Andaru menyuruhnya memejamkan mata saat berpindah, jadi Meridian tak tahu bagaimana sampai pinggangnya dibebaskan dari tangan besar itu.
Mereka berpindah ke sebuah kamar luas. Besar dan mewah namun tanpa keberadaan jendela.
Pria itu bergerak ke sofa lebih dulu. Meridian pikir dia ingin melakukan sesuatu, tapi ternyata cuma duduk, menyilangkan kaki, lalu bertanya, "Jadi, apa ada sesuatu yang ingin kamu katakan padaku, Nona?"
Pergilah operasi wajah agar tidak memakai wujud crush Meridian padahal sifatnya klise!
"Apa ledakan mana tidak berdampak di sini, Yang Mulia?"
"Hm? Aku belum melepas bariernya. Aku tidak pernah bilang aku meminimalisir dampaknya."
Lalu buat apa mereka pindah?!
"Aku tidak menyangka tunanganku memiliki kapasitas sihir sebesar ini. Aku menggunakan mataku terakhir kali padamu. Hanya ada sihir yang hampir tidak terasa. Apa yang terjadi, Nona?"
Meridian sulit fokus.
"Sangat menarik." Andaru tersenyum lebar, menakutkan, tapi seksi, tapi menyeballakn dan juga eksotis. "Sihirmu tajam sekali. Mereka bergerak-gerak seperti segerombolan lebah. Mereka ingin menyerangku lagi. Apa itu? Apa kamu marah padaku?"
Mati saja sana!
"Ah, asal kamu tahu, Nona, jika ledakan mana terjadi, cara tercepat menyelesaikannya adalah membiarkan ledakan terjadi di tempat yang luas dan sepi. Setelah itu, Nona yang kehabisan mana hanya perlu beristirahat agar mana kembali berkumpul mengisi kekosongan dari ledakan itu. Ledakan juga memperbesar ukuran gelas yang menampung mana milik penggunanya."
Terima kasih atas kuliahnya tapi serius Meridian tidak butuh.
"Lalu kenapa? Wajahmu terlihat mengatakan itu. Sebenarnya bukan hal penting, seperti yang kamu pikirkan, Nona. Barierku hanya menahan manamu tetap di sekelilingmu."
Satu.
Dua.
Tiga.
Meridian melotot begitu sadar maksudnya apa.
"Selama aku menahannya, ledakan tidak akan terjadi, tapi penguraian pun tidak terjadi."
Berhenti berbuat menyebalkan dengan wajah itu! Demi Tuhan! Meridian bingung ingin bersujud atau meraung-raung sekarang!
"Aku akan melepaskannya jika kamu mau. Tentu, dengan syarat. Begitu kulepaskan, Lucas mungkin akan langsung menemukanmu."
"Apa yang Anda mau?" Bersama Lucas atau Dion memang menjengkelkan, tapi setidaknya Meridian lebih waras daripada sekarang.
"Tentu saja hal pertama adalah jawaban. Mengapa Nona yang awalnya memiliki kapasitas sihir sekecil nyamuk tiba-tiba memiliki sihir sebanyak ini?"
Mata sialan indah itu bergerak lagi, seperti memantau.
"Dan manamu berubah. Aku masih ingat melihatnya berwarna silver. Kenapa manamu berwarna biru?"
Kenapa dia harus menanyakan pertanyaan yang Meridian juga mau ajukan? Ia bahkan baru tahu kalau ternyata Meridian Palsu tidak bisa sihir.
Kalau begitu, yang bisa sihir Meridian sendiri? Tapi di dunianya tidak ada sihir.
"Bukan hanya warna, sensitifitas mereka berbeda. Perilaku mereka berbeda. Mereka seperti," Andaru mendorong sesuatu ke arah Meridian, seperti angin kencang sekilas melewatinya, "mereka tidak mengenaliku."
Jangan bilang mata itu bisa melihat jiwa?
"Ada sesuatu yang berbeda darimu, Nonaku. Apa selama aku pergi mengais prestasi untukmu, kamu mengalami sesuatu?"
"Untuk saya?" Apa itu? Sarkasme? Atau sesuatu yang benar?
Lucas bilang Andaru tidak menyukai Meridian, tapi sebenarnya mempercayai anak bau kencur seperti Lucas juga perbuatan sesat.
Pertanyaannya, kalau plot yang Laila buat adalah saling jatuh cinta sejak masa kecil, maka konflik macam apa yang dia buat?
Musuh jadi cinta sudah jelas. Yang tidak jelas adalah mencintai dari kecil.
Lagi-lagi plot yang sulit bagi Meridian.
"Untukmu." Andaru tersenyum misterius. "Bukankah istriku akan sangat bangga jika suaminya adalah pembunuh andal di medan perang?"
Ah, sarkas.
Hufh, melegakan. Berarti plot masih sesuai dugaan.
Biasanya di cerita-cerita begini, pahlawan perang digambarkan punya trauma yang dibawa dari medan perang. Sesuatu seperti perasaan takut, bersalah dan apa pun itu yang membuat mereka mengalami gangguan tidur, makan atau bersosialisasi.
Makanya Meridian benci plot klise pahlawan perang buatan fiksi.
Pahlawan perang sesungguhnya di buku sejarah pergi berperang untuk sebuah alasan mendasar dan keyakinan. Seseorang yang kembali membawa trauma sama juga berarti dia pergi tanpa keyakinan hingga takut melihat kenyataan.
Meridian menemukan kembali kewarasannya begitu ia merasa infil.
Membanggakan sesungguhnya adalah dia memenangkan peperangan yang dia lakukan karena alasan yakin. Tentu saja dia membunuh, tapi seluruh musuh keluar dari rumah mereka juga untuk membunuh.
Hati lembut dan pengecut seringkali dibuat sama padahal berbeda.
"Anda benar." Meridian tersenyum manis. "Istri Anda nanti, siapa pun dia yang saya jelas tidak akan pernah mengenalnya, pasti akan bangga, Yang Mulia."
Mata merah itu, pola lingkarannya seperti komputer sensitif. Dia terus bergerak-gerak merespons perkataan dan mana di sekitar Meridian.
Akan sulit membohonginya.
Tapi tenang saja, karena Meridian pemeran utama. Mau ia melempar gelas ke muka tampan itu pun pasti dimaafkan entah alasannya apa.
"Untuk apa mengenalnya lagi? Kamu sudah mengenalnya sejak dalam kandungan Nyonya Marchioness."
Cih. Dasar iblis tampan. "Benarkah? Siapa itu, Yang Mulia? Litea dan Litae?"
Andaru diam sejenak. Telunjuknya bergerak menunjuk Meridian, lalu tubuhnya tahu-tahu melesat ke arah pria itu.
Meski dia menariknya secara cepat, Meridian diletakkan dengan lembut di pangkuannya. Mau tak mau ia kembali terbius pada keindahan paras pria bermata merah itu.
Kenapa matanya terlihat seperti permata paling berharga di dunia? Bukankah harusnya yang punya mata paling berharga itu tokoh utama wanita!
"Aku mengerti sekarang. Kamu membenciku tanpa alasan."
Dia meletakkan telapak tangannya di pipi Meridian. Benar-benar sengaja mendekatkan wajah mereka hingga Meridian harus luar biasa menahan diri.
Jangan mencium iblis. Dia akan berpikir Meridian menawarkan jiwa.
Tapi kenapa wajahnya sangat tampan, sih?
Hiks.
Ketika mata kristal Meridian bertemu pandang dari dekat dengan mata itu, rasanya seperti diselami.
Untuk sesaat saja ia merasa takut pikirannya dibaca secara rinci. Dan saat Andaru menyeringai, Meridian tahu dia setidaknya membaca satu hal.
Dia tahu Meridian terpesona.
"Jika dipikir ulang, hari ini kamu tidak gugup atau ketakutan menatapku. Terakhir kali kamu pingsan melihat mataku ini. Sekarang ... kurasa kamu menikmatinya."
"Karena itu indah." Meridian tidak tsundere. Jadi ia memuji karena memang demikian.
"Apa?"
"Mata Anda, mereka indah."
Duh, nyaman juga duduk di pangkuannya.
"Tapi bicara soal membenci, Yang Mulia, bolehkah saya mengajukan sesuatu?"
"Aku akan mengabulkannya sebagai hadiah. Apa itu?"
"Tolong batalkan pertunangan saya dan Anda."
Lucu juga melihat wajahnya terkejut. Sudah pasti dengan wajah itu, bahkan kalau dia brengsek dan meniduri gadis seperti memakai tisu pagi-siang-malam, tidak ada satupun orang bisa menolaknya.
Perang mungkin terjadi karena wajah itu.
"Apa kamu mengajakku bercanda, Nona?"
"Apa wajah saya terlihat bercanda, Yang Mulia?" Meridian membalas ceria.
Tapi bergegas bangkit daripada ia terlena.
Memalingkan wajah dingin, Meridian berjalan menjauhi Andaru. Duduk di sebuah sofa lain, mengarah padanya.
Andaru menetapkan semakin intens. Gerakan mata itu ternyata sangat jujur. Polanya menjadi semakin rumit, bergerak-gerak semakin cepat seolah bekerja keras memahami Meridian.
"Apa maksudmu, Nona?"
"Apa kata 'batalkan' sedikit sulit dicerna, Yang Mulia?"
"Kurasa begitu. Aku masih mengingat ayahku berkata aku harus cepat kembali karena pernikahanku denganmu dipercepat, atas permintaanmu. Seharusnya aku menikahimu tahun depan, tapi permintaan itu datang sebab kamu tidak ingin orang-orang membicarakanmu."
Ah, benar juga.
Bangsawan wanita pada dasarnya harus cepat menikah setelah debut. Makin terlambat pernikahan, makin keras gosip mengenai mereka.
Hah. Kenapa pula Meridian harus menanggung perbuatan si Meridian palsu? Bukankah dia gadis peragu? Kenapa dia malah merengek dinikahi cepat-cepat?
"Apa Anda membenci saya, Yang Mulia?"
Gerakan mata Andaru sedikit melambat oleh pertanyaan itu. "Mungkin saja. Aku mungkin senang jika harus menikahi kakakmu, namun sayang sekali dia menikahi putra Count."
Ohiya, siapa nama kakak perempuan Meridian? Orang seperti apa dia? Sepertinya cuma figuran sih, karena sejak awal tidak ambil bagian dalam apa pun.
"Maka semakin besar alasan membatalkan."
"Kurasa itu sulit."
"Bukankah Anda Yang Mulia?" Meridian berusaha keras tidak membuat ekspresi mengejek.
Ia harus membuat wajahnya melas. Mungkin saja kejantanan orang ini terpancing. Masa dia membiarkan seorang wanita memelas agar putus?
Pangeran Mahkota kan pahlawan perang.
"Anda adalah Matahari Cerah Kekaisaran. Siapa yang berani menentang keinginan Anda?" Meridian menggeleng-geleng penuh penghayatan. "Putri Marquis tidak tahu diri ini berani memaksa sang Pahlawan menikahinya. Sungguh perbuatan rendah. Anda seharusnya memberi saya hukuman cambuk atau penjara. Anda baik hati sekali, Yang Mulia."
"Orang memang menyebutku begitu." Dia tersenyum.
Oke, nampaknya dia gampangan juga. Kalau begitu—
"Makanya aku berpikir menikahimu untuk bisa mencambukimu setiap malam."
Sudut bibir Meridian berkedut-kedut.
Sialan! Kenapa dia tidak gampangan?! Meridian kan tokoh utama!
Oh, benar. Ceritanya kan benci jadi cinta.
Kalau begitu ....
"Jika saya dan Anda menikah, kemungkinan setiap waktu saya akan mengganggu Anda." Meridian menggigit ujung jemarinya dengan ekspresi nakal. "Apa Anda mau memiliki istri obsesif seperti saya? Saya sangat ingin, Yang Mulia. Tapi atas nama cinta saya, saya tidak ingin menyusahkan Anda."
Andaru tertawa. "Apa saat kamu mengikutiku itu, sihirmu akan bergerak mencabik-cabikku? Cintamu sangat berwarna, Nona."
"Baiklah, cukup." Meridian menyerah.
Ekspresinya kembali datar seperti biasa, karena ia mulai malas berhadapan dengan ini.
"Tolong batalkan saja. Saya tidak menyukai Anda."
"Akhirnya kamu berterus terang. Mataku sakit mengikuti arus manamu untuk tahu kamu berbohong atau berdusta."
Dua-duanya sama saja!
"Anda juga sepertinya tidak menyukai saya. Ayo batalkan dan hubungan tidak penting ini berakhir. Carilah cinta Anda yang menggairahkan, dan saya mencari cinta saya yang menggairahkan."
"Hmmm. Sebelum itu, ada sesuatu yang ingin kutanyakan padamu."
"Sesuatu?"
"Aku memiliki adik perempuan yang belum menikah, kamu tahu. Andheria juga sedang berusaha menemukan calon suami yang tepat. Berkat adikku, aku mengetahui sesuatu yang sangat luar biasa, bagiku."
Meridian memicing. Entah kenapa yang akan dia ucapkan terasa salah.
Apa ada sesuatu—
"Mengapa gadis yang belum menikah sepertimu mahir berciuman dan membicarakan sesuatu yang vulgar seolah-olah terbiasa?"
Meridian tertohok.
...*...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
💖 sweet love 🌺
sebenarnya gimana sifat Meridian disini..
2024-02-09
0