.
Sedangkan Henry begitu kesal karna Alden malah membawa istrinya pergi. Dia kehilangan jejak karna suasana begitu ramai di dalam gedung.
"Ada apa, Alden?" Anna terlihat bingung sekarang.
"Anna, aku—" Alden menggaruk kepalanya, ia terlihat ragu untuk mengatakannya.
"Apa, Alden?" tanya Anna tidak sabar.
"Hemm ...." Alden hanya berdehem. Ia berpikir lagi untuk mengatakannya atau tidak.
"Alden, kalau tidak ada yang ingin dibicarakan lagi, aku mau kembali ke meja." Anna yang ingin melangkah pergi langsung dicegah oleh Alden. Ia menarik tangan Anna untuk tetap di situ.
"Sebentar, Anna," pintanya. Anna menghembuskan napasnya, ia sebenarnya sudah malas jika seperti ini. Sebenarnya apa mau Alden, kenapa ia bisa dibawa kesini. "Anna, aku sebenarnya sudah lama menyukaimu," ujarnya setelah ia lama berpikir.
DEG.
Alden menggenggam kedua tangannya. Wajahnya terlihat sangat serius. Pernyataan cinta dari Alden membuat Anna membeku. Ia sedikit tidak percaya dengan ucapannya tadi.
"Aku menyukaimu, Anna. Aku ingin kau—"
"Cukup, Alden!" Anna memotong ucapannya. Perasaan cinta Alden tak mungkin terbalas, karna ia sudah menikah.
"Anna, aku menyukaimu. Kau marah dengan pernyataan cintaku?" tanyanya.
"Maaf, Alden. Aku tidak bisa membalas cintamu."
Alden adalah teman yang baik, ia sering membantu mengerjakan tugasnya dulu. Beberapa kali mereka sering pergi bersama. Tak memungkiri ada perasaan nyaman kala itu.
"Kenapa Anna? Cinta bisa timbul seiring berjalannya waktu. Kita bisa menjalaninya bersama-sama." Anna melepaskan genggaman tangannya. Tak mau terhanyut oleh suasana.
"Maaf, Alden. Aku harus kembali ke meja." Baru melangkah satu kali, Alden menarik tangannya kembali. Tapi kini berbeda, Alden seperti sengaja membuat tubuh keduanya saling berdekatan hingga menempel. Kedua tangannya merangkul pinggang Anna. Ia menatap wajah Anna yang sangat cantik. Hembusan napasnya bahkan terasa menyentuh pipi Anna yang halus.
Wajah Alden perlahan mendekat, matanya tak henti menatap bibir miliknya.
BUGH.
Satu pukulan mendarat di pipi Alden. Henry begitu kesal dengan Alden yang ingin mencium istrinya. Perkelahian pun tak terjadi, Alden yang tidak terima tiba-tiba dipukul menyerang balik Henry. Tak peduli jika Henry memiliki tubuh yang lebih besar darinya.
Suara gaduh yang ditimbulkan mereka berdua akhirnya terdengar dari dalam. Beberapa orang di dalam berbondong-bondong berlari ke belakang gedung. Tempat mereka berdua sedang berkelahi.
"Stop! Sudah berhenti! Aku mohon!" Anna kebingungan menghentikan mereka yang sama-sama diselimuti emosi. Anna takut kena hantam jika ia mendekat.
"Kau laki-laki kurang ajar!" Henry memukul Alden lagi. Hingga pria remaja itu jatuh tersungkur ke lantai. Anna ingin menolongnya tapi Henry menariknya untuk tidak mendekat.
"Kak, kenapa kau memukuli Alden!" Anna hampir menangis, ia tidak menyangka akan ada kejadian seperti ini.
Lysa, Maura dan Marissa begitu shock melihat pemandangan mengerikan itu. Mereka bertiga langsung membantu Alden berdiri.
"Dengar ya, jangan coba-coba menyentuh istriku lagi!" Henry memeringati Alden dengan menunjuknya. Tatapannya begitu seram membuat ketiga teman Anna begitu takut melihatnya.
Alden merasa wajahnya begitu sakit akibat pukulan bertubi-tubi yang dilayangkan Henry. "Is-istri?" tanyanya dengan terbata.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Uncle Mumble
checkmate... U R Dead Alden 😂😂😂
2023-10-22
0
Qaisaa Nazarudin
Bodoh, mintak tolong, yg ada istri kamu dibawak kabur..
2023-08-09
0
L i l y ⁿʲᵘˢ⋆⃝🌈💦
Henry cemburu ????
2022-10-22
1