Pagi ini mereka akan kembali ke rumah. Bukan rumah masing-masing, melainkan ke rumah Henry. Anna sudah selesai berdandan, ia kemudian keluar hotel sendirian karna Henry sudah lebih dulu ke mobil.
"Lama sekali!" Henry begitu kesal karna menunggu istrinya lumayan lama.
Anna meliriknya sekilas, tak mau menjawab perkataan dari suaminya itu. Sudah menjadi hal umum kalau wanita memang berdandannya lama.
"Apa kita nanti akan tinggal di rumah orang tuamu?" tanya Anna memecah keheningan.
"Kenapa? Apa ada masalah? Aku belum membeli rumah. Jadi, kita akan tinggal disitu dulu," jawab Henry. Sebenarnya ia sudah punya cukup uang untuk membeli rumah. Tapi ia tidak berniat membeli sebuah rumah.
"Aku bisa membeli rumah. Apa kau tidak malu tinggal bersama orang tua setelah menikah?"
Henry terkekeh mendengar perkataan istrinya. "Membeli rumah dengan uang siapa? Uang ayahmu? Bangga sekali," ejeknya dengan senyuman menyungging.
"Aku diberi uang bulanan oleh ayah. Dan aku kumpulkan uang itu. Sangat cukup hanya untuk membeli sebuah rumah," ucapnya menjelaskan.
Henry kali ini tertawa terbahak-bahak. Tidak tahu apa isi pikiran gadis kecil ini. Ia begitu menyombongkan diri dengan harta milik orang tuanya.
"Jangan selalu bergantung dengan harta orang tua. Kau seharusnya bisa menghasilkan uang sendiri," tuturnya.
"Aku anak tunggal. Otomatis semuanya akan menjadi hak ku," ucapnya penuh yakin.
"Jangan menyombongkan diri!" Henry lagi-lagi menoyor kepalanya. Merasa gemas dengan gadis kecil ini.
Anna mendengus kesal, Henry selalu saja membuatnya kesal. Padahal yang dikatakannya itu memang kenyataan.
Mereka akhirnya terdiam kembali selepas perdebatan sengit itu. Anna menatap jalanan yang ramai. Sedangkan Henry sibuk dengan ponselnya.
"Hallo, Dev. Hari ini aku masuk tapi agak siang. Kamu tolong urus semuanya dulu," ujarnya dibalik telepon.
"Gila bekerja. Bukankah seseorang yang baru menikah seharusnya ambil cuti? Dia malah memilih bekerja."
Mobil mulai memasuki sebuah halaman rumah yang dibilang sangat luas. Rumah ini sangat besar dan mewah. Walaupun ini bukan kali pertamanya Anna kesini, tapi ia tak berhenti takjub melihat rumah mewah milik mertuanya ini.
Para pelayan yang berpakaian serba putih dengan dominasi warna hitam, terlihat berdiri berjejer. Mirip penyambutan raja dan ratu. Mereka tersenyum menyambut kedatangan Henry dan Anna yang merupakan pasangan pengantin baru.
Yang menyita perhatiannya adalah gadis kecil dengan rambutnya dikuncir dua. Wajahnya manis dan imut. Ia berdiri disela-sela pelayan.
"Paman Henry ...." panggilnya pada sosok Henry dan mengangkat kedua tangannya meminta digendong. Henry dengan sigap menggendong Naomi yang merupakan putri dari Jason.
Matanya melirik pada wanita disebelah Pamannya. "Perkenalkan ini Bibi Anna." Naomi dengan malu-malu mengulurkan tangannya. Ia gadis yang pintar.
"Namaku Naomi, Bi," ucapnya dengan suara khas anak kecil.
"Hai Naomi cantik." Anna mencubit pipinya sekilas. Merasa gemas dengan gadis kecil itu.
Lalu dari kejauhan nampak Jason berjalan mendekat. Ia pun tersenyum sumringah menyambut kakaknya yang baru saja menikah.
"Selamat, Kak. Akhirnya pecah telor juga," ucapnya sambil terbahak-bahak.
Anna pun ingin tertawa tapi ia tahan karna tidak enak dengan suaminya.
Mereka pun disuruh ke ruang makan. Ternyata di sana sudah ada Ayah Chris, Ibu Jane, Alice dan juga Zion. Mereka sengaja menunggu kedatangan Henry dan Anna untuk makan bersama.
"Selamat datang, Anna. Kamu sudah resmi menjadi bagian keluarga kami," ujar Jane dengan senyum sumringah.
