9. Tak menyangka.

Entah apa yang terjadi hingga Fia mau satu ranjang dengannya. Istri kecilnya itu terus mengapit lengannya.

"Menggemaskan sekali.." Bang Zeni menyentuh hidung mancung Fia lalu menyentilnya pelan. Perlahan Bang Zeni merasa suhu tubuhnya mendadak gerah padahal udara sedang dingin. Suara angin pun berhembus begitu kencang.

Tak lama Fia menggeliat. Bang Zeni langsung memejamkan mata dan berpura-pura tidur.

"Ya ampun.. aku tidur sambil memeluk Bang Zeni?? Untung saja Bang Zeni nggak bangun, kalau Abang bangun Khan aku malu." gumam Fia.

Fia bangkit beranjak dari posisinya tapi tiba-tiba tangan Bang Zeni menindih perut Fia. Fia kaget, ia berusaha sekuatnya menyingkirkan tangan Bang Zeni hingga tangan itu benar-benar bisa menyingkir dari perutnya.

Nafas lega baru saja terhela tapi sekarang malah kaki Bang Zeni mengapitnya. "Aduuuhh.. bagaimana ini?" Gumam Fia karena kaki Bang Zeni memeluknya erat. Mau membangunkan suaminya itu tapi ia sangat takut.

Masih dengan rasa takutnya, tangan Bang Zeni kembali memeluknya hingga ia kembali merebahkan diri. Tangan kekar yang menindih dadanya hingga terasa sesak. Masih belum cukup dengan itu, tangan Bang Zeni semakin berani berjalan hingga menyentuh Fia kemudian turun hingga ke perut dan masuk ke balik bajunya.

Fia hanya bisa pasrah menutup mulut dengan kedua tangan saking takutnya. Tak berani bersuara dan melawan apa yang sudah Bang Zeni lakukan padanya.

Melihat tak ada perlawanan berarti, Bang Zeni mencoba semakin berani menyentuh Fia meraba ke atas.

~

Awalnya Fia menolak dengan keras, namun sentuhan lembut itu membuatnya sangat nyaman, saat tangan Bang Zeni merangkak turun dan menyentuh bagian dirinya.

Bang Zeni melirik Fia sudah terbuai dan menikmati sentuhannya. Istrinya itu hanya pasrah terdiam. Sesekali terdengar lenguhan kecil dari bibir Fia dan akhirnya Bang Zeni menghentikan permainannya meskipun hasrat sudah menekan ubun-ubun kepala.

***

Pagi ini Bang Zeni bersikap biasa saja seolah tidak ada yang terjadi di antara mereka tapi tidak dengan Fia yang wajahnya selalu memerah saat berhadapan dengan suaminya.

"Hari ini jadi ke kantor kompi dek?" sapa Bang Zen sambil menyeruput teh hangat buatan istrinya kemudian menyantap nasi goreng buatan Fia karena mereka belum punya bahan makanan lebih.

"Jadi Bang." jawabnya menunduk malu.

"Hmm.. nanti kalau sudah selesai kegiatan langsung ke ruangan Abang ya..!! Kita ngobrol berdua" ucap Bang Zeni sengaja menekankan kata terakhirnya dengan suara nakal.

Fia mengangguk, pipinya pun memerah.

...

"Nanti kalau laporan akhir kemarin sudah terkumpul dari tiap seksi, baru saya tanda tangani ya Bu" kata Fia mengarahkan anggotanya.

"Ijin ibu, lalu rencana untuk kegiatan volly gabungan bersama Batalyon dan Markas bagaimana ya Bu, dana konsumsi di ambilkan dari kas kepengurusan kita atau ikut dengan dinas?" tanya Bu Gunanto.

"Disini juga terlihat bapak-bapak ikut lomba volly ya Bu, jadi ikut dengan dinas saja konsumsi makannya, sedangkan snack di ambil dari kepengurusan kita..!!" jawab Fia.

