Judulnya adalah The Crown. Tapi tidak seperti serial The Crown-nya Ratu Elizabeth, novel ini benar-benar cuma novel bucin tanpa dasar pengetahuan.
Tokoh utamanya adalah Andaru, pria tampan yang Meridian belum tahu dibuat seperti apa oleh si Bodoh Laila itu.
Jadi singkat cerita, Andaru adalah pahlawan perang yang super duper hebat plus calon kaisar alias putra mahkota kejam berhati dingin.
Entah untuk alasan apa, dia dijodohkan dengan putri Marquis, yang tidak lain tidak bukan adalah Meridian.
Tamat.
"Aku ingin membatalkan pertunangan."
Ekspresi orang yang disebut Ayah dan juga Ibu di depannya sama saja seperti pelayan tadi. Mereka cengo.
Namun Meridian melirik seseorang lagi, yang mengaku sebagai kakaknya dan memaksa ikut terlibat dalam percakapan. Wajahnya tidak cengo.
Mampu mengontrol wajah adalah ciri orang pintar versi Meridian. Siapa dia? Dion? Lalu siapa lagi ... Lukas? Siapa lagi yang ketiga? Ah, Meridian lupa.
"Ada apa denganmu?" Si Kakak lebih dulu bertanya. "Aku mengerti debutan-mu mengalami masalah. Tapi haruskah kamu berpura-pura tidak ingat untuk menutupi rasa malu?"
"Boleh aku tahu apa maksud dari debutan bermasalah?" Meridian bukan si Meridian Liolalo ini, jadi ia tak merasa sedang berpura-pura.
"Kamu masih berpura-pura."
"Apa wajahku terlihat berpura-pura?"
"Dion, tenanglah. Adikmu sedang kebingungan." Si Ayah menghentikan anaknya. Dan memberi informasi bahwa ternyata ini si Dion.
Wajahnya tampan luar biasa, kalau bisa dikomentari. Laila pasti mencurahkan seluruh kemampuannya cuma untuk deskripsi cogan.
Pria bernama Dion ini memiliki mata kristal seperti Meridian, namun rambutnya berwarna hitam legam. Ekspresinya dingin. Khas cowok-cowok komik yang hanya akan lembut pada kekasihnya.
"Meridiana, kamu benar-benar melupakan dirimu?"
Pertanyaan macam apa itu?
"Ya, Ibu. Aku melupakan semuanya. Kurasa." Bahkan nama wanita ini ia tidak tahu.
Harusnya tadi ia bertanya. Tapi tidak tahu pun tidak masalah. Ia hanya cukup memanggil dia Ibu.
"Lalu, bisakah kita masuk ke permasalahannya? Aku ingin membatalkan pertunangan."
"Meridian, jika ingatanmu benar-benar bermasalah, maka itu bukan pembicaraan yang layak untuk sekarang." Si Ayah menanggapi serius. "Lagipula, ini pertunangan yang melibatkan keluarga kekaisaran. Kita tidak bisa sembarangan membatalkannya."
Tentu saja bisa. Memang apa alasan mereka bertunangan? Politik? Laila bahkan tidak tahu mengapa perang dunia kedua dan pertama terjadi, dan mengapa perang dunia ketiga belum terjadi.
Paling dia mengaturnya seperti 'ini sudah diputuskan jadi jangan melawan sebab kekaisaran maha kuasa'.
Orang itu memandang dunia secara sederhana. Sangat sederhana.
"Hukum kekaisaran mengatakan pertunangan yang telah direstui oleh kuil tidak bisa dibatalkan kecuali dengan bukti kuat." Dion membalas.
Kenapa tidak sekalian dia membuat Andaru dan Meridian sudah menikah saja? Lagipula bukti. Memangnya ini kasus korupsi!
"Apa tidak ada cara membatalkannya?"
"Kenapa kamu ingin membatalkannya?"
Bisakah dia diam dulu?
"Aku melupakan banyak hal, Saudaraku. Banyak hal. Termasuk wajahmu, kurasa. Kamu ingin aku menikahi pria yang wajahnya kulupakan?"
"Berhenti bermain-main, Mery."
Meridian tersedak. "Kamu memanggilku apaaaa?!"
Mereka tersentak lagi.
"Aku memperingatimu, Sialan! Jangan panggil aku dengan panggilan menjijikan!"
Sambil misuh-misuh, Meridian bangkit. Pergi meninggalkan mereka saking jijiknya.
Mary apaan! Mary Christmas? Meridian dan Mary adalah dua hal berbeda!
Sialan. Orang tampan sialan!
*
Meridian menggigit kukunya sambil memeluk diri sendiri meninggalkan tempat tadi.
Tidak mungkin ia senang harus berada di dunia menyebalkan yang ia tak tahu alurnya ke mana, namun sangat yakin bahwa semua akan ampas.
Pasti ada cara untuk kembali. Pasti ada cara untuk bangun dari mimpi tol*l ini.
Ayo pikirkan sesuatu. Meridian adalah gadis cerdas yang bisa melakukan apa saja dengan kepercayaan diri, tekad, dan tentu saja usaha. Pasti ada cara untuk Meridian bisa kembali.
Tapi pertanyaannya, apa? Lagipula, sejak awal, bagaimana seseorang bisa masuk ke dunia novel?
"Tenanglah, Meridian. Tenanglah." Meridian semakin gelisah menggigit kukunya, sebab perasaan nyata ini membuat takut.
Ini mimpi. Mimpi yang terasa nyata. Yang perlu ia cari tahu hanya bagaimana harus bangun.
"Meridian."
Kekesalan menguasai Meridian hingga ia menatap tajam kedatangan pria tampan sialan yang tadi memanggilnya Mary.
Jika sekali lagi dia mengucapkan itu, Meridian bersumpah akan menendang wajahnya.
"Hentikan permainanmu."
Tolong jangan pancing emosinya dulu ketika Meridian sudah sangat pusing memikirkan dirinya terisekai!
"Apa menurutmu semua orang akan percaya jika kamu berkeliling mengatakan kamu lupa ingatan hanya karena kemarin kamu merusak debutan-mu? Tidak peduli seberapa memalukan hal itu, kamu sudah dewasa untuk menghadapinya dengan kepala dingin, bukan lupa ingatan tiba-tiba."
Huft. Oke, tenang. Baiklah.
Dia ini karakter novel alias tidak nyata alias tidak penting alias abaikan saja.
Tarik napas dan tenang. Tenang setenang-tenangnya.
Ini mimpi, ini teknologi canggih yang ia kebetulan lupa saja karena baru bangun tidur, dan sebentar lagi ia akan kembali.
"Kamu tidak bisa membohongi dokter. Tidak ada luka dari kepalamu jadi hentikan—"
"Diam!" Meridian kelepasan juga. "Dengar, yah, Orang Asing. Mengoceh tentang luka di kepala, tentang dokter gadungan dan tentang apa pun itu ocehanmu, aku tidak peduli tapi dengar! Aku, sudah bilang, aku lupa! Berhenti bicara padaku!"
Meridian berbalik kesal. Mengabaikan raut wajah terkejut pria itu dan kembali bergumam dalam hati bahwa entah bagaimana ia harus kembali.
Harus kembali!
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments