Semuanya sudah di persiapkan dengan sempurna. Rencana yang akan menjatuhkan Mathew dari jabatannya.
Pertama. Aku melamar pekerjaan di sebuah hotel yang biasa di gunakan oleh orang-orang penting, seminggu yang lalu.
"Hotel itu tidak membutuhkan pegawai baru" ucap Clare.
"Tiket liburan" Zain menimpali.
Kami menatap Zain dengan wajah penasaran. Dia menunjukkan gambar seorang wanita dengan seragam kerjanya.
"Dia sering mendaftarkan diri pada event yang memberikan tiket gratis untuk liburan, tapi tidak pernah sekali pun dia memenangkannya" ucap Zain.
"Aku bisa membantunya memenangkan tiket itu" ucapku.
"Bagus. Selanjutnya?" Tanya Clare.
"Aku akan menjadi pegawai sementara di hotel itu, menggantikannya selama 10 hari" ucapku.
Semua setuju dan aku mulai bekerja di hotel SAKURA dua hari yang lalu. Selain bekerja, aku juga bisa memperhatikan gerak-gerik dari setiap tamu yang datang.
Kedua. Meletakkan Zain dan Kay sebagai pengawal Mathew.
"Dia selalu mengganti pengawal yang menjaganya setiap sebulan sekali. Beberapa orang dari mereka berasal dari INCREASE. Hal itu di lakukannya untuk berjaga-jaga. Tapi, lebih tepatnya, dia selalu merasa bosan dengan pengawalnya" ucap Kay.
"Hm, bukankah seleksi itu sangat ketat?" Tanya Brian.
"Betul. Mereka menggunakan orang-orang pilihan yang bersedia mati. Walaupun begitu, bayarannya juga cukup tinggi. Karena itu, orang-orang yang terpilih akan sangat fokus dan bersikap profesional saat melakukan pekerjaan khusus itu" jawab Kay.
"Walaupun pada orang seperti dia?" Tanyaku.
"Ya, itu sudah seperti kewajiban" jawab Kay.
"Baiklah. Aku punya ide" ucap Clare.
Clare memintaku melihat anggota yang bekerja untuk Mathew, dan kebetulan, mereka akan mengganti pengawal tiga hari lagi.
Tugas kami saat ini adalah mengganti posisi dua orang yang telah di pilih, dengan Zain dan Kay.
Ketiga. Brian dan Clare akan menyamar menjadi sepasang kekasih yang menginap di salah satu kamar hotel. Ruangan yang berada tepat di sebelah ruangan milik Mathew.
"Waw, Clare! Kau cantik sekali" ucapku.
"Iya, sangat cantik" Brian menimpali.
Clare menggunakan pakaian dan penampilan yang tidak biasa. Dia harus tampil sebagus mungkin untuk menarik perhatian Mathew.
Clare menggunakan gaun wanita tanpa lengan berwarna merah serta blazer bewarna hitam. Rambut coklatnya sangat menawan karena di hias dengan bagus, semenatara itu, matanya menggunakan lensa berwarna hazel.
"Tapi, kemana rambutmu yang biasa di buat seperti ekor kuda?" Tanya Brian sambil tertawa kecil.
"Dasar bodoh!" Ucap Clare kesal. Dia kembali ke kamarnya.
Zain hanya tersenyum melihat tingkah mereka. Sedangkan Kay, sepertinya dia tidak bisa berbicara sekarang. Dia kehilangan kata-kata karena melihat penampilan baru dari Clare.
"Kay, menurutmu, sejak kapan dia belajar berhias?" Tanya Brian.
"Aku tidak tahu" jawab Kay.
Brian mengangguk. "Perkiraan ku tidak pernah salah pada wanita"
Semua rencana sudah di persiapkan dengan matang. Zain dan Kay sudah mengambil posisi sebagai pengawal pengganti. Sedangkan dua orang yang seharusnya menjadi pengawal, sedang berbaring di salah satu kamar hotel. Pingsan.
Aku, Brian dan Clare, berdiri melihat dua orang yang sedang terbaring di atas kasur, tidak sadarkan diri. Mereka menggunakan alat infus yang sudah ku berikan cairan bius dan mengalir melalui tangan mereka.
"Hanya tiga hari mereka bisa berbaring seperti ini. Aku akan mengecek kondisi mereka setiap lima jam" ucapku.
"Baiklah. Dalam tiga hari, kita tidak boleh gagal" ucap Brian.
Kami pun segera meninggalkan ruangan dan memulai pergerakan.
Hari pertama, Brian dan Clare datang lebih cepat dan menyewa salah satu kamar untuk dua malam. Aku tidak melayani mereka, melainkan pegawai lain. Namun, semuanya sudah di atur, jadi mereka akan menginap bersebelahan dengan kamar milik Mathew.
Di hari yang sama. Zain menghubungi kami.
"Dia memiliki dua ponsel. Aku tidak tahu yang mana yang kita perlukan" ucap Zain.
"Hah... ini gawat" keluh Brian.
"Kita harus merusak dua-duanya" ucap Clare.
"Bagaimana?" Tanyaku.
"Aku dan Brian akan melakukannya" jawab Clare dengan yakin.
Hari kedua. Tepatnya hari yang telah di tentukan. Mathew bersama beberapa pengawalnya datang ke hotel. Mereka menyewa kamar yang telah di atur sebelumnya.
Aku melihat mereka keluar dari lift, saat itu, aku juga keluar dari salah satu kamar setelah membereskannya.
Mathew berjalan di depan dan segera masuk ke kamar miliknya. Sedangkan aku hanya berdiri, cara pegawai menghormati tamu adalah membiarkan dulu tamu berjalan melewatinya, setelah itu baru melanjutkan aktivitas.
Ada satu hal yang menguntungkan dalam rencana ini. Setiap pengawal yang menjaga Mathew, tidak di perbolehkan berbicara kecuali dua orang pekerja tetap yang selalu bersamanya. Tujuan mereka hanya satu, membuat Mathew tetap aman.
Tak lama kemudian. Beberapa orang tamu, datang ke kamar milik Mathew. Mereka membicarakan hal penting yang tidak boleh di ketahui siapa pun. Termasuk para pengawal.
Setelah menyambut tamu. Mathew akan mengantar mereka hingga di depan hotel. Saat itu lah, semuanya di mulai.
Aku memberikan akses masuk ke kamar Mathew pada Clare. Dia sudah berada di sana saat ini.
...***...
Clare duduk di atas sofa sambil melipat kakinya, tangan kanannya memegang sebuah gelas kaca berisi minuman.
"Sayang... kamu sudah datang?" Tanya Clare.
Mathew yang baru masuk ke kamar itu terlihat kaget. Dia berhenti sejenak. Namun, setelah memperhatikan kecantikan wanita di hadapannya, dia tersenyum.
"Siapa namamu? Apa kau wanita yang di kirimkan untukku?" Tanya Mathew sambil berjalan pelan mendekati Clare.
PRANK!!!
Clare melempar gelas kaca dari tangannya ke lantai, membuat kaca berserakan dimana-mana. Mathew sedikit terkejut melihat reaksinya.
"Apa kau bilang? Wanita kiriman? Kau mau selingkuh dariku? Dasar brengs*k!!!" Ucap Clare.
"Ap apa maksudmu??" Mathew mulai panik.
Clare mendekati Mathew dan memukul pria tua itu dengan keras. Berulang kali sambil mengamuk tidak karuan.
Di sisi lain...
"Kalian masuk sekarang" ucap Alexa pada Kay dan Zain.
Kay dan Zain segera masuk ke kamar Mathew, mereka melihat Clare yang sedang mengamuk dan memukul Mathew.
"Singkirkan wanita sial*n ini dariku! Cepat!!!" Ucap Mathew.
"Bajing*n!!! Kau mau selingkuh dariku!? Kau pikir aku akan diam saja? Dasar brengs*k!!! Akan ku bunuh kau!" Teriak Clare.
Clare menarik kerah baju Mathew. Tangannya mencari sesuatu di beberapa bagian dari pakaian yang di kenakan laki-laki itu.
Saat Zain dan Kay menarik Clare. Clare berhasil meraih salah satu ponsel milik Mathew. Dia melempar ponsel itu dengan keras ke lantai.
"Pria jelek sial*n!!!" Teriak Clare
"Ah! Wanita sial*n! Siapa kau??? Mau apa kau!?!" Tanya Mathew dengan kesal.
Kedua tangan Clare di pegang oleh Kay dan Zain di sini kanan dan kiri.
"Lepaskan!!! Akan ku bunuh dia!!" Ucap Clare sambil menatap tajam pada Mathew.
"Bunuh wanita itu!" Ucap Mathew sambil merapikan pakaiannya.
Saat Mathew mengatakan kalimat itu. Brian masuk dengan terengah-engah.
"Tidak... jangan bunuh dia!!! Aku mohon Tuan. Dia adalah cintaku satu-satunya. Sepertinya ada salah paham disini. Dia salah menganggap dirimu sebagai diriku" ucap Brian.
Mathew menatap penuh dengan kemarahan. "Aku tidak peduli. Dia sudah menggangguku!"
Brian mendekat, memegang pakaian Mathew dan memohon.
"Tolong Tuan. Jangan lakukan ini" ucap Brian.
"Menyingkir dariku! Dasar sampah!" Ucap Mathew, sambil mendorong Brian. Namun, Brian sama sekali tidak menjauh.
"Aish!!! Dasar tua bangka!!!" Ucap Brian kesal.
Mathew menatap Brian dengan kening yang berkerut.
Brian mengangkat tangannya dan meninju wajah Mathew hingga terjatuh. Brian berhasil mendapatkan ponsel yang lainnya, lalu melemparkan ponsel itu ke lantai dengan kesal.
"Kau mau membunuhnya hah!?! Langkahi dulu mayatku!!!" Ucap Brian.
"Kau!!! Dasar kepar*t!!! Bawa mereka keluar dari sini!!! Singkirkan kedua orang ini!" Ucap Mathew.
"Kau mau membunuhku setelah ketahuan berselingkuh?!? Brengs*k!!! Bajing*n!!! Dasar kepar*t botak!!!" Teriak Clare.
Dua orang lainnya datang karena mendengar kegaduhan, mereka pun mendekati Brian dan menahan tangannya. Clare dan Brian di bawa keluar, mereka meronta-ronta saat di bawa.
"Bagaimana kita akan menyingkirkan mereka?" Tanya orang yang memegang tangan kanan Brian.
"Aku tahu tempatnya" ucap Kay.
Mereka pun berjalan ke atas atap hotel.
Setelah tiba di atap hotel. Alexa datang dan memukul kepala dua orang yang menahan Brian, hingga pingsan.
"Kalian pergi dulu. Biar kami yang menyelesaikan sisanya" ucap Alexa pada Clare dan Brian.
Mereka berdua mengangguk dan segera pergi dari tempat itu. Alexa kembali ke pekerjaannya dan masuk ke kamar milik Mathew.
"Maaf atas kekacauan yang terjadi, Tuan" ucap Alexa sambil membersihkan pecahan kaca.
"Hah... si*l! Bagaimana bisa tamu seperti mereka ada di tempat ini? Aku merasa di rendahkan! Si*l!" Ucap Mathew.
"Kami minta maaf. Sepertinya, wanita itu salah masuk kamar, karena kamar mereka berada di sebelah kamar anda, Tuan. Sekali lagi, kami minta maaf"
"Argh! Sial*n!!!" Ucap Mathew.
Sementara itu, di atas atap.
Dua orang yang menahan Brian mulai sadar. Mereka melihat Kay dan Zain yang juga terkapar di lantai.
"Apa mereka mati?" Tanya yang satunya saat melihat Zain dan Kay.
Tapi, Zain dan Kay mulai bergerak dan berpura-pura seolah telah sadar dari pingsan.
"Kepalaku sakit sekali. Siapa yang memukul kita?" Ucap Kay.
"Tidak tahu. Tapi, dimana pasangan gila itu?" Tanya yang lainnya.
"Pasti mereka kabur saat kita pingsan. Bagaimana ini? Apa yang akan dia lakukan jika kita gagal?" Tanya Kay menunjukkan wajah takut.
"Sebaiknya kita berbohong. Katakan padanya kalau kita sudah membunuh mereka. Kalau tidak, mungkin kita akan mati malam ini" ucap Zain.
"Tunggu!" Seorang lainnya merasa curiga.
Kay dan Zain menoleh pada orang itu.
"Apa kita akan benar-benar di bunuh?"
"Tentu saja. Jadi, sebaiknya kita rahasiakan hal ini" jawab Zain.
Mereka semua mengangguk setuju dan segera kembali ke ruangan Mathew.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments