Dia Bukan Daniel

Nona Grady menelpon seseorang melalui ponselnya.

"Apa kau mengenal pria bernama Daniel?" dia bertanya saat orang di ujung telepon.

Dia menelpon seseorang yang pasti mengetahui jawabannya. Lance.

"Apa maksudmu? Ada jutaan Daniel di dunia ini" jawab Lance.

"Aku akan mengirim gambarnya"

Diam-diam dia mengambil foto Daniel. Dan segera mengirimnya pada Lance.

"Bagaimana?" tanya Nona Grady.

"Oh, hahhaaha. Dia orang yang sedang kau cari. Ternyata kalian bertemu secepat ini" jawab Lance.

"Apa maksudmu? Bicara yang jelas!"

Lance hanya tertawa ringan.

"Tunggu! Apa dia Zain?" Tanya Nona Grady. Menebak.

"Tepat sekali! Nona Grady" jawab Lance.

"Bagaimana kau bisa yakin kalau dia itu Zain?"

"Tidak tahu, hanya menebak, haha. Tapi, sebenarnya kalian berada dimana? Tempat itu kelihatan asing"

"Aku hanya sedang jalan-jalan di sekitar taman. Tidak sengaja bertemu orang itu disini" wanita itu mematikan ponselnya setelah menjawab pertanyaan.

Zain Maverick Scott. Pria yang selalu memakai hoodie dan penutup wajah. Dia tidak ingin di kenali atau tidak ingin menunjukkan wajahnya pada sembarang orang. Kadang, dia menyamar untuk menutupi identitasnya.

Nona Grady keluar dan memperhatikan Zain yang sedang bermain dengan anak-anak panti.

"Apa benar dia sedang mencariku? Tapi, sepertinya dia menyukai anak-anak. Ah! Aku tidak boleh lupa tujuanku yang sebenarnya, jarang sekali terjadi sesuatu yang kebetulan seperti ini" Nona Grady bergumam.

Lily keluar bersama dua gadis lain dari dalam rumah dengan membawa beberapa minuman.

"Anak-anak, cukup bermainnya. Biarkan paman Daniel minum dulu" Lily sedikit berteriak saat mengatakannya.

Lily dan dua gadis di belakangnya meletakkan minuman di meja yang terletak di bawah pohon. Zain pun segera kesana dan menerima minuman itu.

"Dia aneh. Padahal orang-orang sebelumnya pasti akan bertanya banyak hal padaku daripada bermain dengan mereka" pikir Nona Grady

Dua gadis yang datang bersama Lily, tersenyum malu saat Zain melihat mereka, dia pun membalas senyuman itu sekilas dan menoleh ke arah Nona Grady yang saat itu sedang duduk di depan teras. Zain pun membawa minuman dan menghampirinya.

"Kau sangat menyukai mereka" ucap Nona Grady saat Zain telah duduk di sebelahnya.

"Mereka menyenangkan. Sudah lama aku tidak bermain" jawab Zain.

Zain meneguk minumannya, wanita itu memperhatikannya. Zain menyadari tatapan itu.

"Sepertinya kau sedang mencari sesuatu disini?" Tanya Nona Grady.

"Benar. Aku mencari seorang wanita. Apa kau tahu? Dia selalu berkunjung ke tempat setiap sebulan sekali. Saat melihatnya mungkin kau akan merasa aneh. Karena dia tampak berbeda dari kebanyakan orang" jawab Zain.

Wanita itu selalu mengenakan kaos dan rok panjang dengan pita saat mengunjungi tempat ini, kacamata dan bintik di wajah, serta bando kain di atas kepalanya. Dia tampak seperti gadis biasa dan sangat berbeda dari penampilannya saat bekerja.

"Kenapa dia harus terlihat aneh?" Nona Grady balik bertanya.

"Wanita ini berpenampilan sangat mencolok daripada yang lain" jawab Zain

"Tidak, aku tidak pernah melihatnya. Tapi, beberapa waktu yang lalu. Lily bercerita padaku, kalau wanita yang seperti itu pernah datang kesini. Dia ingin mengadopsi salah satu anak panti"

"Kapan itu terjadi?"

"Entahlah, mungkin sekitar seminggu yang lalu"

"Siapa nama anak yang di adopsi olehnya?"

"Tidak ada. Lily tidak mengizinkannya karena curiga pada wanita itu"

"Begitu rupanya" ucap Zain lega.

"Kenapa? Kau tampak senang"

"Anak-anak itu terlihat bahagia ketika berada disini, pasti mereka tidak akan betah untuk menjalani kehidupan yang baru dengan keluarga baru, apa lagi pada wanita seperti itu" jawab Zain, lau kembali meminum minumannya.

"Iya, kau benar. Aku juga takut kalau mereka akan di jual jika di serahkan padanya"

Zain terbatuk karena tersedak minuman.

"Kau baik-baik saja?" Tanya wanita itu.

"Aku baik (batuk). Sebaiknya, kau tidak berpikir terlalu jauh. Dunia ini sangat kejam, kau bisa berada dalam bahaya walau hanya memikirkannya saja" ucap Zain dan menepuk dadanya sendiri.

Wanita di sebelahnya hanya tersenyum tipis. Hari itu, mereka bercerita banyak hal dan juga bermain bersama anak-anak disana. Ketika matahari mulai tenggelam, mereka baru berpamitan untuk pulang.

.........

"Dia tidak ada di sana. Tapi, dia sempat mengunjungi tempat itu beberapa waktu yang lalu. Sepertinya aku datang di waktu yang salah" Ucap Zain ketika menelpon seseorang dari ponselnya.

...***...

Aku pikir semuanya baik-baik saja. Tapi, aku salah. Menurutku, mimpi buruk di tengah malam lebih baik daripada hari esok.

"Aku sudah menemuinya, paman! Aku bisa mendekatinya dengan mudah! Aku tidak mau pergi dan bersembunyi! Pekerjaanku belum tuntas!" Teriakku.

Ruangan yang kosong. Hanya terdapat aku dan Fred. Berdebat.

"Tidak ada cara lain! Kau harus bersembunyi. Mereka sedang mencarimu saat ini" ucap Fred.

"Kenapa? Kenapa!? Kalau mereka ingin membunuhku, lakukan saja! Aku sudah muak dengan hidupku!"

"Tutup mulutmu! Selama ini kau berusaha mempertahankannya. Kalau kau mati, semua usaha itu akan sia-sia. Suatu saat, kau pasti bisa mewujudkan mimpimu" ucap Fred.

"Mimpi? Hah!!! Bahkan, aku tidak tahu apa itu mimpi" bicaraku ketus.

Fred menghela napas. "Pergilah. Selamatkan dirimu. Aku sudah mempersiapkan tempat yang aman untukmu. Berdiam diri lah di tempat itu untuk sementara. Setelah situasi aman, kau boleh kembali pada pekerjaanmu yang belum selesai itu"

Aku tidak ingin berdebat, tapi aku juga tidak mau menurutinya. Bersembunyi adalah cara yang paling ku benci, walaupun aku hanya melakukannya sekali saat usia ku 13 tahun.

"Aku akan pergi. Tapi, bukan berarti aku menurutimu, paman. Aku hanya tidak ingin berdebat" ucapku.

"Bagus. Kau bisa keluar saat situasinya tenang" ucap Fred.

"Lucu sekali. Padahal, kemarin paman memintaku mengerjakan sesuatu, tapi saat aku hampir melakukannya, anda memintaku untuk bersembunyi"

"Ini demi kebaikanmu"

Kehidupan biasa. Tanpa senjata, perkelahian, perdebatan dan pikiran yang berat. Aku harus menjalaninya selama waktu yang tidak pasti. Aku menyukai kehidupan normal seperti itu. Tapi jika aku beristirahat, aku akan kehilangan hal-hal penting yang tidak boleh luput dari pengwasanku.

Saat ini, aku tinggal di sebuah kota kecil. St. Augustine, Florida. Tempat yang indah dengan penduduk yang mencapai 12. 158 jiwa.

Semuanya berjalan baik. Aku bisa mengenakan pakaian sesuai keinginanku, mendengarkan musik kesukaanku, dan belajar memasak dari pekerja di rumah disini. Tapi, semua itu hanya sebentar.

Karena semuanya, bermula dari sini.

Semua tentang kehidupan dan tentang diriku.

...***...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!