6. Kode keras.

"Aawhhhh.." Fia memegangi rambutnya tapi Bang Zen mencegahnya. "Ke kamar saja yuk Bang..!!" ajak Fia.

Bola mata Bang Zen melirik Bang Izal.

"Sudah sana. Nggak usah banyak mikir kecuali kamu memang mau macam-macam." kata Bang Izal.

Dengan langkah pelan dan hati-hati Bang Zen menggiring Fia ke ruang ganti tepat di belakang papan hiasan pelaminan.

~

"Jangan banyak gerak, nggak bisa masuk ujungnya..!!" Bang Zen kesulitan memasukan ujung kecil dari tusuk konde yang terjebak di gesper ikat pinggang nya.

Di luar ruangan Bang Izal tersenyum malu sendiri, pipinya memerah. Ia menggaruk kepalanya entah memikirkan apa.

"Aaahh.. sudah dek. Makanya nurut sama Abang..!!" kata Bang Zen sembari sedikit memegangi gesper celananya, ia tidak ingin Fia kaget di saat yang tidak tepat karena terus terang respon tubuhnya sedang tidak baik-baik saja.

~

Bang Zen dan Dia keluar dari ruangan dan mendapat puluhan tatapan mata dari para undangan membuat Bang Zen keki di buatnya.

"Eheemm.." Bang Zeni berdehem melonggarkan tenggorokannya yang terasa tercekat mencekik tenggorokan.

"Apa nggak bisa tunggu di kamar? Masih banyak tamu Zen..!!" tegur Papa Galar.

"Memangnya aku kenapa?" tanya Bang Zeni kemudian mengikuti arah mata Papa Galar.

"Maklumi saja Dan..!! Pengantin baru, sudah nggak tahan..!!" sindir Bang Izal.

"Astagfirullah.. ini nggak seperti yang kalian pikirkan. Sungguh..!!!" secepatnya Bang Zen membenahi letak kancing bajunya yang salah lubang juga ikat pinggang yang tidak terkunci dengan benar. "Dengar ya, saya nggak akan mau melakukannya di waktu yang sangat sempit meskipun saya sangat menginginkannya.. apalagi saya harus melakukannya disini..!!" ucap tegas Bang Zeni.

Fia mengangguk dengan cepat dan cemas karena tatap mata para tamu undangan sudah sangat menghakimi. "Abang tusuknya pelan-pelan kok Pa" kata Fia dan para tamu undangan menahan senyum mereka. Bang Zeni pun semakin salah tingkah.

"Duuhh kamu ini Zen..!!"

"Sumpah Pa.. aduuhh Papaa.."

-_-_-_-

Empat jam berlalu sejak mulai acara dan kini acara resepsi pernikahan Bang Zeni dan Fia telah usai.

Fia menjatuhkan diri di atas kursi pelaminan. Kakinya terasa sakit karena memaksa memakai high heels agar tinggi badannya bisa mengimbangi Bang Zeni.

"Capek?" tanya Bang Zeni.

"Iya Bang"

"Sebentar lagi kita ke atas. Istirahat di kamar kita" kata Bang Zeni.

"Hmm.. Abang tidur sama Fia?" Fia memasang wajah cemas natural.

"Kalau Abang nggak tidur sama kamu.. terus mau sama siapa? Apa sama Mama??"

"Apa Abang nggak rindu lagi pelukan Mama?" tanya Fia.

Bang Zeni tersenyum, ia meraba maksud perkataan Fia. Istri yang ia ketahui latar belakangnya tidak mengenal kasih sayang orang tua, tidak ada yang mendidiknya hingga istrinya itu kemungkinan besar tidak paham rasa kasih dari seorang ibu.

"Cinta anak laki-laki untuk ibunya sangat beda dengan pikiranmu dek. Cintanya lebih kepada bakti dan membalas budi karena kami laki-laki lahir ke dunia ini." jawab Bang Zeni.

Fia mengangguk datar. "Mau laki atau perempuan, Fia tidak pernah merasakan cinta ibu. Fia khan anak jalanan Bang" Dia tersenyum menghibur dirinya sendiri.

"Sudahlah.. sekarang kamu punya Mama. Mamanya Abang juga Mama mu dek"

"Kira-kira sampai kapan Bang?" tanya Fia memberanikan diri menatap mata Bang Zeni.

"Terserah yang kamu inginkan, tapi harap Abang.. apa yang kita jalani, akan menjadi bentuk ibadah kita berdua pada Tuhan. Menjaga pandangan dan nafsu hati Abang pada wanita lain yang tidak halal dan juga melindungi martabat juga harga dirimu sebagai wanita" jawab Bang Zeni.

