Meridian baru saja akan terpejam ketika tiba-tiba sekantong kompres terlempar ke dekatnya, diberikan oleh Lucas yang mendadak canggung.
"Aku mendukungmu."
Hah?
"Lagipula aku juga berpikir Pangeran—maksudku, bajingan Andaru itu tidak sesuai denganmu. Dia hanya penggila perang yang tidak bisa membedakan mana manusia mana monster."
"...."
"Jadi batalkan saja jika kamu ingin. Mungkin pria itu akan senang. Sejak dulu dia merendahkanmu."
Begitu, kah?
Plotnya seperti, Meridian menyukai Andaru sementara Andaru tidak menyukai Meridian. Kalau begitu, Herdian kemungkinan memang tokoh yang ada untuk membantu Meridian tapi berakhir bertepuk sebelah tangan.
"Kurasa pendapatku sebagai wanita tidak diperlukan." Meridian tetap bersandiwara meski seharusnya sudah tidak perlu.
Orang ini jinak pada orang lemah ternyata. Daripada dia berteriak hai-hei sana sini, lebih baik dia bersikap baik begini.
"Siapa yang mengatakan hal bodoh itu?! Kamulah yang akan menjalaninya! Jadi tentu saja pendapatmu diutamakan."
"Benarkah? Aku bersyukur."
Meridian meletakkan kantong kompres di wajahnya, pura-pura tidur.
Ia bisa merasakan kehadiran Lucas menghilang. Entah apa yang akan dia katakan di sana, tapi sepertinya akan lumayan membantu.
Selama polanya terbaca, mudah memanfaatkan mereka.
Pada intinya, baik Dion, Raphael, lalu Lucas cuma mengkhawatirkan adik mereka. Jadi kalau ia bersikap seperti korban, tentu mereka akan kasihan.
Sekarang ....
"Apa Nona tertidur?"
Ayo lanjutkan pembicaraan mereka.
...*...
Cepat juga dia lolos. Padahal Meridian berpikir bisa tidur dulu sampai dia diizinkan menemui Meridian berdua saja di kamar.
"Bukankah itu menarik? Saudara-saudara Anda justru terpaksa membuka diri akibat perubahan Nona."
Meridian duduk. Bersandar pada tempat tidur sementara Herdian mengambil kursi untuk duduk di samping tempat tidur.
"Tapi sebelum itu, Nona, bolehkah saya memastikan? Sepertinya Anda agak sedikit—terlalu tajam memandang saya. Apa saya melakukan sesuatu yang salah bagi Nona?"
Dia anak tunggal Duke yang bijaksana. Itu salahnya.
Yah, tentu tidak adil menyalahkan dia juga. Yang menuliskan adalah Laila, jadi Herdian cuma hidup atas kehendak Laila saja.
"Tidak." Meridian mengalihkan pandangan. "Aku hanya sedang banyak pikiran."
"Benarkah? Saya senang mendengarnya."
"Baiklah. Kurasa kamu pun harus berhenti bersikap formal padaku. Kedudukan keluargamu di atas keluargaku."
"Entah kenapa saya merasa Nona akan menjauh jika saya melakukan itu."
Apa?
"Jika tidak keberatan, untuk sementara, bisakah saya tetap berbicara seperti ini? Nona tidak perlu menghiraukan kedudukan. Saya dan saudara Anda pun melakukannya."
Orang ini ... apa dia diciptakan sebagai bucin nomor satunya Meridian?
Apa mungkin jalan cerita aslinya memang seperti ini, alias Meridian sedang bergerak sesuai tulisan Laila?
Tidak, tidak. Jangan cepat menyimpulkan.
"Aku mengerti." Meridian menempelkan kompres ke kepalanya. Jaga-jaga jika harus sakit kepala lagi. "Kalau begitu, aku ingin menanyakan beberapa hal padamu."
"Tentu, Nona. Karena itulah saya datang."
"Sejak kapan aku menyukai putra mahkota?"
"Saya tidak mengetahuinya secara pasti." Herdian tersenyum penuh arti. "Tapi sepertinya Anda sudah menyukai beliau sejak ... kompetisi berburu di usia ke tujuh belas Yang Mulia Andaru. Itu sekitar ... usia Anda yang ke tiga belas."
"Jadi selisih umurku sekitar lima tahun dari orang itu?"
"Apa Nona tidak bisa mengingatnya?"
"Tidak. Tapi satu yang pasti."
Herdian mengangkat alis.
"Dia tampan."
Pria itu langsung tergelak. "Tampan, ya? Setidaknya itu benar. Bagaimana Nona tahu?"
