"Angin lebih sulit dikendalikan lantaran kecepatannya." Herdian menjentikkan jari untuk mengobati pipinya. "Tapi Nona hanya menggores pipi saya. Itu kendali yang luar biasa untuk percobaan pertama."
Jadi secara singkat sihir ini dikendalikan sepenuhnya oleh pikiran? Tersendat saat ia ragu, bergerak detik ia berpikir?
Luar biasa.
Yang ini lumayan Meridian sukai, karena sepertinya tidak ujug-ujug muncul. Walau kekuatan sihir tidak masuk akal ini masih sulit dimengerti.
Kenapa tokoh utama memiliki kekuatan sihir kelas destruction?
Kalau begitu, jangan bilang ia juga pengendali bumi?
Meridian membuka telapak tangannya. Sangat amat yakin memikirkan sesuatu seperti tanah atau batu muncul, tapi tidak terjadi apa pun.
"Apa yang Nona coba?"
"Aku hanya berpikir aku memiliki kekuatan bumi juga."
Herdian tertawa terbahak-bahak. "Sayangnya tidak, Nonaku. Elemen tanah sepertinya tidak sesuai dengan mana yang Nona miliki."
"Apa ada sesuatu seperti itu?"
"Ya. Itulah kesesuaian mana setiap orang. Raphael tidak bisa menciptakan angin sekalipun dia bisa mengendalikan tanah dan air. Kesesuaian elemen bumi dan angin bisa dikatakan sangat tinggi, namun mana yang Raphael miliki tidak sesuai dengan mana yang dibutuhkan menciptakan angin."
Kali ini, Meridian terbengong-bengong.
Bukan karena sihirnya, tapi karena ia tak percaya, Laila membuat penjelasan tentang sihir selengkap ini.
Meridian kira dia hanya fokus pada wajah tampan saja.
Tunggu. Apa jangan-jangan Meridian agak terlalu meremehkan Laila? Berhubung ia baru baca satu paragraf novelnya, sejauh ini Meridian cuma menyimpulkan dari kepribadian Laila sendiri.
Kalau benar begitu ... beri dulu Meridian penjelasan mengapa cewek lemah ini punya super booty?!!
"Nona, bisa tolong buat angin sekali lagi? Kali ini bayangkan itu untuk pajangan saja."
Meridian mau mencoba jentikan jari. Ternyata benar-benar muncul.
Berguna juga.
"Sepertinya Anda benar-benar cuma membuat saya terkejut hari ini." Herdian menghela napas pasrah dan ikut menjentikkan jari.
Seketika Meridian sadar apa maksud dari permintaan itu saat kedua sihir mereka berdampingan.
Warna entah apa yang bergerak-gerak mengikuti angin milik mereka berdua berbeda. Angin Meridian menciptakan gradasi warna biru sedangkan milik Herdian tampak seperti berwarna hijau.
Jadi begitu. Warna mana setiap orang berbeda. Meridian punya api biru, air berwarna kebiru-biruan, angin yang juga berwarna biru.
Lingkaran sihir orang ini berwarna hijau, cahaya yang dia keluarkan saat berteleportasi warna hijau, begitu pula saat dia menyembuhkan.
Tanah tidak bisa berwarna biru, jadi Meridian tidak bisa membuat tanah? Jangan-jangan benar seperti itu.
Laila sekali, sih.
"Aku sudah mengerti. Tapi, ada dua hal yang masih aku pertanyakan."
"Tanyakan, Nona."
"Telepati. Apa itu termasuk elemen juga?"
Bukan.
Dia menjawabnya lewat telepati.
"Lalu?"
"Nona bisa menyebutnya kemampuan langka atau unik. Mungkin karena Nona lupa ingatan, jadi Nona tidak memahaminya. Kemampuan langka seperti telepati dianggap luar biasa sekaligus menakutkan. Itu memungkinkan penggunanya melihat ke dalam diri seseorang secara mendalam. Jadi, kemampuan ini rahasia."
"Apa hanya Dion dan Raphael yang tahu?"
Herdian tersenyum manis. "Hanya Nona."
Apa?
Kemampuan telepati tidak memerlukan mana dan tidak memiliki elemen tertentu.
Herdian menjentikkan jari sebagai perintah bagi anginnya mengambil cangkir minuman di dekat tempat tidur.
Dia meminumnya tanpa izin.
Karena itu Dion tidak bisa mendeteksinya. Tidak ada cara mengetahuinya kecuali penggunanya berterus terang.