Anna hanya mengangguk. Ia pun menatap satu persatu wajah yang ada di meja makan. Ini bukan kali pertamanya mereka bertemu, karna kemarin semuanya hadir di acara pernikahan mereka. Tapi kali ini yang menyita perhatiannya adalah Zion. Pria tampan yang merupakan anak terakhirnya di keluarga ini tampak diam dan menikmati makannya sendiri. Bahkan disaat semuanya saling melempar canda, Zion tetap diam seakan sibuk dengan piringnya.
"Zion ...." Chris yang menyadari sang putra sedari tadi diam terus menerus, akhirnya menegur. Pria tampan itu kemudian mendongakkan kepalanya. Ia menatap sang ayah yang duduk agak jauh dari dirinya.
"Iya, Yah," jawabnya lembut.
"Kakakmu sudah menikah. Jadi, Ayah merestui hubungan kamu dengan Bella untuk jenjang yang lebih serius." Perkataan ayahnya seakan menjadi rejeki nomplok di pagi hari. Ia benar-benar bahagia.
Andai Bella ada di sini, mungkin ia akan segera memeluknya.
Lalu pandangan Anna mengarah pada Naomi yang ternyata sedari tadi memperhatikannya. Anna tersenyum pada gadis kecil itu, lalu Naomi dengan malu-malu menundukkan kepalanya seraya menarik-narik lengan baju ibunya.
"Kenapa sayang?" Alice menatap putrinya yang sepertinya ingin meminta sesuatu. Tapi Naomi hanya menggeleng, tapi matanya menatap Anna.
"Bibi Anna? Naomi sudah berkenalan dengan Bibi Anna, kan? Kemarin karna Naomi tertidur saat acara pernikahan Bibi Anna dan Paman Henry, jadi kalian belum sempat berkenalan."
"Naomi sudah berkenalan tadi," jawabnya.
Alice pun mengelus rambut putrinya pelan. Merasa bangga dengan putrinya sendiri yang sikapnya sangat manis.
"Maaf semuanya, aku harus ke kantor sekarang. Ayah, Ibu, Henry pamit ke kantor dulu." Henry tiba-tiba berdiri, ia mengatakan bahwa hari ini ia akan ke kantor. Sudah pasti semuanya akan kaget.
"Henry! Kenapa kau masuk ke kantor? Bukankah seharusnya kamu cuti saja?" Chris menatap putranya heran. Bagaimana mungkin seseorang yang baru saja menikah akan pergi ke kantor besoknya tanpa ada cuti bekerja.
"Iya, Henry. Kau juga pasti masih lelah karna acara kemarin," Jane ikut menimpali.
"Tidak Yah, Ibu. Henry harus ke kantor sekarang. Banyak hal yang akan Henry urus, tak bisa jika diwakilkan."
Kini Anna yang terlihat kebingungan, apa yang harus ia lakukan jika nanti suaminya pergi. Ia masih merasa asing di sini. Anna belum terlalu akrab dengan semuanya.
"Kenapa harus ke kantor si? Tak bisakah di rumah saja menemaniku?" jeritnya dalam hati.
"Henry, bagaimana dengan istrimu? Apa kau tega meninggalkannya saat pernikahan kalian baru saja usai," ucap Chris lagi.
Henry menoleh pada Anna yang masih sibuk menyuapkan makanan ke dalam mulutnya.
"Anna akan ikut aku ke kantor."
DEG.
Seketika Anna kaget, apa kata suaminya barusan? Ia akan ikut ke kantor?
Anna malas sekali jika harus ikut suaminya di kantor. Dia lelah, ia ingin istirahat. Setidaknya sebelum ia pergi, Henry harus menunjukkan dimana letak kamarnya agar Anna tidak kebingungan.
"Aku tunggu di mobil." Henry pun pergi, ia meninggalkan Anna yang masih makan. Kini perhatian semuanya teralihkan padanya, Anna merasa tidak nyaman.
"Ayah, Ibu .... Anna pamit mau menyusul kak Henry," katanya.
"Anna, makananmu habis." Jane melihat piring Anna yang masih tersisa setengah.
"Sudah kenyang, Bu," jawab Anna.
Tak mau berlama-lama, Anna langsung berlalu pergi menyusul suaminya ke mobil.
"Kenapa aku harus ikut? Aku lelah! Antarkan aku pulang saja!" Di dalam mobil Anna memarahi Henry.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Aulia_ Zahra8944
nunggu up lebih banyak ahhh,biar seru
2022-10-06
1
L i l y ⁿʲᵘˢ⋆⃝🌈💦
Mulai y perselisihan 🤔🤔🤔
2022-10-06
1