"Harusnya kau merasa senang. Tidak ada yang akan menghalangi kita" ucap Kate.
Jake memendam amarahnya. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Awalnya dia ingin mengamuk dan meluapkan amarahnya pada Johan. Namun, semua itu tidak ada gunanya.
"Bagaimana?" Tanya Kate sambil tertawa kecil.
"Dimana orang itu?" Tanya Jake.
"Maksudmu Tuan Grady?"
"Apapun sebutannya. Dimana dia?"
"Dia tidak ada. Mungkin sedang mengatasi masalah yang di buat oleh Nona kecil Grady" jawab Kate sambil tersenyum.
Jake tidak berniat untuk menetap lebih lama jika tidak ada orang yang ingin di temukannya. Dia pun pergi.
Kate merasa kesal karena selalu di acuhkan. "Mereka semua sama saja! Perbuatan apa pun yang di lakukannya, selalu menarik perhatian. Bahkan saat dia sudah mati. Si*l! Tapi... aku penasaran satu hal. Daddy tidak akan memasang ekspresi seperti itu jika dia sudah mati. Apa dia benar-benar mati?"
Kate segera menghubungi sebuah nomor, berbicara dengan suara rendah sambil berjalan pelan menuju mobil.
"Akan ku tambah 3 kali lipat jika pekerjaanmu bagus" ucapnya di akhir pembicaraan.
"Jika dia benar masih hidup. Apa yang Daddy lakukan? Bukankah Daddy sangat membencinya?" Pikir Kate.
Katerina. Wanita yang licik. Dia bisa melakukan apa saja selama hal itu benar, menurut pandagannya. Dia tidak peduli dengan larangan atau pun hukum yang berlaku, dimana pun. Menurutnya, peraturan berasal dari ucapan Johan, ayahnya sendiri.
"Menurutmu, dia sudah mati atau belum?" Tanya Kate kepada supirnya.
Dia sedang di dalam mobil. Di perjalanan.
"Maaf Nona. Saya tidak berani" jawab si supir.
"Hah... bosan!"
Kate terdiam. Dia memikirkan beberapa kemungkinan yang akan terjadi.
"Wanita itu! Dia bukan wanita biasa yang bisa di singkirkan dengan mudah. Aku pernah mencoba untuk menyingkirkannya, tapi aku gagal. Aku tidak mengerti. Padahal, Daddy juga sering berkata ingin membunuhnya. Tapi, Daddy selalu marah saat aku menyakitinya. Dan sekarang, apa benar Daddy membunuhnya? Atau hanya taktik yang di buat untuk mengecoh lawan? Tapi, siapa yang menjadi target Daddy kali ini?" Pikir Kate.
Kate mengingat kejadian 13 tahun yang lalu. Saat usia mereka 9 tahun.
"Kau menembaknya?!?" Teriak Johan.
Tatapan Johan menusuk tajam ke arah Kate yang saat itu masih kecil.
"A_aku tidak sengaja, Daddy. Lagi pula, peluru itu hanya mengenai kakinya" jawab Kate.
"Argh! Si*l!"
Johan tidak bisa memarahi Kate yang berada di hadapannya, karena Kate adalah anak yang di asuh secara khusus olehnya. Tapi, perasaannya sangat kesal mendengar cerita itu.
Alexa menahan sakit. Para dokter segera berusaha mengoperasi dan mengambil peluru dari kakinya. Tidak ada tangisan dari gadis kecil itu, padahal banyak sekali darah yang keluar.
"Kalau kau menangis, itu lebih baik. Dokter itu ketakutan melihatmu" ucap Fred pada Alexa.
"Aku tidak akan pernah menangis lagi, paman. Menangis adalah sesuatu yang di lakukan orang-orang lemah" jawab Alexa sambil melihat ke arah pintu.
Alexa tersenyum tipis sambil menatap tajam pada Kate_yang saat itu mengintip di celah pintu.
Kate masih mengingatnya hingga saat ini. Senyuman itu membuatnya bermimpi buruk selama seminggu setelah kejadian, padahal Alexa tidak melakukan apapun padanya.
Setelah itu, saat mereka mulai memasuki usia dewasa, 18 tahun. Kate mencoba lagi usahanya untuk membunuh Alexa. Namun gagal. Dan anehnya. Johan juga tahu semua perbuatannya.
"Padahal, aku baru mencobanya dua kali" pikir Kate.
...***...
Papa, ah tidak! Tuan Johan, atau sebaiknya aku panggil saja dia Johan. Toh! Dia sudah tidak berguna.
Johan memiliki 5 anak perempuan dan 12 anak laki-laki. Dari 7 istri. Aku mengenal mereka semua, kecuali yang sudah mati sebelum aku lahir.
Beberapa di antara mereka yang sudah mati, hanya tersisa 3 anak perempuan dan 4 anak laki-laki. Istrinya hanya tersisa satu, dia tidak ingin menikah lagi. Sedangkan wanita simpanannya terus bertambah.
Johan tidak ingin menambah keturunan. Kalau pun ada, dia akan membunuh anak itu sebelum lahir ke dunia. Dari wanita mana pun.
.........
Malam ini, aku melihat pelatihan yang di laksanakan di lapangan luas. Berbagai macam orang dari berbagai macam ras dan bahasa berbeda ada di tempat ini. INCREASE hanya memilih orang-orang berbakat tanpa peduli asal-usul mereka. Di tempat ini, semua orang berbicara menggunakan bahasa inggris untuk saling mengerti.
"Karena saran dari mu, aku bisa lolos dan menjadi anggota" ucap seorang pria.
Aku mengenal suara itu, namun aku merasa tidak pernah melihat wajahnya. Aku pun menoleh.
"Namaku Alvin. Senang sekali melihatmu disini, aku pikir kamu akan di pindahkan karena kalah di pertandingan" ucapnya.
Aku tidak menjawab karena sedang berusaha mengingatnya. Akhir-akhir ini, aku memikirkan masalah yang terlalu banyak.
"Kamu ingat aku kan? Yang waktu itu berada di sebelahmu saat menonton pertandingan?" Tanya dia lagi.
"Oh, iya. Aku ingat denganmu" ucapku.
"Baguslah, aku pikir kamu melupakanku. Padahal orang-orang sangat mengenalku. Lalu, siapa namamu?"
"Namaku Zoe" ucapku.
"Namamu bagus. Kamu bekerja di lembaga mana? Aku berada di lembaga kesehatan. Karena aku memang berniat menjadi dokter" ucapnya.
"Lembaga Investigasi dan Informasi" jawabku seadanya.
"Apa lembaga itu ada? Bukannya hanya ada satu nama?" Tanya Alvin dengan polos.
"Kau akan tahu nanti" jawabku.
Aku tidak tertarik berbicara lebih lama dengannya atau pun mengetahui sesuatu tentangnya.
Aku berjalan pelan mengitari tempat itu, ingin melihat pelatihan dengan jelas.
"Kau mau bergabung?" Tanya Greeta. Menghampiriku.
Madam Greeta. Begitu kami memanggilnya, dia adalah salah satu anggota dewan (pangkat tertinggi setelah durektur INCREASE). Aku mengenalnya, sehari setelah menjadi anggota.
"Tidak, trimakasih" jawabku.
Greeta sempat menghampiriku sebelum turun ke lapangan. Dia di ikuti oleh beberapa orang di belakangnya. Setelah mendengar penolakan dariku, dia melanjutkan langkahnya.
Tidak semua orang bisa mengendarai helikopter. Karena itu, cara menggunakan benda terbang itu tidak ada di ujian. Anggota yang lolos akan di latih secara perlahan. Tidak hanya anggota baru, anggota yang sudah lama pun mengikuti latihan ini. Menurut mereka, banyak yang masih belum bisa mengendalikannya.
"Kenapa kau tidak ikut saja?" Tanya seorang wanita yang tiba-tiba menghampiriku.
Aku menoleh padanya. Dia wanita berada di gedung saat itu.
"Namaku Clare" ucapnya.
"Aku Zoe. Kau bisa menjalankan benda itu?" Tanyaku.
"Tidak. Aku tidak berniat menggunakannya" jawabnya. "Bagaimana dengan mu?"
"Seseorang pernah mengajarkan ku berbagai macam jenis mesin sejak kecil. Salah satunya adalah benda itu" jawabku.
"Jadi, kau bisa menerbangkannya?"
"Ya"
"Tidak heran. Kau sudah terkenal bahkan sebelum menjadi anggota" ucapnya.
Aku tersentak. Menatap tajam padanya.
"Kau terlihat sangat berbakat sejak hari pertama ujian. Bahkan bisa menjatuhkan Eva, wanita yang terkenal lincah. Sayangnya, kau tetap kalah pada akhirnya" lanjutnya.
Aku menghela napas lega. Aku berpikir, dia mungkin mengetahui identitasku. Ternyata tidak. Pikiranku sangat terganggu hingga tidak bisa berpikir positif.
"Aku permisi" ucapku.
Aku pergi melangkah meninggalkannya di belakang. Wanita itu tetap fokus melihat pelatihan.
"Sejak kejadian itu, aku terus memikirkan Johan. Aku penasaran. Apa yang membuatnya ingin membunuhku? Selama ini, aku selalu menyembunyikan rahasiaku dengan aman. Atau semua ini hanya pengalihan? Atau dia memang menuruti perintah pria itu?" pikirku.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments