Pria itu

Kanada. 2 Maret. Pukul 8 pagi.

"Aku tidak mau melakukannya! Aku lelah! Bukankah seharusnya aku bersembunyi karena mereka mulai mencariku?" Tanyaku dengan kesal pada Fred.

Wajahnya terlihat gusar. Dia menatapku tanpa arti, pandangannya kosong. Saat ini, kami berada di daerah pembangunan perusahaan baru. Para pekerja tidak peduli dan terus melakukan pekerjaannya, walaupun aku berteriak keras.

"Tenangkan dirimu. Kita bicara pelan-pelan" ucap Paman.

"Tidak. Aku sudah lelah. Aku selalu melakukannya. Aku tidak mau berurusan dengan anggota mana pun" tukas ku.

"Dia hanya sekedar mainan. Kau pasti bisa mengatasinya dengan mudah. Setelah kau bertemu dengannya, kau bisa mengambil informasi, lalu menghapusnya. Hal itu juga bukan yang pertama untukmu"

Aku terdiam sambil menatap Fred. Aku berharap dia mengerti dengan situasiku, tapi wajahnya menatapku penuh harap. Akhirnya aku menyerah.

"Dimana aku bisa menemuinya?" Tanyaku.

Paman langsung mengangguk, dia mengambil tablet dari tangan sekertarisnya, lalu memberikannya padaku.

"Ada dua orang yang harus kau temui. Pertama Lance Gideon Brock, seorang wartawan. Dia mendapatkan banyak perhatian dari masyarakat karena memiliki berbagai macam informasi yang sesuai fakta dengan bukti-bukti. Termasuk tentang perusahaan kita. Keberadaannya sulit di ketahui. Kau harus membunuhnya" ucap Fred.

"Membunuhnya? Itu kan pekerjaan mudah?"

"Aku sudah memberi perintah pada beberapa orang, tapi mereka tidak pernah berhasil. Wartawan itu bisa melarikan diri tanpa di ketahui. Kalau tidak di singkirkan, dia akan memberi berita terbaru di internet setiap hari, berupa video atau hanya tulisan. Isi berita itu bisa memprovokasi masyarakat, aku takut dengan kemungkinan yang akan terjadi di masa depan"

Aku menyeringai. "Masa depan seperti apa? Tapi, sepertinya aku pernah melihatnya. Dia merekam pengejaran dirinya dan menyebarkannya ke media sosial minggu lalu. Orang-orang yang menonton video itu bisa melihat beberapa orang kita disana"

"Ya, karena itu dia harus di singkirkan. Tapi, berhati-hati lah. Aku berpikir bahwa dia tidak bekerja sendirian" ucap Fred.

"Akan ku lakukan. Lalu?"

"Yang kedua adalah seorang agen dari sebuah organisasi rahasia. Kami baru mendapatkannya" ucap Fred.

Fred menggeser layar. Gambar berubah. Namun, tidak terlihat apapun disana. Hanya wajah seorang pria yang tertutup hoodie. Itu pun sangat tidak jelas.

"Namanya Zain. Hanya itu yang kami ketahui. Sisanya ku serahkan padamu. Aku tahu, kau bisa mengenali seseorang hanya dengan melihat penampilan luarnya. Kau pasti akan segera bertemu dengannya" ucap Fred.

"Apa dia perlu ku bunuh?"

"Tidak"

Jawaban Fred membuatku menyipitkan mata dan mengerutkan alis. Fred juga terlihat ragu saat ingin mengatakannya.

"Kau tidak akan bisa membunuhnya. Jadi, kau hanya perlu mendekatinya" lanjut Fred.

"Mendekatinya? Maksud anda, aku harus membuat dia menyukai ku?" Tanyaku.

"Tidak ada cara lain. Kau harus membuatnya menyukaimu. Setelah itu, kau bisa mencari informasi tentang organisasi rahasia itu darinya"

"Seberapa penting dia?"

"Tidak tahu. Tapi, dia cukup sering berurusan dengan penyelidikan besar" jawab Fred.

Aku mengangguk. Mataku masih menatap tablet, memperhatikan gambar buram dari pria itu.

"Dari Cctv mana kalian menyalin gambar ini?" Tanyaku.

Fred hanya tertawa kecil. Dia tertawa karena aku baru menyadari bahwa gambar itu di dapat dari rekaman Cctv. Tapi, Fred tetap memberitahukan lokasi Cctv yang merekam sosok pria bernama Zain itu.

Setelah pertemuan dan perbincangan yang cukup panjang. Kami pun berpisah. Masing-masing kembali pada tugasnya.

...***...

Hanya masalah waktu, aku dapat menemukan kedua orang itu. Jika beruntung, aku bisa menemukannya dengan mudah.

"Cerdik! Kalian bisa menemukanku dengan mudah" ucap Lance.

Tidak hanya menemukannya. Aku berhasil menangkapnya. Sekarang dia berada di hadapanku dengan tangan yang terikat.

Aku melacak keberadaannya saat mengunggah berita terbaru di akun sosial media miliknya. Dia sangat pintar, karena menggunakan ID berbeda dan mengunggahnya di dalam kereta yang sedang beroperasi.

"Apa yang akan kita lakukan padanya?" Tanya Neko.

"Membunuhnya" jawabku.

Neko mengangguk, dia melambaikan jari telunjuknya pada bawahan yang lain. Bawahan itu memberikan sebuah pistol padaku. Dan aku akan menggunakannya untuk melenyapkan nyawa orang di depanku.

"Aku tahu hal ini akan terjadi padaku. Cepat atau lambat. Tapi, apa kau tidak akan menyesal karena membunuhku?" Tanya Lance sambil tersenyum.

"Tutup mulutmu!" Teriak Neko padanya.

"Biarkan saja... mungkin itu adalah kata-kata terakhirnya" ucapku.

DOR! DOR! DOR!

Aku menembaknya tiga kali di dada sebelah kiri, tepat di posisi jantung. Dia mengeluarkan darah yang banyak dan tidak sadarkan diri seketika.

Setelah orang itu di pastikan tidak bernyawa, dia segera di bawa menggunakan mobil dan di buang di sungai yang arusnya cukup deras. Aku memandang jasadnya yang hanyut terbawa arus.

"Kita pergi sekarang" ucapku.

Aku kembali ke mobil, setelah memastikan semuanya berjalan sesuai rencana. Sesuai keinginanku, bukan mereka.

Lance Gideon Brock. Pria berambut keriting berwarna coklat dan bola mata berwarna sama. Wajahnya terdapat bintik-bintik pudar dan dagu yang runcing. Usianya 20 tahun. Pria yang sudah lama ku kenal.

Setelah memberitahukan semuanya pada Fred, aku pergi mengendarai motor, sendirian. Tujuanku adalah bertemu dengan Lance. Dia tidak mati.

Saat tiba di sebuah rumah besar di pinggir kota. Aku langsung berlari ke dalam untuk menemuinya. Dia berada di salah satu ruangan dan sedang di periksa oleh seorang dokter, pakaian yang di gunakannya telah di ganti.

"Lihat! Sudah ku bilang, dia pasti menghawatirkanku" ucap Lance sambil tersenyum.

Aku berada di pintu saat dia menatapku dari jauh. Wajahnya lebam akibat di pukuli.

Aku pun melangkah masuk, mendekatinya.

"Sudah ku bilang padamu, jangan melawan" ucapku.

Lance di pukuli saat kami hendak menangkapnya di stasiun kereta, dia mencoba untuk lari namun tidak berhasil.

"Aku melakukannya agar terlihat lebih nyata saat di foto. Kondisi ku yang seperti ini, pasti akan membuat orang itu senang" jawabnya.

