"Tidak, aku tidak akan mengantarmu ke rumah. Apa kata orang tuamu nanti." Henry menolak permintaan Anna yang meminta pulang ke rumah.
Lalu Anna terlihat berpikir kembali, "Ya sudah. Antarkan aku ke rumah temanku saja. Ingat ya, perjanjian kita."
Henry yang ingin menjawab seketika terurungkan tatkala Anna mengingatkan tentang perjanjian itu. Bahwa setelah menikah, Anna tetap akan bebas melakukan apa pun.
"Hm baiklah. Dimana rumah temanmu. Nanti setelah aku selesai urusan di kantor, aku akan menjemputmu."
Anna mengangguk, ia lalu menunjukkan arah jalannya ke rumah Lysa. Kali ini ia akan ke rumah Lysa, karna ia yakin temannya ini pasti di rumah.
"Ini rumah temanmu?" Henry menatap sebuah rumah besar dengan cat putih. Tampak dari luar rumahnya sepi. Bahkan di depan tak ada satpam yang jaga.
Anna turun dari mobil, ia langsung masuk ke dalam tanpa permisi. Lalu di pintu utama keluarlah Lysa. Ia hanya mengenakan piyama tidur. Temannya itu pasti belum mandi.
"Lysa ...." Anna memeluk sahabatnya. Padahal kemarin mereka baru saja bertemu di acara pernikahannya.
"Anna, dimana suamimu?" tanyanya sambil celingukan.
"Di dalam mobil," tunjuknya pada mobil yang masih berhenti di depan gerbang.
"Kenapa tidak disuruh masuk?"
"Dia mau ke kantor. Ayo masuk. Dia takkan pergi jika aku belum masuk rumah." Anna menarik Lysa untuk ke dalam. Henry sepertinya sengaja menunggu Anna masuk ke dalam.
"Ini kan hari pertama kalian resmi menjadi suami istri. Kenapa kalian tidak bulan madu saja?"
Anna menatap Lysa dengan tajam. "Bagaimana mungkin kita bulan madu tanpa ada rasa cinta satu sama lain? Kau kan tahu aku dan dia hanya dijodohkan. Jadi, jangan berharap ada bulan madu atau pun sejenisnya," ucapnya tegas.
"Anna, tapi kalian tetaplah suami istri sungguhan. Dan aku lihat suamimu itu sangatlah tampan. Jika aku jadi kamu, aku juga mau menikah dengannya. Dengan senang hati," ujar Lysa sambil tersenyum-senyum.
Tak mau begitu menanggapi ucapan Lysa, Anna memilih berbaring. Kini mereka sudah di kamar Lysa, Anna langsung mengambil posisi dan ingin segera tidur. Badannya terasa lelah karna acara kemarin.
Tok!
Tok!
Tok!
Pintu kamar Lysa diketok. "Ada apa, Bi?"
"Nona Lysa, di depan ada temannya Nona," kata pelayannya.
Lysa langsung menghampiri temannya itu. Yang ia yakini mungkin saja Maura atau pun Marissa. Anna yang belum terlelap mendengar sayup-sayup percakapan pelayan dengan Lysa tadi. Ia yang penasaran pun mengikuti dari belakang.
Anna begitu terkesiap melihat seseorang yang datang ke rumah Lysa.
"Alden ...." Sama halnya dengan pria itu, Alden juga tampak kaget dengan Anna yang ternyata ada di rumah Lysa.
Anna duduk disebelah Lysa. Kini pandangan mereka berdua mengarah pada Alden. Pria itu yang ditatap kedua wanita cantik merasa canggung sendiri.
"Alden, ada apa kau tiba-tiba datang ke rumahku?" Lysa pun kaget dengan kedatangan Alden. Tidak biasanya pria itu menemuinya. Mereka memang teman sekolah dulu dan sempat mereka satu kelompok belajar bareng saat di rumah Lysa. Maka dari itu Alden tahu rumah Lysa.
"Hmm, gini. Aku mau menyampaikan tentang acara yang dibuat dadakan oleh teman-teman kita dulu. Mereka ingin mengadakan acara reuni kelas."
Anna dan Lysa saling pandang, lalu mereka bersorak riang. Tak bisa dibayangkan bagaimana wajah-wajah teman satu kelasnya setelah dua tahun berlalu. Mereka begitu excited sekali.
"Kapan? Acaranya dimana?" tanya Lysa tak sabar.
Alden pun menjelaskan detail acaranya dan juga kapan dan tempatnya. Semua itu masih dipertimbangkan, barangkali saja ada yang mau mengusulkan yang lain.
