Bang Zeni merasa sayang melihat make up istri nya harus di hapus begitu saja, tapi lebih sayang lagi jika Fia harus sedih dan menangis hanya karena dirinya yang tidak bisa bersabar membimbing istri kecilnya.
Bang Zeni menyerahkan selembar handuk yang tadinya berbentuk angsa sedang berhadapan. "Mandi lah, cepat istirahat.. kamu pasti capek"
Fia mendongak melihat ekspresi wajah Bang Zeni yang ternyata masih tersenyum memandangnya.
"Abang tunggu di luar..!!" Bang Zeni pun beranjak dan berjalan keluar kamar.
...
Bang Zeni merokok dengan pikiran melayang. Terbayang wajah ayu Fia yang terus melintas dalam angannya. Masih dengan pikirannya, ada notifikasi dari grup dinas. Bang Zeni segera membukanya.
Info pindah tugas
Mata itu terus memperhatikan setiap nama yang tertera di lembar surat elektronik tersebut.
"Astagfirullah.. aku pindah tugas. Lalu bagaimana dengan Fia?? Apa dia mau ikut denganku sedangkan di sini tanah kelahirannya" gumam gusar Bang Zeni.
:
Bang Zeni melihat gaya tidur Fia yang jauh dari kata anggun, gadis itu polos dan apa adanya memakai selembar daster bergambar frozen yang dipilihnya kemarin saat Bang Zeni meminta gadis itu untuk memilih baju.
Terpampang dengan jelas lekuk tubuh sang istri yang telentang bebas tanpa hambatan membuat darahnya berdesir kencang dan tubuhnya berdenyut cenat cenut hingga ubun-ubun kepala.
Perlahan ia menurunkan daster untuk menutupi aset berharga milik Fia yang kini juga harus ia jaga sebaik mungkin bahkan mungkin harus dengan pertaruhan nyawa, tak lupa ia menyelimuti tubuh Fia sebatas dada.
"Apa sekarang kamu sedang menguji iman suamimu ini dek??" gumamnya kemudian memberanikan diri mengecup kening Fia. "Selamat tidur, do'akan Abang sadar dan kuah menghadapimu"
***
"Sebenarnya sudah dari bulan lalu Abang dengar kabar ini. Tapi Abang tidak percaya dan Abang mengabaikan semuanya."
"Lalu kapan Abang harus berangkat?" tanya Fia.
"Enam hari lagi selesai amelden." jawab Bang Zeni. "Hmm.. kamu mau ikut Abang pindah tugas?"
Fia terdiam sejenak memikirkan banyak hal dan yang pasti ia sedih karena harus meninggalkan tanah kelahirannya.
"Nggak mau ya?" tanya Bang Zeni memastikan.
"Mau Bang" jawab Fia lirih.
"Kita akan pindah jauh. Jauuh sekali.. keluar dari Jakarta ini."
"Kemana Bang? Bandung?" tanya Fia.
"Jauh lagi"
"Jawa tengah??" tanya Fia lagi.
"Menyebrang lautan dek, ke alam seberang, batas negara" jawab Bang Zeni.
"Oohh.."
"Memangnya dimana?"
"Madura khan?" jawab Fia membuat Bang Zeni membuang nafas panjang.
***
Mengingat Bang Zeni hanya memiliki waktu untuk kepindahannya ke tempat tugas yang baru, ia pun membatalkan acara cuti nikahnya dan segera mengurus surat pindahnya agar tidak menjadi masalah di tempat tugas yang baru.
Hanya dua hari satu malam saja mereka menginap di hotel dan tidak terjadi apapun disana kecuali obrolan ringan dan saking mengenal.
"Dek.. ini Abang bawa gorengan. Sudah sholat isya?" tanya Bang Zeni. Hari ini dirinya pulang telat karena banyak hal yang harus di urusnya.
"Belum Bang"
"Kenapa belum sholat, Ya sudah Abang mandi dulu lalu kita sholat..!!"
:
Fia mencium punggung tangan Bang Zeni dan Bang Zeni mencium kening Fia.
"Pakaianmu sudah di masukan ke dalam tas?" tanya Bang Zeni setelahnya.
"Sudah Fia buntel sprei Bang" jawab Fia.
Bang Zeni mengikuti arah bola mata Fia. Benar saja, istrinya itu sudah meringkas pakaiannya dalam satu buntalan sprei.
"Abang khan sudah bilang. Satukan semua pakaian jadi satu koper sama pakaian Abang. Kalau kamu letakan begitu malah seperti kamu baru nge maling rumah orang" kata Bang Zeni. "Sudahlah kamu ke depan sana, makan gorengan biar Abang yang tata pakaian. Kalau kamu yang tata malah nggak selesai karena terlalu banyak pikir"
:
Usai meringkas seluruh pakaiannya, Bang Zeni melihat Fia belajar menghafal apapun yang berhubungan dengan istri prajurit dan seminggu ini Fia sudah pandai menerima segala apapun yang berhubungan dengan istri prajurit.
"Sudah lancar semua dek?" tanya Bang Zeni.
"Sudah Bang" jawab Fia sembari mengunyah tahu berontak.
"Abang mau tahunya..!!" pinta Bang Zeni.
Fia hendak mengambil tahu di dalam plastik tapi Bang Zeni menahan tangannya.
"Abang pengen punyamu..!!"
"Oohh.. Abang mau yang isinya padat?" tanya Fia.
"Iya"
"Memangnya Abang jarang makan tahu?" tanya Fia lagi.
"Lihat sering, pegang juga sering.. tapi makan belum pernah. Abang takut ketagihan" jawab Bang Zeni menatap mata Fia dengan lekat.
"Bener Bang, ini enak sekali. Fia juga jadi ketagihan." dengan polosnya Fia menikmati tahu tersebut. Tanpa sadar, refleks Fia menyuapi Bang Zeni sepotong tahu. "Enak ya Bang"
"Iya.. Enak. Coba lumpia pakai saus dek. Enak juga kok" kata Bang Zeni.
Fia pun mencomot lumpia lalu menuang saus ke dalamnya. "Duuuhh.. luber Bang, kebanyakan. Tolong tissue Bang..!!"
Bang Zeni mengambilkan tissue tersebut tapi matanya tak bisa jauh menatap Fia. "Biar saja tumpah.. yang penting kamu makan semua"
"Iyaa Bang, Fia habiskan. Fia suka kok, apalagi lumpianya padat begini." Fia menunjukan lumpia berukuran besar di depan mata Bang Zeni.
Seketika Bang Zeni mengusap wajah sambil mengusap dada.
"Abang nggak coba lumpia?" tanya Fia.
"Abang lebih suka tahu" jawab Bang Zeni menyembunyikan getir perasaannya.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
Mira Lusia
wahh..bener2 nih bang perwira..dapetnya yg masih ori semua..lugu dan dgn segala kepolosannya..lucu sendiri kali ya yv ngrasaiinnya..😂😂
2024-05-10
0
Iis Cah Solo
😀😀😀😀😀...tahu lumpia basaaaahhhh...fia blm pekaa😀😀😀😀
2023-09-02
0
Sri Wahyuni Abuzar
nyesek yaa bang zeni 😀
2022-11-13
1