Fia mengangguk menjawab ucapan Bang Zeni. Entah gadis itu paham atau tidak yang jelas hatinya begitu kacau.

...

"Mama dan Papa langsung kembali ke Lampung karena Papa ada pekerjaan bersama Om Giras dan Om Rey. Kamu baik-baik disini sama istrimu.. Jaga dia baik-baik!" pesan Papa Galar.

"Iya Pa. Aku pasti akan menjaganya" jawab Bang Zeni.

:

Malam di kamar pengantin yang indah, tentunya sangat wangi bertaburan kelopak bunga di seluruh lantai dan ranjangnya. Bang Zeni hanya berani melepas jas luar seragam upacaranya begitu pula dengan Fia yang sama sekali belum melepas kebaya, riasan wajah dan rambutnya.

Pria itu hanya mondar mandir di depan balkon dengan gelisah. Tapi sikap kaku dan gengsinya masih belum bisa ia hilangkan. Matanya sedikit melirik dari balik jendela, ia melihat Fia hanya duduk terpaku dan menunduk di depan meja rias.

"Duuuuhh.. kenapa aku jadi begini, seharusnya sebagai pasukan aku sudah siap intai, sergap.. hancurkan. Tapi kenapa sekarang aku seperti tidak sanggup melakukannya???" gumamnya bingung pada diri sendiri.

Untuk beberapa saat Bang Zeni terdiam. Hatinya tidak tenang. "Bagaimana caranya agar aku bisa lebih dekat dengan Fia. Tanpa pendekatan, bagaimana aku bisa menjalani rumah tangga ini" Bang Zeni mengusap dadanya sejenak kemudian melangkah masuk ke dalam kamar.

Pintu kamar balkon terbuka. Terlihat Fia duduk juga dengan gelisah. Bang Zeni tau harus ada yang lebih agresif membuka suasana dingin. Ia pun memilih duduk di belakang kursi Fia lalu mengarahkan kursi berbentuk bulat itu agar menghadap padanya. Dengan lembut Bang Zeni melepas tusuk pentulnya satu persatu.

"Kenapa nggak di lepas?"

Fia menundukan wajah tapi Bang Zeni mengangkat dagu Fia.

"Tatap mata Abang kalau suamimu ini sedang bicara..!!" pinta Bang Zeni.

Fia mengangguk perlahan dan menatap wajah Bang Zeni tapi semakin ia mencoba menatapnya, ia sedikit takut berhadapan dengan pria yang terasa asing baginya.

Bang Zeni melepas sebuah kancing di belakang tengkuk Fia tapi kemudian Fia menyilangkan kedua tangan menutup dadanya dan Bang Zeni mengarahkan Fia untuk turun. "Jika kamu belum bisa menerima Abang.. tidak masalah, Abang maklumi keadaanmu. Tapi kamu juga harus paham dek, Abang ini laki-laki, kita sudah suami istri. Kalau Abang melakukan sesuatu yang sebenarnya juga bagian dari ibadah kita.. Abang mohon.... kamu tidak marah" ucap Bang Zeni melembutkan suaranya memberi pengertian pada istrinya kemudian melanjutkan membuka kancing bajunya.

"Jangan Bang, Fia malu." ucapnya menitikan air mata.

Bang Zeni tersenyum melihat tingkah istri kecilnya. "Hanya Abang yang berhak melihatmu mulai ujung rambut hingga ujung kaki, begitu pula sebaliknya.. hanya kamu yang berhak melihat Abang seutuhnya."

Fia terkejut, ia kembali menunduk. Degub jantungnya sampai bisa terdengar saat suasana hening di antara mereka.

Bang Zeni mengusap ranjang yang ia duduki. "Tidak kah kamu sayang bunga seindah ini harus di buang begitu saja. Sepertinya bunga indah di ranjang ini adalah media terbaik untuk mengajarkanmu sesuatu" kata Bang Zeni memberi kode tapi agaknya sang istri belum juga mengerti inginnya, terlihat dari raut wajahnya yang hanya berkedip-kedip polos.

Astagfirullah.. Lailaha Illallah.. ini bagaimana? tabrak nggak nih.. aku harus bilang apa. Masa baru tiga menit saja aku sudah ingkar.

.

.

.

.