"Bukan karena kau memang lemah? Kau tidak bisa kabur walau sudah berusaha"

Wajah Lance terlihat kecewa. "Tega sekali kau berkata seperti itu pada orang yang hampir mati"

Aku hanya tersenyum tipis menanggapinya.

Lance tidak mati. Darah yang keluar dari tubuhnya adalah darah palsu yang sudah di pasang sebelumnya. Dia juga menggunakan rompi anti peluru di dalam bajunya. Lalu, kami menggunakan alat penghenti detak jantung untuk membuatnya tampak nyata.

Saat Lance di bawa ke pinggir sungai, dia sudah sadar. Selain itu, kami juga menyewa kapal kecil di sekitar sungai dan dua orang lainnya. Untung saja, rencana berjalan dengan sempurna. Walaupun, ada beberapa luka ringan di tubuhnya, seperti lebam karena tembakan peluru di dada.

"Jantungku berdetak sangat cepat saat kau menembakku" ucapnya.

"Aku bisa membuatnya berhenti sekarang" tukas ku.

Lance hanya menyengir padaku, tapi tidak mengatakan apapun. Aku meminta pada dokter untuk meninggalkan kami berdua di ruangan ini. Dokter itu setuju, dia hanyalah dokter biasa yang tidak ada hubungannya dengan kami.

"Bodoh, harusnya kau jangan bicara apapun. Lihat luka di wajahmu ini. Banyak sekali" ucapku sambil menatap dekat padanya.

"Bagus kan? Aku jadi terlihat seperti petarung" jawabnya.

"Dasar gila!"

Lance tertawa. Saat itu juga, aku membuka ponsel dan memperlihatkan sesuatu padanya.

"Kau kenal orang ini?" Tanyaku.

Lance memperhatikan gambar itu cukup lama.

"Tidak. Tapi, sepertinya aku sempat melihatnya beberapa kali" jawabnya.

"Dimana?"

"Entahlah, aku tidak begitu ingat, mungkin di beberapa tempat. Apa dia juga termasuk orang yang kau cari dalam daftarmu?"

Aku mengangguk.

"Aku bisa membantu mu mencarinya. Asalkan dia bukan orang yang berbahaya. Bukan untukku, tapi untukmu. Aku harap kau mulai berhenti melakukan sesuatu atau berhubungan dengan orang yang berbahaya" jelasnya.

"Dia tidak berbahaya" ucapku.

Aku tidak tertarik menyetujui ucapannya, karena selama ini, aku sudah sering berurusan dengan hal semacam itu.

"Kau memang tidak akan mendengarkanku. Tapi, aku akan tetap membantumu. Aku akan mencari tahu tentangnya" ucap Lance.

"Namanya Zain. Dia adalah salah satu anggota dari organisasi rahasia. Hanya itu yang ku ketahui" tukas ku.

"Akan segera ku beritahu saat sudah mendapatkannya"

"Oke, aku juga tidak terlalu membutuhkannya saat ini. Untuk sekarang, istirahatlah dulu, pulihkan kondisimu. Jangan kemana-mana"

Aku berbalik dan hendak meninggalkan ruangan.

"Nona Grady..." dia memanggilku.

Aku berhenti melangkah dan menoleh.

"Jangan memaksakan diri melakukan sesuatu yang bertentangan denganmu. Karena itu akan membunuhmu secara perlahan. Aku tahu, kau sudah tersiksa selama ini. Jadi, cobalah untuk berhenti" lanjutnya.

Aku tersenyum tipis padanya. "Aku sedang mencobanya. Trimakasih atas saran darimu"

Aku pun melangkah keluar. Rencanaku selanjutnya adalah membuat jasad palsu yang serupa dengan Lance. Agar membuat mereka percaya, bahwa dia telah mati.

Satu hal yang membuat aku ingin menyelamatkannya. Karena dia adalah temanku sejak usiaku 13 tahun. Aku juga lah yang selalu melindunginya dari pengejaran.

...***...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!