Bukankah second male lead-nya agak terlalu OP? Jangan bilang male lead sungguhan malah lebih OP lagi?
"Kenapa kamu memberitahuku?"
"Tidak ada kerugian bagi saya memberitahu Nona. Sekalipun Nona memberitahu seseorang, Nona yang lupa ingatan kemungkinan hanya dianggap gila. Lagipula, Nona tidak bisa sembarangan memberitahu siapa pun mengenai kemampuan Nona. Jadi, saya baik-baik saja."
Licik juga orang ini. Tapi dia pintar, jadi Meridian di satu tempat merasa bangga.
Bagus, bagus. Herdian setidaknya tidak boleh tolol.
"Dan, setelah menyelidikinya, saya merasa Nona juga memiliki kemampuan sama."
"Apa?"
Herdian beranjak. "Tidak ada cara mendeteksi kemampuan unik. Tapi karena saya memilikinya, saya juga memikirkan apa pemicu dari kemampuan itu."
"Pemicu?"
"Dengan kata lain, bakat. Saya tidak memuji diri saya sendiri. Saya hanya menganggap diri saya memiliki bakat tertentu. Elemen dasar yang saya miliki hanyalah angin. Tapi itu berkembang menjadi banyak hal, termasuk kemampuan penyembuh. Jadi jika kemungkinan itu benar, maka Nona yang memiliki kesesuaian elemen lebih banyak seharusnya lebih berbakat."
Meridian melipat tangannya, tenang. "Bagiku, bakat bukan penentu."
"Tentu, Nona. Bakat adalah potensi, bukan segalanya. Nona Meridian memiliki kekuatan sihir berkali-kali lipat daripada siapa pun yang saya ketahui, tapi pengalaman, kemampuan mengendalikan, penggabungan dan seterusnya, Nona belum memilikinya. Jadi, jika saya dan Nona mengadu keterampilan, saya percaya diri memenangkannya. Meskipun tidak bisa disebut menang telak."
Cukup bisa diterima. Meridian melemaskan bahunya. "Lalu, aku juga bisa membaca pikiran atau bertelepati?"
"Kemampuan unik tidak berpusat pada kemampuan membaca pikiran, Nonaku. Itu bergantung pada apa yang Nona miliki."
"Bagaimana aku mengetahuinya?"
"Sejujurnya, itulah yang membingungkan. Sesuatu akan muncul jika Nona benar-benar memilikinya. Untuk sekarang, coba pejamkan mata Anda dan biarkan pikiran Anda berpusat pada satu titik. Terus pikirkan sesuatu yang Anda butuhkan. Apa pun itu."
Meridian agak tertarik memikirkan ia jadi OP di dunia antah-berantah ini.
Segera ia terpejam, merasakan angin lembut berembus di sekitarnya seolah coba membantu agar ia tenang.
Seluruh isi kepala Meridian perlahan-lahan gelap. Mencari satu titik cahaya untuk fokus sambil terus berpikir apa sesuatu yang ia butuhkan.
Sesuatu.
Sesuatu yang ia butuhkan.
Sesuatu yang ia inginkan.
Sesuatu yang sangat berguna baginya sekarang.
Sesuatu yang—
"Meridiana!"
Kelopak mata Meridian terbuka lebar merespons suara pintu terbanting. Ia merasakan sesuatu seperti terhempas dari dirinya, melenyapkan seluruh elemen termasuk sihir milik Herdian.
Meridian terpaku menatap kondisi kamarnya seolah habis dirampok sekompi pencuri hingga gordennya pun sobek-sobek.
Meja tempat Herdian duduk terbalik dan patah, sementara orang itu menghilang entah kemana, digantikan oleh Lucas.
Nona, jika Dion datang menanyakan jejak sihir saya, katakan bahwa itu tiba-tiba muncul begitu saja. Saya akan menjelaskannya lain waktu.
"Hei!" Lucas bergegas menyambar lengannya. "Ada apa denganmu? Bagaimana kekuatan sihirmu meluap-luap seperti ini? Apa yang kamu lakukan?!"
Apa efek sampingnya adalah benturan?
Meridian entah kenapa merasakan sensasi sihir api, air dan anginnya terhempas.
Kekuatannya destruktif. Jika tidak ada penghalang milik Herdian, mungkin kamar ini akan hancur total.
"Apa yang kamu lakukan?" Dion muncul. Pasti jadi yang paling pertama menyadari gejolak mana dari Meridian. "Aku menyuruhmu diam. Mengapa kekuatan sihirmu mengamuk tiba-tiba?"
"Meridian!" Raphael juga muncul.
Bersama Litae dan Litea yang ikut berlari di belakangnya.
Tapi karena Raphael lebih berbudi, dia mendatangi Meridian penuh kekhawatiran. "Kamu terluka? Kamu baik-baik saja?"
Meridian melihat ke pintu. Siapa tahu si Ayah dan si Ibu juga muncul.
"Hei, jawab pertanyaan kami!" Lucas membentak. "Berhenti bertingkah aneh! Setidaknya beritahu ada apa!"
Bagaimana ia membuat alasan? Berkata 'aku tidak tahu, tiba-tiba saja muncul?'.
Bagaimana kalau sihir adalah sesuatu yang tidak bisa mengamuk tanpa kesadaran pemiliknya? Itu sama saja Meridian berbohong dan memaksa mereka percaya.
Kalau begitu ....
"Aku hanya penasaran pada sihir."
Ayo lakukan ini.
"Aku mencobanya lalu tiba-tiba terjadi seperti ini. Aku tidak tahu akan berakhir begini. Maaf."
Mata Dion yang paling curiga padanya. Dari bagaimana dia melirik ke tempat lingkaran sihir Herdian tadi muncul, nampaknya dia terganggu. "Apa sihir berwarna hijau muncul baru saja?"
"Ya." Meridian menunjuk langit-langit. "Itu mengelilingi sekitaranku. Mirip dengan sesuatu yang kulihat di tempat si Pirang tadi."
"Herdian." Raphael menoleh pada Dion. "Kurasa dia memperkirakan benturannya terjadi. Lagipula, Meridian baru saja membangkitkan sihirnya."
Orang itu jago bohong ternyata.
"Kamu punya sihir?" Bocah kembar lagi-lagi mendekatinya. "Tunjukan padaku! Aku juga ingin jadi penyihir!"
Meridian melipat tangan. "Kamu memanggilku orang gila lalu menyuruhku menuruti permintaanmu?"
Keduanya tersentak.
"Ayo anggap ini tidak pernah terjadi." Raphael menuntun Meridian untuk berdiri. "Kemarilah, Meridian. Untuk sementara, pindahlah ke tempat yang bisa kami jangkau."
Cih.
"Aku akan membawanya." Lucas menarik tangan Meridian, dalam sekejap mereka berpindah ke sebuah kamar asing lainnya.
"Di mana ini?" Meridian sudah sedikit terbiasa tidur di kamar itu lalu sekarang ia harus berusaha terbiasa lagi di sini?
Memang dirinya boneka dipindah-pindahkan!
"Tidurlah di sana. Kamar ini jauh dari kamar Ayah dan Ibu."
"Di mana mereka?"
"Karena seseorang berbuat kacau, Raphael harus menidurkan semua orang di mansion ini." Lucas mencibir sinis. "Kalau sudah mengerti, pergi dan tidur saja."
Orang ini karakternya dibuat sebagai kakak tsundere? Tipe yang sok tidak peduli tapi selalu berlari paling pertama jika adiknya dalam bahaya?
Uwwa, menjijikan.
Meridian paling benci karakter tsundere.
"Aku akan tidur jadi keluarlah."
Lucas menjatuhkan diri ke sofa panjang di dekat jendela. "Sihirmu merepotkan, jadi aku, Dion dan Raphael perlu bekerja keras atau semua orang akan tahu jika kamu punya kekuatan sihir tidak masuk akal."
Maksudnya dia akan duduk di sana sepanjang malam? Bersama Dion dan Raphael?
Meridian memijat keningnya lagi, kembali dibuat pening.
Laila gila. Kenapa dia harus membuat karakter kakak menjengkelkan macam ini?
"Hei, Meridian."
Apa? Dia mau bergosip sebelum tidur?
"Kamu masih memikirkan perkataan mereka?"
"Mereka?"
Lucas menoleh padanya. "Kamu juga melupakan yang dikatakan Tuan Putri padamu?"
Ada tuan putri di kekaisaran ini?
Yah, tidak heran, sih. Hanya sedikit mengejutkan bagi Meridian.
"Bagaimana memikirkannya saat aku tidak ingat?"
Lucas membuang muka.
Berhubungan Meridian malas meladeni, ia memejam. Berharap segera tidur daripada nanti semakin tidak bisa tidur dikelilingi oleh Dion dan Raphael.
...*...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments