Investigasi Kasus Kriminal

Nama hanya sebatas tulisan. Letaknya juga berada di pikiran. Saat orang lain memanggil namanya, dia akan menoleh. Emosi pun berkecamuk. Bukankah saat seseorang memanggil namamu dengan kasar kamu akan marah? Seperti... mengganti namamu dengan kalimat buruk?

Setiap orang, punya cara masing-masing untuk memanggil orang yang di benci atau yang di cintainya. Nama merupakan penghargaan pertama kita, karena berhasil lahir ke dunia, dengan selamat atau pun tidak. Tapi bagiku, nama adalah sebuah kutukan.

"Sepertinya aku membuatmu menunggu" ucap seorang.

Aku menoleh padanya. Dia adalah seorang pria paruh baya. Usianya sekitar 60 tahun. Namun, dia masih bisa bergerak bebas, bahkan bisa menjatuhkan beberapa orang sekaligus.

"Tidak apa. Saya juga tidak terburu-buru" ucapku.

"Baiklah. Apa yang membuatmu berubah pikiran?" Dia bertanya, langsung menuju titik utamanya.

Aku mengenalnya sejak 5 tahun yang lalu. Tapi, aku tidak tahu dimana dia bekerja, dia hanya menawarkanku pekerjaan menarik yang membutuhkan kekuatan fisik dan mental.

"Saya sudah lama hidup dalam lingkaran setan. Saya ingin bebas dan menjadi diri saya sendiri. Karena itu, saya ingin bergabung dengan tim yang pernah anda bicarakan" jawabku.

"Bagaimana aku bisa mempercayaimu? Kau sudah menolakku sebanyak 16 kali"

"Vatikan, di Italia. Anggota tim anda bisa menemukan setengah dari uang negara yang tersembunyi disana. Saya tidak bisa memberitahukan bagaimana saya bisa mengetahuinya. Tapi, bukankah itu cukup?" Tanyaku.

Wajah pria itu terlihat serius saat menatapku. Dia sedang berpikir penawaran berharga ini.

"Baiklah" ucapnya.

Dia memberikan sebuah lokasi dan kartu namanya padaku.

"Datanglah seminggu kemudian ke tempat ini. Kau akan di terima disana. Untuk sekarang, beristirahatlah dan persiapkan dirimu" ucapnya.

Aku menerima kertas kecil pemberiannya. Setelah itu, pertemuan kami berakhir. Dia segera kembali ke mobilnya.

"Dia terlihat sibuk. Apa yang sedang di lakukannya?" Pikirku.

Aku pun membaca nama orang itu di kartu nama yang ku terima. Pria itu, mengetahui diriku sebagai seorang gadis yang suka menggunakan riasan mencolok dengan identitas palsuku yang lain.

Nama pria itu Alan Jefferson. Usianya 52 tahun. Bekerja di INCREASE (Investigation of Criminal Case). Aku tidak menyangka, aku yang seorang penjahat akan menjadi salah satu anggota yang memberantas kejahatan.

"Sepertinya aku pernah melihat nama agensi ini, apa hanya perasaan ku saja?"

...***...

Mobil yang di kendarai Alan melaju dengan kecepatan tinggi. Menyusuri jalanan, seolah sedang mencari sesuatu.

"Wajahnya lebam. Walaupun sudah memudar, dia pasti merasakan sakit. Pria brengs*k yang di panggil "Papa" olehnya benar-benar keterlaluan"

Alan berbicara sendiri di dalam mobil sambil memikirkan wanita yang baru saja di temuinya.

"Anak secerdas itu tidak bisa di biarkan, atau dia akan menjadi penjahat paling kejam di dunia. Aku harus melatihnya dan memberitahu bagaimana dunia yang sebenarnya bekerja. Tapi... bagaimana dia bisa tahu letak uang itu?"

Alan tidak bertanya lebih banyak tentang Alexa. Dia hanya mengenalnya sebagai gadis kecil yang mengalami kekerasan dalam keluarga. Alexa berbohong dengan mengatakan cerita palsu.

"Dia akan sangat berguna untuk mencari informasi apapun. Selama ini, dia bisa mendapatkan informasi dengan sempurna karena... dia lah wanita itu. Nona kecil Grady. Wanita yang hilang malam ini. Selama ini dia terlihat yakin bahwa aku percaya dengan semua cerita palsunya, termasuk "Papa" yang memukulnya. Luka itu pasti karena kejadian di gedung tua. Aku tidak tahu apakah dia bisa menipu orang biasa, atau memang aku yang terlalu cerdas?"

Alan tertawa sendiri sambil melihat wajahnya di cermin sesekali. Dia mengagumi dirinya yang memiliki beberapa keriput di wajah.

"Hah... Dulu aku tampan dan kuat. Sekarang tubuhku cepat lelah, sulit sekali melawan banyak orang. Apalagi mereka terlihat lebih muda dan bertenaga"

Jalanan cukup gelap dan jarang sekali kendaraan yang berlalu-lalang. Karena waktu sudah menunjukkan pukul 2 malam.

"Dia akan baik-baik saja, kan? Aduh, aku cemas sekali. Gadis seusia itu harus menjadi buronan, padahal di umur sekarang, seharusnya dia sedang merasakan emosi yang bertabrakan (cinta). Tapi jangankan itu, bahkan mungkin, dia tidak pernah menangis. Untung saja tidak ada anggota INCREASE di tempat ini" ucapnya setelah memastikan jalanan telah kosong.

Tidak ada yang tahu keberadaan Alexa hingga besok pagi. Sophia pun telah menjelaskan ciri-ciri Alexa. Namun, bukan penampilan aslinya. Tentu saja, tidak akan ada yang menemukannya jika informasi telah berubah.

"Apa yang anda lakukan? Apa anda sadar dengan perbuatan anda?" Tanya Zain.

Zain masuk ke ruangan pribadi Sophia, karena merasa ada yang salah dengan kejadian malam ini.

"Apa maksudmu? Aku tidak mengerti" jawab Sophia.

"Anda mengerti. Anda sangat mengerti dengan jelas apa yang sedang saya bicarakan. Bagaimana bisa anda melepaskan wanita itu? Dia pasti menipu anda! Apa yang di katakannya pada anda?"

Sophia tersenyum sembari mengambil segelas air dan meminumnya. "Kita belum mengenalnya. Kita hanya mendengar kabar burung yang mengatakan "dia begini, dia begitu". Bagaimana kita bisa percaya ucapan yang tanpa bukti itu?"

"Semuanya sudah jelas. Kita mempunyai sederet kasus yang berhubungan dengannya"

"Apa itu cukup?" Tanya Sophia sambil menatap Zain.

Zain menatap Sophia dengan kening yang berkerut.

"Apa kamu tahu, semua yang di lakukannya murni karena keinginannya sendiri atau suruhan orang lain? Apa kamu pernah berada di posisinya? Atau sekali saja, kamu berpikir untuk bertanya bagaimana rasanya menjadi dia?" Tanya Sophia.

"Tidak biasanya anda seperti ini. Saya tidak bisa mengerti apa yang ada di pikiran anda. Setiap penjahat, pasti memiliki alasan mereka sendiri, termasuk dia. Tidak ada pengecualian" ucap Zain.

Zain yang hendak keluar dari ruangan itu, menghentikan langkahnya. Dia sedikit tertarik dengan ucapan Sophia.

"Kamu akan mengerti. Mungkin bukan hari ini. Aku juga tidak mengerti, kenapa kamu menyelamatkannya di gedung itu. Tapi, itu bisa menjadi jawaban atas rasa penasaranmu. Mungkin, kamu juga memiliki pikiran yang sama saat menyelamatkannya" ucap Sophia.

Tidak ada yang perlu di bicarakan lagi. Zain pun keluar dari ruangan. Dia tidak bisa mengatakan yang sebenarnya pada anggota yang lain. Dan hanya mengikuti alur yang sudah di buat oleh Sophia.

"Aku juga ingin mengetahuinya. Tapi, bagaimana aku bisa mengenalnya? Sedangkan dia pergi entah kemana. Kenapa aku menyelamatkannya malam itu? Dan kenapa tatapannya_ah! Sudahlah" pikir Zain.

...***...

Satu minggu. Bukan waktu yang lama. Namun, aku merasa sangat bosan berada di rumah lembaga sosial (panti asuhan) ini. Walaupun tempat ini sangat menyenangkan karena anak-anak yang selalu ceria.

"Kamu baik-baik saja?" Tanya seorang wanita paruh baya padaku. Lia.

"Aku baik-baik saja" jawabku.

Melihat Lia, membuatku teringat pada Lily. Aku tidak tahu apakah karena nama mereka yang hampir sama atau sifat mereka yang lembut. Karena Lily juga akan memperlakukan dengan baik orang asing yang terluka, seperti wanita di dekatku ini.

"Bagaimana lukanya? Padahal itu obat yang paling ampuh. Semoga bekasnya segera hilang. Sayang sekali kalau terdapat bekas luka di wajah cantik ini" ucap Lia sambil menepis rambut di dahiku.

Aku tidak terbiasa di perlakukan seperti ini dengan orang asing. Aku harus bersabar, lagipula aku tidak akan lama berada di sini. Karena aku akan pergi setelah seminggu.

Aku juga merasa cemas. Bisa saja orang-orang yang sedang mencariku tiba di tempat ini. Bukan aku yang akan terluka, tapi mereka semua. Aku harus berhati-hati.

...***...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!