Tangan Herdian terulur ke arahnya. Meridian berpikir dia mau menyentuh tangan atau bahu, ternyata malah mendarah di rambut.
Sambil tersenyum 'saya tidak punya pilihan atau pewaris keluarga Duke lenyap', Herdian mulai memunculkan lingkaran sihir di atas kepala Meridian.
Itu agak menarik melihat cahaya hijau lembut turun mengelilinginya, membentuk sebuah tabung sebelum tiba-tiba hilang tak berbekas.
"Sudah?"
"Tidak ada dampak saat penggunaan."
"Begitu." Meridian coba membuka telapak tangan, hendak menciptakan api tapi nihil.
Cara kerjanya seperti vakum ternyata. Sesuatu seperti menciptakan ruang hampa hingga tidak ada udara (dalam kasus ini mana).
"Apa ada batasan waktu penggunaan?"
"Mana saya adalah batasannya. Cukup untuk Nona gunakan sampai pesta berakhir, jika Nona mau."
"Ayo pergi." Lucas tidak mau basa-basi.
Meridian juga, jadi segera ia mengangguk. Namun saat akan menggenggam tangan Lucas, Herdian memberi pesan.
"Seharusnya saya tidak perlu memberitahu ini. Anggap saja waspada. Jika sesuatu yang besar memicu mana aktif di sekitar Nona, maka hal yang akan terjadi adalah ledakan mana."
"Apa masih bisa terpicu?"
"Ya, Nona. Karena ini hanya pengekang meskipun menghilangkan sebagian besar mana di sekitar Nona. Tentu, sepertinya itu tidak akan terjadi."
"Baiklah, terima kasih." Meridian memegang tangan Lucas yang seketika memindahkan mereka ke balkon luar pesta.
"Aku merasa seperti Herdian berpikir aneh tentangmu." Lucas langsung mendumel lagi. "Sebaiknya jangan terlalu mempercayai dia."
"Bukankah dia teman baik Raphael?"
"Siapa yang menjamin teman baik kami bisa dipercaya?" Lucas memasukkan kedua tangan ke sakunya. "Kurasa aku harus kebih waspada padanya."
Meridian tidak mau mengurusi sifat overprotektif saudara Meridian palsu ciptaan Laila, jadi anggap tidak dengar.
Mereka sama-sama kembali memasuki aula pesta, disambut oleh musik klasik dan lingkaran tarian dansa. Setelah celingak-celinguk tidak menemukan kembaran si Putri (para bangsawan musuh Meridian Palsu, mungkin?), Meridian bisa bernapas lega.
Sihir sudah diatasi, tapi urusan suka tidak suka itu juga menyangkut psikologi.
Kalau kata Lucas, wajahnya akan menyeramkan jika sedang kesal.
"Apa kamu masih akan menemaniku? Kamu tidak berdansa?"
Lucas malah sibuk mencomot sandwich di nampan yang pelayan bawa. "Kenapa aku harus melakukan hal merepotkan dan menjijikan?"
Meridian tertegun.
Hampir-hampir ia menutup mulutnya dan terisak-isak penuh haru.
Ya Tuhan.
Ternyata si Brengsek yang tadi menyebut tuan putri sebagai Rembulan Kekaisaran juga terpaksa harus jadi menjijikan demi tugas.
Duh, mendadak Meridian naksir padanya.
Ada yang waras ternyata. "Jika aku tahu berdansa, aku akan mengajakmu." Berdansa dengan orang yang memahami betapa menjijikan semua itu pasti menyenangkan.
Hah.
"Ayo."
"Apa?"
"Kamu mengajakku berdansa. Ayo."
Meridian mengangkat alisnya tinggi-tinggi. "Aku tidak tahu caranya."
"Kamu paling jago berdansa, dasar bodoh. Ayo."
Hei, hei! Yang jago itu Meridian Palsu!
Tapi tanpa mendengar pembelaan Meridian, Lucas sudah menarik tangannya ke lantai dansa. Dia menuntun tangan Meridian memeluk bahunya sementara satu tangan di pundaknya.
Sungguh Meridian tidak tahu harus berbuat apa, jadi ia cuma mengikuti gerakan Lucas yang luar biasa lihai.
"Aku mulai percaya kamu lupa ingatan sungguhan." Lukas mengejek. "Meridian tidak pernah menginjak kaki lawan dansanya."
Meridian menginjak kakinya, sengaja.
"Hei!"
"Sudah kubilang aku tidak—"
Tubuh Meridian bergerak dengan sendirinya.
Ia bahkan tercengang bagaimana ia bisa berputar sebegitu lentiknya, melangkah tergesa-gesa mengikuti ritme musik.
Sialan!
Kenapa pula ia malah melakukan hal norak begini?!