"Mengapa aku harus menyukai pria jelek?"
Karena dia pemeran utama dan dia putra mahkota, maka jelas saja dia yang paling tampan.
Klise.
"Bicara soal itu, seperti apa dia? Ciri fisiknya."
"Hmmm." Herdian memiringkan wajah seolah butuh waktu untuk dia mengingat. "Yang Mulia ... memiliki rambut hitam gelap dengan sepasang mata merah unik."
"Mata unik?" Apa lagi yang Laila imajinasikan?
"Iris mata beliau akan berubah vertikal seperti mata reptil jika emosi dalam diri beliau bergejolak. Terkhusus, emosi negatifnya. Beberapa orang menyebutnya mata iblis, tapi juga disebut mata langka dengan kekuatan luar biasa."
Meridian menghela napas. Sudah terlalu lelah untuk bereaksi.
Jelas Laila meniru dojutsu-nya Sasuke.
"Apa kekuatan matanya?"
"Saya tidak mengetahuinya secara pasti, Nonaku. Karena kekuatan mata beliau masuk dalam kelas unik, penelitiannya tidak terbuka untuk umum. Yang bisa saya katakan, sepertinya kekuatan mata beliau bangkit di medan perang beberapa tahun silam. Pada perang pertama yang beliau pimpin, lebih dari setengah pasukan elit kekaisaran dimusnahkan. Kekalahan dalam mengatur strategi memicu ledakan mana dalam tubuh Yang Mulia, lalu kekuatan matanya bangkit bersama berita kemenangan yang mengorbankan tujuh puluh persen pasukan tersebut."
Terdengar membosankan.
Dia disuruh pergi ke peperangan, lalu melihat bawahannya musnah cuma untuk kekuatan mata itu bangkit.
Memang Laila sinting.
Tapi okelah, dia memberi latar cukup baik pada kekuatan mata itu.
Sejujurnya, Nona, ada rumor yang mengatakan bahwa mata Pangeran berfungsi sebagai penangkal sihir. Itu hanya rumor, jadi saya tidak bisa memastikannya. Hanya saja, jika benar, kekuatan sihir Anda yang meluap-luap akan bertentangan dengan matanya.
Plot twist macam apa ini?
Kenapa kamu bicara di kepalaku?
Ini sedikit rahasia, Nona. Kemampuan deteksi sihir yang Dion miliki jauh berbeda dari kemampuan mata Yang Mulia. Pada dasarnya, Dion hanya bisa merasakan kehadiran sihir dalam diri seseorang seperti yang dia lakukan terakhir kali. Anggap saja itu perasaan seperti merasakan angin. Angin di sekitar penyihir berbeda-beda bagi Dion.
Lalu Andaru?
Herdian menatapnya saat Meridian kelepasan menyebut nama tanpa embel-embel Yang Mulia Pangeran.
Jika rumor itu benar, kekuatan mata Yang Mulia hanya mendeteksi agresifitas sihir seseorang. Nona mungkin tidak menyadarinya tapi arus mana dan aliran sihir di sekitar Nona terasa tajam setiap kali membicarakan pangeran.
Meridian menatap datar.
Saya menyadarinya sejak awal.
Herdian tersenyum.
Dion juga pasti menyadarinya. Tentu, saya tidak bisa mendeteksi. Jadi saya menyebar angin di sekitar Anda tanpa Anda sadari. Raphael juga menyebar embun di sekitaran Anda. Sihir Nona menolak angin saya tapi mengabaikan embun Raphael. Saya mengartikan Nona marah pada saya.
Cih.
Tapi, terlepas dari itu, Dion pasti lebih menyadari. Arus mana milik Nona sangat agresif. Nona hanya menolak angin saya, namun saat membicarakan pangeran, sihir saya dan Raphael seperti tercabik-cabik. Karena itu Nona pasti sangat marah pada Yang Mulia.
Kalau begitu, bertemu Andaru saja pasti berbahaya.
Jika sihir di sekitar Meridian bergerak tanpa kendali meski tidak merugikan seseorang, mata ajaib si Pangeran akan menyadarinya?
Apa yang akan dia lakukan kalau dia menyadarinya?
*Bukan perihal beliau menyadari atau tidak. Kekuatan mata beliau sesensitif sihir Nona. Begitu merasakan aliran tidak teratur di sekitar Nona, sihir Nona akan dideteksi sebagai sihir musuh. Sekali lagi, jika kekuatan mata beliau benar-benar penangkal, maka aliran agresif itu akan dihempaskan pada Nona kembali.
....
Pada dasarnya sihir Nona tidak akan melukai Nona. Tapi jika sihir itu dipantulkan dari kekuatan lain, besar kemungkinan kekuatan sihir Nona akan lepas kendali. Nona mungkin tidak akan terluka, tapi orang di sekitar Nona akan terluka. Tentu saja, itu juga merugikan*.
Sialan.
OP-nya kenapa sampah begini?
Lalu bagaimana Meridian dan Andaru bisa berjodoh kalau sihir mereka malah saling bertengkar?
Dion tidak mengetahui kemungkinan seperti itu bisa terjadi. Rumor kekuatan mata Yang Mulia terlalu banyak untuk dipastikan. Sepertinya Dion lebih mengira kekuatan mata Yang Mulia bisa dikendalikan dan hanya untuk tindakan ofensif.
Katakan saja langsung.
Dion menganggap kekuatan mata Yang Mulia hanya digunakan di medan peperangan. Di sisi lain, deteksi sihir Dion hanya sebatas mendeteksi keberadaan dan agresifitas sihir seseorang. Artinya, dia tidak bisa mendeteksi apa Nona mengendalikan sihir itu atau tidak. Jika Nona bertemu Pangeran, Dion mungkin berpikir bahwa Pangeran hanya akan mendeteksi keberadaan sihir dari Anda, tidak lebih. Terlebih lagi, mendeteksi jumlah sihir seseorang itu sebenarnya tidak sederhana. Yang bisa dideteksi hanya kesesuaian sihir bagi seseorang. Itu tergantung dari mereka memanfaatkannya atau tidak.
Dengan kata lain ....
Skenario sempurnanya, Nona bertemu Pangeran dan Pangeran menyadari kesesuaian Nona terhadap mana. Skenario terburuknya, sihir Nona yang meliar memancing kekuatan mata Yang Mulia.
Double sial.
Sudah sial bertemu Pangeran Klise, sekarang ia pun harus beresiko dihempaskan kekuatan sharingan jadi-jadian?
Kenapa tidak sekalian itu rinegan?
Apa yang sebenarnya ingin saya katakan adalah, bagaimana jika Nona berlatih mengendalikannya?
Bukankah ruangan ini dimantrai oleh tiga orang gila itu?
Herdian tertawa tanpa suara. Itu benar, Nona. Ada mantra pengawas yang ketat terpasang di sini. Tapi itu hanya bereaksi pada lonjakan tertentu. Seperti saat Nona menciptakan api.
Jadi begitu.
"Bisakan Nona membuat api kecil untuk saya?"
Meridian tersentak. "Kamu yakin?"
"Ya."
Karena tak mau dibilang meniru gaya dia—padahal memang iya—Meridian menciptakan api di telapak tangannya.
Spontan ia menunggu Lucas datang marah-marah, tapi pemuda itu tak muncul.
"Saya akan menjelaskannya secara sederhana."
Herdian mengelilingi sekitar Meridian dengan angin sejuknya yang bersinar kehijauan.
"Jika mengibaratkan angin ini sebagai mana, maka sampai kapan pun, dari awal Nona menjadi penyihir hingga seluruh mana dalam jiwa Nona habis, mereka akan terus mengelilingi Anda. Karena itu mereka tidak memengaruhi sihir yang diletakkan Dion. Tapi jika Nona mengubah mana itu menjadi sihir," Herdian menjentikkan jari, memadatkan angin di tangannya seperti bola api, "maka sihir pendeteksi akan terangsang."
Hmmmmm. Polanya seperti alat pendeteksi kebakaran?
Berarti ada batas tertentu.
Mudah juga memahaminya. Ada untung kenapa Laila yang menulis ini.
Jadi Nona bisa berlatih mengendalikan arus mana itu agar aliran sihir Nona tidak agresif. Dengan begitu, setidaknya Nona akan terhindar dari masalah jika dugaan mengenai kekuatan preventif Yang Mulia itu benar-benar nyata.
Aku akan mencobanya. Kurasa itu akan—tunggu dulu.
Meridian baru tersadar.
Kenapa kamu bicara seakan aku akan bertemu Pangeran? Bukankah ini pesta perayaan, bukan penyambutan? Yang mengundangku adalah Putri, bukan Pangeran.
Herdian tersenyum polos. Pangeran Andaru dan pasukan telah kembali, Nona. Tepatnya lagi besok. Pesta perayaan juga akan menjadi pesta penyambutan.
Rasanya Meridian mau tepar saja, saking capek menghadapi serangan kenyataan fiksi.
...*...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
💖 sweet love 🌺
bahasa dan plot nya agak membingungkan..
nalar q yg gk nyampe mgkn
2024-02-09
0