Bang Zeni tersenyum dari dalam ruangannya, ia mengintip hasil kerja sang istri di balik tirai.

:

"Abang nggak suka warna gordennya" Bang Zeni mulai mencari alasan agar ada ucap pertemuan di antara dirinya dan Fia. "Abang dengar gorden ini sudah lima tahun tidak di ganti, tapi ada anggaran pengeluaran untuk inventaris kantor" nada suara Bang Zeni lebih terdengar sedikit merajuk.

"Hmm.. apakah warna gorden harus di tentukan dinas, ada taukah kita bisa mengaturnya sendiri? tanya Fia.

"Boleh di ganti selama kepimpinan Danki tersebut, asal tidak terlalu mencolok dan menimbulkan perdebatan karena motifnya" jawab Bang Zeni.

"Biar Fia jahit gorden untuk Abang. Fia lihat di gudang banyak sekali kain tidak terpakai. Ada mesin jahit juga di ruang kepengurusan" kata Fia.

"Kamu bisa jahit?"

Fia mengangguk mantap. "Iya Bang, bisa" jawab Fia.

Bang Zeni melangkah maju sampai Fia terus mundur. Langkahnya terhenti saat kakinya tidak bisa melangkah lagi karena terhalang tembok. Mata Fia terpejam merasakan wajah Bang Zeni mendekat pada wajahnya. "Abang pengen yang seperti ini..!!" ucapnya nakal Bang Zeni sambil membuka gorden di belakang punggung Fia tapi betapa kecewanya Fia saat Bang Zeni hanya mengatakan hal itu untuk bentuk lekuk gorden yang di inginkannya juga membuka gorden itu selebar mungkin.

"Abang minta Fia kesini hanya untuk gorden?" tanya Fia.

Bang Zeni mengangguk mengiyakan.

Fia tersenyum kecut, ia sedikit mendorong dada Bang Zeni lalu melangkah menjauh dari suaminya.

Bang Zeni meraih tangan Fia. "Kamu marah, Abang membukanya? Apa mau di tutup lagi?" tanya Bang Zeni seolah tidak tau.

"Fia nggak marah Bang. Fia kembali dulu ke ruangan.. masih ada pekerjaan..!!" kata Fia dengan lembut tapi sarat nada kecewa. Ia pun melangkah menuju pintu keluar tapi Bang Zeni segera menarik tangan Fia.

"Aaaah.." Fia terseret dan masuk dalam dekapan Bang Zeni. Tak sengaja kedua bibir mereka saling menyentuh karena high heels Fia sedikit menunjang tubuh.

Fia salah tingkah dan kaget hingga berontak ingin lepas dari Bang Zeni tapi Bang Zeni hanya melihat tingkahnya dengan tatapan datar. "Awas Bang, Fia mau ke toilet..!!"

"Nanti dulu..!!" kata Bang Zeni.

"Nggak mau, kalau dekat Abang.. perut Fia geli jadi pengen p***s"

Garis senyum Bang Zeni terangkat naik. Ia tau apa yang di maksud Fia namun gadis polos itu tidak bisa menjabarkannya.

"Kalau begini, rasanya bagaimana?" Bang Zeni mendekatkan wajahnya dan menyatukan kedua bibir.

Mata Fia terbelalak saat Bang menyapu habis seisi rongga mulut dengan lidah yang bermain cantik. Jari telunjuk Bang Zeni menyentuh satu persatu dua kelopak mata Fia agar terpejam kemudian tangannya beralih berpatroli mengulang kejadian semalam tapi saat itu Fia menitikan air mata hingga Bang Zeni melepaskan pagutannya.

"Kenapa? Kamu nggak mau Abang perlakuan layaknya seorang istri?"

"Hanya layaknya saja? Lalu setelah ini, Abang tinggalkan Fia?" tanya Fia menatap lekat mata Bang Zeni. "Fia hamil Bang. Fia benar-benar minta di nikahi..!!!"

"Hamil???? Sama siapa dek??? Ngarang aja kamu..!!!!" nada suara Bang Zeni meninggi karena tidak jelas dengan maksud Fia.

Fia memukul dada Bang Zeni dengan kencang. "Abang khan sudah cium Fia, berarti Fia sudah hamil.. mana janji Abang untuk nggak sentuh Fia??"

"Belajar dari mana ilmu seperti itu??"

"Abang nggak pernah lihat sinetron ya, setelah di cium suami, besoknya istri jadi hamil. Tapi sekarang kita menikah pura-pura Bang, Fia nggak mau hamil sendiri. Abang harus tanggung jawab. Fia malu ketahuan orang-orang" pekik Fia kesal sendiri melihat Bang Zeni masih ternganga menatapnya.

"Lahdalaah.. ndulit wae ora lho dek, baru juga nyenggol sedikit semalam" Bang Zeni pun menggaruk kepalanya, akhirnya dirinya pening sendiri memikirkan Fia.

"Abang ngomong apa. Tanggung jawab nggak, kalau nggak tanggung jawab Fia teriak nih..!!" ancam Fia.

"Mau teriak sampai lehermu putus juga siapa mau tolong. Danki dan ibu Danki sedang dalam satu ruangan. Mau Abang jungkir kah ganggu kesibukan Danki????"

.

.

.

.

Terpopuler

Comments

Mira Lusia

Mira Lusia

ada ya cewek yang polosnya kayak gitu🤭😐

2024-05-10

0

Iis Cah Solo

Iis Cah Solo

polooss tenan..😂😂😂

2023-09-02

0

Risma Riskita

Risma Riskita

ya ampun fia itu sinetron di ikan trbng. gk sama kayak kmu ma bng zeni🤦‍♀️🤦‍♀️🤦‍♀️