Terpopuler

Comments

Iis Cah Solo

Iis Cah Solo

alon ...alon bang jng main tabrak..😊😊😊

2023-09-02

0

Julia 05

Julia 05

terobos bang Zen ... kemaluannya eh malu² nya 😅

2022-10-06

1

Lili Suryani Yahya

Lili Suryani Yahya

Tabrak aja bang 🤣🤣

2022-10-02

1

lihat semua
Episodes
1 1. Masalah
2 2. Belajar menyesuaikan.
3 3. Menjalani prosesnya.
4 4. Hari penting.
5 5. Tertantang.
6 6. Kode keras.
7 7. Devinisi berbeda.
8 8. Takut.
9 9. Tak menyangka.
10 10. Pendekatan.
11 11. Gadis polosnya Abang Zeni.
12 12. Kamu harus di samping ku.
13 pengumuman grup.
14 13. Tugas luar.
15 14. Ikut Bang Zeni.
16 15. Istriku.
17 16. Masih ingin berdua.
18 17. Harus beres.
19 18. Semoga terkabul.
20 19. Menabung sabar.
21 20. Tak habis pikir.
22 21. Godaan dari istri sendiri.
23 22. Hari sial tapiiii...
24 23. Pesta kecil.
25 24. Kesal.
26 25. Keberanian penuh tanda tanya.
27 26. Istriku yang menggemaskan.
28 27. ingat cerita.
29 28. Tekanan.
30 29. Tugas.
31 30. Situasi buruk.
32 31. Puncak masalah.
33 32. Kenyataan.
34 33. Suami Nafia.
35 34. Awal lagi demi kamu.
36 35. Respon baru.
37 36. Test bahaya.
38 37. No Coment.
39 38. Tumbang.
40 39. Ingatan yang kembali.
41 40. Harapan baru.
42 41. Rasa terbalas.
43 42. Kejutan.
44 43. Menyelesaikan masalah.
45 44. Teror.
46 45. Hari terakhir.
47 46. Rasa kehilanganmu.
48 47. Setelah dia pergi.
49 48. Berjuang melewati hari.
50 49. Demi siapa?.
51 50. Saat dia datang.
52 51. Aku ingin kamu.
53 52. Aku disini.
54 53. Ajakan tiba-tiba.
55 54. Naik derajat.
56 55. Harus tegas.
57 56. Tidak tahan.
58 57. Luka dalam.
59 58. Menyelesaikan dengan kepala dingin ( 1 ).
60 59. Masih dingin.
61 60. Batal.
62 61. Adem.
63 62. Menyelesaikan dengan kepala dingin ( 2 ).
64 63. Prahara lama.
65 64. Menyelesaikan dengan kepala dingin ( 3 ).
66 65. Gara-gara magazen.
67 66. Sakit.
68 67. Sulit memahami Fia.
69 68. Caraku menjagamu.
70 69. Teka teki kisah lama.
71 70. Tragedi berdarah.
72 Nara bicara.
73 71. Dag Dig Dug mikir kamu.
74 72. Mengalah demi kamu Dan buah hati.
75 73. Panik.
76 74. Ulah jahil.
77 75. Rudra.
78 76. Kelembutan di balik kerasnya hati.
79 77. Gejolak rasa.
80 78. Panas.
81 79. Kecelakaan tak sengaja.
82 80. Misi terselubung.
83 81. Rasa sayang untukmu.
84 82. Rudra yang rumit.
85 83. Semua yang baru tentangmu.
86 84. Tegang.
87 85. Family gathering.
88 86. Malam syahdu.
89 87. Bisa saja terjadi.
90 88. Kesayangan.
91 89. Hukuman dari si cantik ( 1 ).
92 90. Hukuman dari si cantik ( 2 ).
93 91. Hari ini.
94 92. Belajar ngasuh.
95 93. Cinta ini untuk dirimu.
96 94. Surga dan Neraka.
97 95. Demi dia kesayangan.
98 96. Hadirnya kebahagiaan.
99 Sesion 2
100 S 2. 1. Pertemuan kita.
101 S 2. 2. Penyamaran.
102 S 2. 3. Kenyataannya.
103 S 2. 4. Tergoda kamu.
104 S 2. 5. Dingin.
105 S 2. 6. Tegas.
106 S 2. 7. Kesal.
107 S 2. 8. Kecerobohan.
108 S 2. 9. Tidak sengaja.
109 S 2. 10. Pintar merayu.
110 S 2. 11. Posesif.
111 S 2. 12. Satu kebenaran.
112 S 2. 13. Mengawal.
113 S 2. 14. Kekacauan bertubi.
114 S 2. 15. Siap menghadapi.
115 S 2. 16. Singa betina.
116 S 2. 17. Paraah.
117 S 2. 18. Bisa cemburu.
118 S 2. 19. Sabar dan sabar.
119 S 2. 20. Emosi yang terasah.
120 S 2. 21. Bagai bom bunuh diri.
121 S 2. 22. Emosi naik turun.
122 S 2. 23. Cemas.
123 S 2. 24. Tak peduli lagi.
124 S 2. 25. Tidak tenang.
125 S 2. 26. Gemas.
126 S 2. 27. Tekanan.
127 S 2. 28. Penyebab pertengkara.
128 S 2. 29. Gelisah.
129 S 2. 30. Kabut.
130 Semoga yang terakhir. Kita sharing..!!!!
131 S 2. 31. Ikhlas melepasmu.
Episodes