"Bajingan itu ...." Lucas menggeram. "Dia jelas-jelas menggodamu."
"Hah?" Meridian menoleh susah payah untuk menemukan Herdian tersenyum cerah.
Jadi itu perbuatannya?
"Kenapa kamu jadi cemburu padanya?" Meridian tidak punya pilihan kecuali menyelesaikan ini. "Kalau kamu tidak suka, seharusnya kamu yang menggerakan tubuhku dengan sihirmu."
Lucas membuang muka. "Sihirku tidak seremeh kroco itu."
"Sihirmu hanya teleportasi?"
"Jelas saja tidak! Kamu menyamakanku dengan pemula?!"
"Apa salahku? Aku hanya pernah melihat sihir teleportasimu. Lebih tidak masuk akal aku tahu segalanya sementara tidak pernah melihat."
"Kamu pernah melihatnya."
"Aku tidak—"
"Tidak ingat! Ya, ya, aku tahu! Berhenti mengulangnya!"
Kenapa dia jadi emosional?
Atau jangan-jangan hubungan Meridian Palsu justru sangat akrab dengan Lucas dan Dion? Terlepas dari kenapa, yang sepertinya masih sulit terjawab, hal macam apa yang pernah dia perlihatkan pada Meridian?
Tapi, yang paling terpenting, dansa selesai!
Meridian segera menepi untuk menarik napas banyak-banyak. Lelah juga padahal dituntun bergerak oleh sihir Herdian.
Ayo buat catatan tidak pernah berdansa lagi seumur hidup—
Nona.
Lagi-lagi Herdian.
Pangeran Andaru menatap Anda.
Di mana?
Arah jam—ah, beliau berbalik.
Beritahu aku tempatnya.
Lantai dua sebelah kanan. Sepertinya beliau menepi ke balkon.
Meridian mendongak. Tidak lagi bisa menemukan Andaru tapi jadi dibuat pemasaran sebenarnya seperti apa si Pangeran Klise Matahari Kekaisaran itu.
"Lucas."
"Hm?"
"Aku akan pergi menyapa Pangeran. Tetap di sini."
"Apa? Tidak. Aku akan bersamamu."
"Sudah ada pengekang mengawasiku jadi setidaknya beri aku kebebasan sebentar. Lagipula, kamu ingin terjebak dalam percakapan antar pasangan?"
Lucas mendecih. "Kamu mengakuinya sebagai pasangan?"
"Dengan begitu aku bisa memutuskannya. Jadi diam saja."
Sebelum menerima jawaban, Meridian sudah bergerak meninggalkan pria itu.
Ia berusaha melewati kerumunan manusia, mencapai tangga melengkung yamg membawanya ke lantai dua. Kakinya yang lelah dipakai berdansa rasanya lemas digunakan menaiki tangga.
Jauh berbeda dari tubuh Meridian asli yang dipakai mendaki gunung pun kuat.
Disusuri bagian kanan lantai dua sesuai arahan Herdian, berusaha menemukan sosok berambut hitam legam itu.
Pahlawan kenapa malah menyepi?
Dari kejauhan, akhirnya nampak punggung lebar seorang pria tinggi yang mengenakan pakaian kerajaan merah emas. Meridian bergegas mendekatinya, dan mengingatkan diri untuk tidak terbawa suasana.
Sihirnya tersegel, ekspresinya tidak. Jadi, Rasionalitas, Meridian mengandalkanmu!
"Yang Mulia."
Tubuh itu berbalik.
Hanya butuh waktu sedetik, Meridian terdiam kaku.
Suara-suara musik serta percakapan di bawah mendadak hilang. Meridian merasakan sesuatu menariknya jatuh dalam kegelapan, tapi kedua matanya terbuka lebar-lebar.
Astaga.
Orang ini sih bukan orang.
Dia pemilik surga.
Namun seolah belum cukup, mata merah pekat itu mengeluarkan sinar aneh.
Pupil yang awalnya normal kecuali pada warna tiba-tiba memunculkan garis vertikal yang benar-benar nampak seperti pupil reptil. Di sekitar garis itu bersinar sesuatu menyerupai lingkaran sihir rumit, bergerak dan berputar seolah beroperasi.
Meridian terlambat memperoleh kesadaran. Sesuatu tiba-tiba terasa dicabut dari raganya, memaksa Meridian lunglai tak bertenaga.
Tubuhnya nyaris berbaring di lantai jika sebuah tangan tidak memeluk punggungnya.
"Sihirmu ...." Sang Pemilik Surga Kekaisaran bergumam di wajahnya. Mata merah itu masih tampak tidak normal. "Seseorang membelenggunya."
Meridian tidak bisa menggerakan seujung jari saja.
Sial. Jangan bilang kekuatan mata Andaru bisa merangsang mana yang terbelenggu?
"Apa dia tidak memberitahumu ledakan mana akan terjadi? Dan energi sebesar ini, aku pasti akan berpikir ini perbuatan pembunuh jika tidak mengenalmu, Nona."
Ini efek sampingnya? Kalau begitu sekarang juga ....
"Ada banyak sihir dalam dirimu ternyata." Lingkaran sihir di matanya itu tampak terus berputar-putar dan bersinar. "Sihir deteksi, kurasa itu milik Dion. Lalu sihir teleportasi. Lucas mencoba mendatangimu sekarang. Lalu ...."
Dia tersenyum agak menakutkan.
"Mereka menyembunyikan sesuatu yang besar. Aku bisa merasakan jejak sihir Herdian juga. Aku pikir dia hanya mencoba menggangguku, tapi sepertinya kalian dekat."
Apa yang ....
"Nonaku yang menggemaskan. Kamu tidak menyapaku, berdansa dengan kakakmu, lalu sekarang bermain dengan temanku. Kamu sedikit berubah."
"B-bawa ...." Meridian mau berbisik 'bawa ia pada Herdian atau Dion sekarang juga', tapi suaranya tak mau keluar.
Pantas saja Lucas menentangnya.
"Sepertinya kamu kesulitan. Aku akan membantu."
Ketika Meridian berpikir dia akan membawanya pada Dion atau Herdian, yang terjadi sungguh luar biasa klise.
Wajah tampan itu mendekat, mempertemukan bibir mereka tanpa izin. Meridian terbelalak syok. Spontan meremas kuat-kuat pakaian Andaru saat lidah panasnya membelai lidah Meridian.
Kenapa dia ....
Sial!
Ciumamnya enak!
Meridian peduli setan dulu pada yang lain. Peduli setan bagaimana ia bisa tiba-tiba menggerakan lengan, karena yang lebih penting adalah memeluk leher Andaru untuk memperdalam ciumannya.
Remasan Meridian di kepalanya merusak tatanan rambut sang Pahlawan Perang. Namun daripada marah, Andaru balas memeluknya kuat, hingga keduanya sama-sama tak rela menjauhkan diri.
Dasar Laila sialan!
Mengapa dari semua orang, demi Tuhan, dari semua orang! Kenapa dari seluruh yang bisa dia ciptakan dengan visual ini, dia malah memberikannya pada si Putra Mahkota Klise!
Memang layak Herdian menyebut mata merah Andaru itu unik dan satu-satunya.
Mulai dari Dion yang pesonanya sudah sekelas Sasuke, Herdian yang auranya seperti Claude versi murah senyum, Lucas yang mengingatkannya pada Jungkook BTS, lalu Raphael yang sebelas dua belas Jaemin NCT Dream, seluruhnya Meridian kebal lantaran yakin mereka semua klise.
Tapi makhluk ini! Visualnya malah tampak seperti makhluk idaman Meridian, bermata merah misterius dengan rambut hitam legam lebat.
Sialan Laila.
Dia memakai visual andalan Meridian untuk pasangan Meridian palsunya.
Tampangnya ini diciptakan cuma untuk dipuja dan tidak yang lain, sialan!
"Hmmm." Andaru memegang dagu Meridian sekaligus mengusap bekas basah di bibirnya. "Siapa yang mengajarimu berciumam, Nona?"
Tampangnya bikin gila.
Sialan. Sialan. Sialan.
Terkutuklah Laila!
"Sihirmu ...." Andaru bergumam sekali lagi ketika melepaskan Meridian. Matanya bergerak-gerak memandangi sesuatu di sekitaran Merdiain, dan sialannya itu cuma membuat dia makin tampan.
Demi apa pun jika Meridian boleh kembali satu menit saja, maka ia akan mencekik leher Laila.
Kenapa harus visual ini?! Meridian tidak suka karakter klise, aaaaaaakhhhh!
"Kurasa aku harus membawamu ke suatu tempat, Nona. Seseorang mencoba menerobos masuk dalam barierku."
Barier?
"Aku tidak keberatan melepaskannya. Tapi jika manamu yang kuperlambat dengan mataku ini mengamuk, kurasa kamu akan dikenal sebagai penyelamat para bangsawan. Dengan membunuh beberapa lainya, tentu saja."
Meridian tak pernah segugup ini.
Apa karena Andaru atau karena senyumnya?
Menakutkan. Menakutkan. Menakutkan.
"Kenapa manamu bergerak makin agresif? Mereka mencoba melenyapkan bariernya. Apa kulepaskan saja?"
Meridian menelan ludah. "A-ayo pindah, Yang Mulia."
Sial.
...*...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments