Pertandingan Akhir

Ini bukan permainan bertahan hidup. Melainkan permainan tentang penyelamatan. Sebanyak 25 orang yang masuk ke dalam ruangan, di masukkan lagi ke dalam ruangan kaca, satu per satu. Di dalam ruangan kaca, terdapat kabut yang akan membuat siapa pun pingsan jika menghirupnya.

Agar tidak pingsan, kami harus segera keluar sebelum kehabisan napas atau menghirup asap. Ada berbagai macam cara agar bisa keluar dari ruang kaca ini, yang berhasil keluar dia akan lolos. Kami juga bisa membantu yang lain sebelum waktunya habis. Karena permainan ini melatih kepedulian terhadap Tim.

Ada berbagai jenis brankas di dunia, namun hanya sedikit yang di sebut paling aman. Aku telah mengenal benda-benda itu, tapi tidak semua. Sedangkan tempat ini cukup mudah bagiku.

Semua orang menatapku sambil menahan napas mereka. Hanya 10 detik waktu yang ku pakai untuk membuka ruang kaca, dan aku berhasil keluar. Beberapa orang dari mereka, bahkan mencoba keluar dengan berusaha menghancurkan kaca.

"Tidak ada gunanya. Kekuatan hiu dewasa pun tidak bisa meretakkan kaca itu" ucapku.

Orang-orang itu tidak akan mendengar ucapanku. Karena kaca yang sangat tebal.

Aku menolong beberapa orang yang terlihat masih bisa bertahan. Dan beberapa orang lainnya keluar dengan usaha mereka sendiri. Waktu pun habis. Hanya 9 orang yang berhasil lolos dari kelompok ini.

Hari kedua...

Tidak ada yang spesial dalam ujian kali ini. Kami hanya berenang sejauh puluhan meter. Mengambil salah satu bendera dan kembali lagi ke tempat semula. Bagi yang tidak mampu, dia akan di anggap gagal.

Hari selanjutnya...

Ujian menembak. Sama seperti ujian masuk militer atau kepolisian. Kami harus memiliki indra penglihatan yang tajam dan melepaskan peluru tepat mengenai sasaran.

Mungkin, banyak yang berpikir aku gila dan menakutkan. Karena aku telah memegang pistol sejak usiaku 5 tahun. Dan setahun kemudian, aku menggunakan benda itu untuk membunuh orang yang mengajarkanku menggunakannya.

Bukan tanpa alasan aku membunuhnya. Dia adalah orang gila yang selalu tertawa dan memukul anak yang tidak bersalah, hanya karena anak-anak itu menatapnya ketakutan.

Sekali lagi, aku lolos dalam ujian ini.

Setelah ujian selesai, aku selalu kembali ke kamarku. Wanita-wanita yang berjumlah 6 orang, sekarang hanya tersisa 3. Aku dan dua lainnya. Mereka tidak berbicara apa pun dan hanya menatapku setiap hari.

Minggu berikutnya...

Ujian kali ini adalah menjatuhkan siapa pun yang di temui. Waktu yang di miliki hanya 1 jam. Kami berada di ruangan yang sudah di atur sedemikian rupa. Mirip seperti rumah-rumah yang kosong tak berpenghuni. Yang bertahan, akan lolos ke ujian selanjutnya.

20 hari telah berlalu sejak aku tiba di tempat ini. Dari 150 peserta, hanya tersisa 27 orang. Dan besok adalah ujian terakhir, sebelum kami benar-benar menjadi bagian dari INCREASE.

Ujian terkahir adalah "menjatuhkan lawan". Kami harus menjatuhkan lawan dengan tangan kosong dan tidak boleh keluar dari garis arena. Setiap peserta boleh memilih lawannya, asalkan berasal dari peserta lain dan persetujuan dari lawan.

Aku tersenyum tipis, hampir menertawakan diriku sendiri. Karena berjumlah ganjil, akan ada satu orang yang tidak mendapatkan lawan, dan orang itu adalah aku.

Aku tidak mengerti kenapa mereka tidak memilihku. Padahal usiaku jauh lebih muda dari mereka. Mereka mungkin tahu, kalau aku tidak akan pernah mengalah.

Tapi, siapa yang akan mengalah dalam permainan ini? Jawabannya : tidak ada.

...***...

Selama tiga minggu. Alexa menunjukkan kemampuannya di setiap ujian. Dia tidak menyadari apapun, yang ada di pikirannya adalah menjadi anggota INCREASE. Dia tidak peduli dengan anggapan orang lain atau pun pandangan mereka mengenai dirinya.

Para penanggung jawab ujian, melihat Alexa seperti emas yang berkilauan. Dia terlihat menonjol dengan kemampuan di atas rata-rata. Bahkan, jika dia tidak lolos di ujian terakhir, INCREASE tetap akan mengambilnya sebagai anggota tetap. Berita tentangnya terdengar hingga ke telinga orang-orang penting. Para Dewan.

"Karena itu, tidak ada yang berani melawannya?" Tanya Alan.

"Benar" jawab Eva. Wanita berpakaian hitam.

"Menarik. Dia akan menjadi perisai dan juga senjata bagi INCREASE" Greeta menimpali. Wanita paruh baya.

"Apa yang harus kita lakukan? Dia butuh lawan untuk membuktikan dirinya" tanya Eva.

"A gold titanium. Bukankah cocok untuknya?" Seorang pria berusia 50 tahun ikut menimpali. David.

Semua orang menatap David sambil mengernyitkan kening.

"Kenapa? Bukankah kamu bilang dia bersinar? Gadis itu cantik, kan? Matanya yang hijau dan rambutnya yang bewarna hitam berkilau" ucap David.

"Benar, pak. Tapi, kita tidak sedang membicarakan itu sekarang" ucap Eva.

Eva tidak memberitahu bahwa wanita yang sedang mereka bicarakan selalu menggunakan riasan yang tebal dan mencolok.

"Dan juga, ketahanannya yang seperti Titanium. Julukan A gold titanium sangat cocok untuknya" ucap David tanpa peduli dengan sekitarnya.

David berpikir dan berbicara sendiri tanpa menatap rekan yang berada di satu ruangan dengannya.

"Biarkan saja dia. Sampai dimana kita?" Tanya Greeta.

"Lawan untuknya" jawab Eva.

"Bagaimana kalau kau saja?" Tanya Alan sambil menatap Eva.

"Sa_saya pak?"

"Iya. Tapi, tutupi wajahmu saat melawannya" ucap Alan.

"Bagaimana bisa? Apa anda sudah gila? Eva di kenal karena teknik bertarungnya. Karena itu dia di pilih untuk mengawasi para anggota baru" Greeta menimpali.

"Aku tahu. Aku hanya ingin mengetahui kemampuannya. Anak itu adalah pilihanku dan aku tidak pernah salah dalam memilih. Aku tidak peduli, apakah dia akan kalah atau menang. Bukankah dia tetap akan menjadi salah satu dari INCREASE?" Ucap Alan.

"Baiklah. Saya akan menjadi lawannya" ungkap Eva dengan setengah ragu.

"Jangan lupa untuk menggunakan penutup wajah. Agar kamu tidak terlalu malu saat kalah" David menimpali sambil tertawa kecil.

"Tidak perlu, saya tidak berniat untuk kalah, Tuan Wilson (nama belakang David)" jawab Eva dengan percaya diri.

"Gunakan saja. Setidaknya kamu menutupi identitasmu sebagai lawannya. Di dunia ini, setiap orang punya penilaian dan pikiran masing-masing, entah itu bagus atau tidak. Kamu menang atau pun kalah, orang-orang pasti akan terus berbicara tentangmu" ucap Greeta.

"Baik, Madam. Saya mengerti, saya akan berhati-hati" ucap Eva.

...***...

Hanya tinggal menghitung jam. Giliranku tiba. Setiap peserta akan masuk ke arena satu lawan satu, waktu yang mereka miliki tidak terbatas, namun kekuatan dan ketahanan lah yang terbatas. Salah satu dari mereka harus mengakhiri pertandingan, kalah atau pun menang.

"Tatapan itu. Aku benci melihatnya. Mereka menganggap pertarungan itu hanya permainan. Kalau kalah, tidak masalah" ucapku.

Pria di sebelahku langsung menoleh padaku. Aku sedang menonton pertandingan dengan peserta lainnya. Dia mendengar ucapanku.

"Sepertinya, kamu sangat mengerti tentang pertarungan" ucapnya.

"Bertarunglah seolah nyawamu sedang terancam. Karena pertarungan yang sebenarnya, tidak menentukan siapa yang menang dan yang kalah, tetapi yang hidup dan yang mati" ucapku.

Pria itu tidak lagi berbicara. Dia sangat fokus pada pertandingan di hadapannya. Aku tidak sempat melihat atau memperhatikan wajahnya. Karena, aku memikirkan lawanku yang tidak di ketahui.

Dua jam berlalu, hanya tersisa 3 peserta, termasuk aku. Setelah pertarungan dua orang ini, selanjutnya adalah aku. Peserta terakhir.

"Aku tidak akan menyerah. Apapun yang terjadi" pikirku.

...***...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!