2023-01-15

1

lihat semua
Episodes
1 1. Masalah
2 2. Belajar menyesuaikan.
3 3. Menjalani prosesnya.
4 4. Hari penting.
5 5. Tertantang.
6 6. Kode keras.
7 7. Devinisi berbeda.
8 8. Takut.
9 9. Tak menyangka.
10 10. Pendekatan.
11 11. Gadis polosnya Abang Zeni.
12 12. Kamu harus di samping ku.
13 pengumuman grup.
14 13. Tugas luar.
15 14. Ikut Bang Zeni.
16 15. Istriku.
17 16. Masih ingin berdua.
18 17. Harus beres.
19 18. Semoga terkabul.
20 19. Menabung sabar.
21 20. Tak habis pikir.
22 21. Godaan dari istri sendiri.
23 22. Hari sial tapiiii...
24 23. Pesta kecil.
25 24. Kesal.
26 25. Keberanian penuh tanda tanya.
27 26. Istriku yang menggemaskan.
28 27. ingat cerita.
29 28. Tekanan.
30 29. Tugas.
31 30. Situasi buruk.
32 31. Puncak masalah.
33 32. Kenyataan.
34 33. Suami Nafia.
35 34. Awal lagi demi kamu.
36 35. Respon baru.
37 36. Test bahaya.
38 37. No Coment.
39 38. Tumbang.
40 39. Ingatan yang kembali.
41 40. Harapan baru.
42 41. Rasa terbalas.
43 42. Kejutan.
44 43. Menyelesaikan masalah.
45 44. Teror.
46 45. Hari terakhir.
47 46. Rasa kehilanganmu.
48 47. Setelah dia pergi.
49 48. Berjuang melewati hari.
50 49. Demi siapa?.
51 50. Saat dia datang.
52 51. Aku ingin kamu.
53 52. Aku disini.
54 53. Ajakan tiba-tiba.
55 54. Naik derajat.
56 55. Harus tegas.
57 56. Tidak tahan.
58 57. Luka dalam.
59 58. Menyelesaikan dengan kepala dingin ( 1 ).
60 59. Masih dingin.
61 60. Batal.
62 61. Adem.
63 62. Menyelesaikan dengan kepala dingin ( 2 ).
64 63. Prahara lama.
65 64. Menyelesaikan dengan kepala dingin ( 3 ).
66 65. Gara-gara magazen.
67 66. Sakit.
68 67. Sulit memahami Fia.
69 68. Caraku menjagamu.
70 69. Teka teki kisah lama.
71 70. Tragedi berdarah.
72 Nara bicara.
73 71. Dag Dig Dug mikir kamu.
74 72. Mengalah demi kamu Dan buah hati.
75 73. Panik.
76 74. Ulah jahil.
77 75. Rudra.
78 76. Kelembutan di balik kerasnya hati.
79 77. Gejolak rasa.
80 78. Panas.
81 79. Kecelakaan tak sengaja.
82 80. Misi terselubung.
83 81. Rasa sayang untukmu.
84 82. Rudra yang rumit.
85 83. Semua yang baru tentangmu.
86 84. Tegang.
87 85. Family gathering.
88 86. Malam syahdu.
89 87. Bisa saja terjadi.
90 88. Kesayangan.
91 89. Hukuman dari si cantik ( 1 ).
92 90. Hukuman dari si cantik ( 2 ).
93 91. Hari ini.
94 92. Belajar ngasuh.
95 93. Cinta ini untuk dirimu.
96 94. Surga dan Neraka.
97 95. Demi dia kesayangan.
98 96. Hadirnya kebahagiaan.
99 Sesion 2
100 S 2. 1. Pertemuan kita.
101 S 2. 2. Penyamaran.
102 S 2. 3. Kenyataannya.
103 S 2. 4. Tergoda kamu.
104 S 2. 5. Dingin.
105 S 2. 6. Tegas.
106 S 2. 7. Kesal.
107 S 2. 8. Kecerobohan.
108 S 2. 9. Tidak sengaja.
109 S 2. 10. Pintar merayu.
110 S 2. 11. Posesif.
111 S 2. 12. Satu kebenaran.
112 S 2. 13. Mengawal.
113 S 2. 14. Kekacauan bertubi.
114 S 2. 15. Siap menghadapi.
115 S 2. 16. Singa betina.
116 S 2. 17. Paraah.
117 S 2. 18. Bisa cemburu.
118 S 2. 19. Sabar dan sabar.
119 S 2. 20. Emosi yang terasah.
120 S 2. 21. Bagai bom bunuh diri.
121 S 2. 22. Emosi naik turun.
122 S 2. 23. Cemas.
123 S 2. 24. Tak peduli lagi.
124 S 2. 25. Tidak tenang.
125 S 2. 26. Gemas.
126 S 2. 27. Tekanan.
127 S 2. 28. Penyebab pertengkara.
128 S 2. 29. Gelisah.
129 S 2. 30. Kabut.
130 Semoga yang terakhir. Kita sharing..!!!!
131 S 2. 31. Ikhlas melepasmu.
Episodes

Updated 131 Episodes

1
1. Masalah
2
2. Belajar menyesuaikan.
3
3. Menjalani prosesnya.
4
4. Hari penting.
5
5. Tertantang.
6
6. Kode keras.
7
7. Devinisi berbeda.
8
8. Takut.
9
9. Tak menyangka.
10
10. Pendekatan.
11
11. Gadis polosnya Abang Zeni.
12
12. Kamu harus di samping ku.
13
pengumuman grup.
14
13. Tugas luar.
15
14. Ikut Bang Zeni.
16
15. Istriku.
17
16. Masih ingin berdua.
18
17. Harus beres.
19
18. Semoga terkabul.
20
19. Menabung sabar.
21
20. Tak habis pikir.
22
21. Godaan dari istri sendiri.
23
22. Hari sial tapiiii...
24
23. Pesta kecil.
25
24. Kesal.
26
25. Keberanian penuh tanda tanya.
27
26. Istriku yang menggemaskan.
28
27. ingat cerita.
29
28. Tekanan.
30
29. Tugas.
31
30. Situasi buruk.
32
31. Puncak masalah.
33
32. Kenyataan.
34
33. Suami Nafia.
35
34. Awal lagi demi kamu.
36
35. Respon baru.
37
36. Test bahaya.
38
37. No Coment.
39
38. Tumbang.
40
39. Ingatan yang kembali.
41
40. Harapan baru.
42
41. Rasa terbalas.
43
42. Kejutan.
44
43. Menyelesaikan masalah.
45
44. Teror.
46
45. Hari terakhir.
47
46. Rasa kehilanganmu.
48
47. Setelah dia pergi.
49
48. Berjuang melewati hari.
50
49. Demi siapa?.
51
50. Saat dia datang.
52
51. Aku ingin kamu.
53
52. Aku disini.
54
53. Ajakan tiba-tiba.
55
54. Naik derajat.
56
55. Harus tegas.
57
56. Tidak tahan.
58
57. Luka dalam.
59
58. Menyelesaikan dengan kepala dingin ( 1 ).
60
59. Masih dingin.
61
60. Batal.
62
61. Adem.
63
62. Menyelesaikan dengan kepala dingin ( 2 ).
64
63. Prahara lama.
65
64. Menyelesaikan dengan kepala dingin ( 3 ).
66
65. Gara-gara magazen.
67
66. Sakit.
68
67. Sulit memahami Fia.
69
68. Caraku menjagamu.
70
69. Teka teki kisah lama.
71
70. Tragedi berdarah.
72
Nara bicara.
73
71. Dag Dig Dug mikir kamu.
74
72. Mengalah demi kamu Dan buah hati.
75
73. Panik.
76
74. Ulah jahil.
77
75. Rudra.
78
76. Kelembutan di balik kerasnya hati.
79
77. Gejolak rasa.
80
78. Panas.
81
79. Kecelakaan tak sengaja.
82
80. Misi terselubung.
83
81. Rasa sayang untukmu.
84
82. Rudra yang rumit.
85
83. Semua yang baru tentangmu.
86
84. Tegang.
87
85. Family gathering.
88
86. Malam syahdu.
89
87. Bisa saja terjadi.
90
88. Kesayangan.
91
89. Hukuman dari si cantik ( 1 ).
92
90. Hukuman dari si cantik ( 2 ).
93
91. Hari ini.
94
92. Belajar ngasuh.
95
93. Cinta ini untuk dirimu.
96
94. Surga dan Neraka.
97
95. Demi dia kesayangan.
98
96. Hadirnya kebahagiaan.
99
Sesion 2
100
S 2. 1. Pertemuan kita.
101
S 2. 2. Penyamaran.
102
S 2. 3. Kenyataannya.
103
S 2. 4. Tergoda kamu.
104
S 2. 5. Dingin.
105
S 2. 6. Tegas.
106
S 2. 7. Kesal.
107
S 2. 8. Kecerobohan.
108
S 2. 9. Tidak sengaja.
109
S 2. 10. Pintar merayu.
110
S 2. 11. Posesif.
111
S 2. 12. Satu kebenaran.
112
S 2. 13. Mengawal.
113
S 2. 14. Kekacauan bertubi.
114
S 2. 15. Siap menghadapi.
115
S 2. 16. Singa betina.
116
S 2. 17. Paraah.
117
S 2. 18. Bisa cemburu.
118
S 2. 19. Sabar dan sabar.
119
S 2. 20. Emosi yang terasah.
120
S 2. 21. Bagai bom bunuh diri.
121
S 2. 22. Emosi naik turun.
122
S 2. 23. Cemas.
123
S 2. 24. Tak peduli lagi.
124
S 2. 25. Tidak tenang.
125
S 2. 26. Gemas.
126
S 2. 27. Tekanan.
127
S 2. 28. Penyebab pertengkara.
128
S 2. 29. Gelisah.
129
S 2. 30. Kabut.
130
Semoga yang terakhir. Kita sharing..!!!!
131
S 2. 31. Ikhlas melepasmu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!