"Anna, kau mau pulang kapan? Mau aku antar?" Alden tiba-tiba menawari untuk pulang bersama. "Kita kan satu arah," ucapnya lagi.
Anna menggeleng. "Tidak, Alden. Aku pulangnya nanti," tolaknya lembut.
Alden pun pamit untuk pulang. Ia menatap Anna sedari tadi tanpa beralih. Lysa pun mengetahuinya. Ia tahu bahwa sedari tadi Alden memandangi Anna tanpa henti.
"Sepertinya Alden menyukaimu," kata Lysa setelah Alden pergi.
"Menawarkan untuk pulang bareng saja dibilang suka? Kamu ini!" Anna tak menghiraukan perkataan Lysa.
"Tatapannya berbeda. Saat Alden menatapku dan juga menatapmu, Anna," kata Lysa serius.
"Sudahlah. Aku mau tidur." Anna berlalu pergi masuk ke dalam kamar kembali.
Sedangkan Lysa terdiam di tempat beberapa saat, lalu ia berlari ke luar. Tampak motor Alden baru saja keluar dari gerbang rumahnya. Pria itu memang suka sekali memakai motor daripada mobil. Padahal keluarganya cukup berada.
***
Saat di kantor, para karyawan menatap Henry dengan heran mereka berbisik kenapa tuannya sudah masuk kerja. Lalu saat Henry berpapasan dengan sekretarisnya-Celine, iaa pun menatap tuannya dengan heran juga.
"Tuan, Anda kenapa masuk?" tanyanya. Rambutnya yang panjang dan indah sengaja ia ikat ke atas. Menampakkan leher jenjangnya. Celine termasuk primadona di kantor ini. Celine menatap Henry dengan genit, walaupun tuannya itu tak menyadari sama sekali. Melihat wanita cantik, baginya sudah biasa.
"Kenapa? Apa ada yang salah?" Henry pun masuk ke dalam ruangannya. Di dalam sana sudah ada Dave yang sedang sibuk dengan beberapa berkas.
"Tuan, Anda sudah datang?" Ia terkejut melihat Henry yang tiba-tiba masuk.
Henry menghempaskan tubuh lelahnya di sofa. Ia benar-benar lelah. Sebenarnya ia tak ingin berada di sini. Tapi ia bingung jika di rumah. Pergerakannya tidak akan bebas. Apalagi mengingat pernikahannya dengan Anna, mereka harus jaga sikap di rumah.
"Rumah?" Henry berpikir tentang rumah. "Untuk apa? Aku tidak butuh. Rumah hanya untuk keluarga yang sesungguhnya. Memiliki anak-anak yang banyak. Itu masuk akal jika mau membeli rumah. Sedangkan aku—" Henry berpikir itu akan menjadi pemborosan saja. Ia tak mau membeli rumah. Ia pun masih memiliki apartemen yang dibelikan oleh ayahnya dulu. Walaupun apartemen itu terlihat sempit, tapi cukup nyaman.
"Ada jadwal apa hari ini?" tanyanya tanpa membuka mata.
"Tidak ada jadwal apa pun, Tuan. Saya sengaja mengosongkan jadwal hingga 2 hari ke depan."
Tak berapa lama, tak terdengar sahutan dari bosnya lagi. Henry ternyata sudah terlelap. Tampak wajah lelahnya kali ini.
"Jika lelah, kenapa tidak tidur saja di rumah, Tuan?"
Terdengar ketokan pintu dari luar, dan tak berapa lama Celine masuk. Bunyi heels terdengar nyaring, Dave langsung mengkode untuk Celine pelan-pelan jalannya. Wanita itu pun mengerti, ia lantas berjalan pelan-pelan. Hingga ia tak menimbulkan suara berisik dari heelsnya yang tinggi.
"Tuan, tidur?" Suaranya bisik-bisik, takut jika Henry tiba-tiba bangun.
"Iya, ada apa?" Dave yang memang lelaki normal mencoba menahan hasrat gejolak yang ada. Melihat seksinya Celine, membuatnya mabuk.
Celine memberikan beberapa berkas yang ia bawa. Ia menunduk membuat kemeja berdada rendah itu semakin membuka. Dave mengerjabkan matanya, bisa-bisanya sekretaris dari bosnya ini terlalu seksi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
al-del
Henry kekantor hanya untuk tidur, Anna ke rumah teman nya juga hanya untuk tidur ...
2022-11-14
1
L i l y ⁿʲᵘˢ⋆⃝🌈💦
Anna dan Henry sepakat menjalani perkawinan di atas " janji "
2022-10-07
2