Updated 131 Episodes

1
1. Masalah
2
2. Belajar menyesuaikan.
3
3. Menjalani prosesnya.
4
4. Hari penting.
5
5. Tertantang.
6
6. Kode keras.
7
7. Devinisi berbeda.
8
8. Takut.
9
9. Tak menyangka.
10
10. Pendekatan.
11
11. Gadis polosnya Abang Zeni.
12
12. Kamu harus di samping ku.
13
pengumuman grup.
14
13. Tugas luar.
15
14. Ikut Bang Zeni.
16
15. Istriku.
17
16. Masih ingin berdua.
18
17. Harus beres.
19
18. Semoga terkabul.
20
19. Menabung sabar.
21
20. Tak habis pikir.
22
21. Godaan dari istri sendiri.
23
22. Hari sial tapiiii...
24
23. Pesta kecil.
25
24. Kesal.
26
25. Keberanian penuh tanda tanya.
27
26. Istriku yang menggemaskan.
28
27. ingat cerita.
29
28. Tekanan.
30
29. Tugas.
31
30. Situasi buruk.
32
31. Puncak masalah.
33
32. Kenyataan.
34
33. Suami Nafia.
35
34. Awal lagi demi kamu.
36
35. Respon baru.
37
36. Test bahaya.
38
37. No Coment.
39
38. Tumbang.
40
39. Ingatan yang kembali.
41
40. Harapan baru.
42
41. Rasa terbalas.
43
42. Kejutan.
44
43. Menyelesaikan masalah.
45
44. Teror.
46
45. Hari terakhir.
47
46. Rasa kehilanganmu.
48
47. Setelah dia pergi.
49
48. Berjuang melewati hari.
50
49. Demi siapa?.
51
50. Saat dia datang.
52
51. Aku ingin kamu.
53
52. Aku disini.
54
53. Ajakan tiba-tiba.
55
54. Naik derajat.
56
55. Harus tegas.
57
56. Tidak tahan.
58
57. Luka dalam.
59
58. Menyelesaikan dengan kepala dingin ( 1 ).
60
59. Masih dingin.
61
60. Batal.
62
61. Adem.
63
62. Menyelesaikan dengan kepala dingin ( 2 ).
64
63. Prahara lama.
65
64. Menyelesaikan dengan kepala dingin ( 3 ).
66
65. Gara-gara magazen.
67
66. Sakit.
68
67. Sulit memahami Fia.
69
68. Caraku menjagamu.
70
69. Teka teki kisah lama.
71
70. Tragedi berdarah.
72
Nara bicara.
73
71. Dag Dig Dug mikir kamu.
74
72. Mengalah demi kamu Dan buah hati.
75
73. Panik.
76
74. Ulah jahil.
77
75. Rudra.
78
76. Kelembutan di balik kerasnya hati.
79
77. Gejolak rasa.
80
78. Panas.
81
79. Kecelakaan tak sengaja.
82
80. Misi terselubung.
83
81. Rasa sayang untukmu.
84
82. Rudra yang rumit.
85
83. Semua yang baru tentangmu.
86
84. Tegang.
87
85. Family gathering.
88
86. Malam syahdu.
89
87. Bisa saja terjadi.
90
88. Kesayangan.
91
89. Hukuman dari si cantik ( 1 ).
92
90. Hukuman dari si cantik ( 2 ).
93
91. Hari ini.
94
92. Belajar ngasuh.
95
93. Cinta ini untuk dirimu.
96
94. Surga dan Neraka.
97
95. Demi dia kesayangan.
98
96. Hadirnya kebahagiaan.
99
Sesion 2
100
S 2. 1. Pertemuan kita.
101
S 2. 2. Penyamaran.
102
S 2. 3. Kenyataannya.
103
S 2. 4. Tergoda kamu.
104
S 2. 5. Dingin.
105
S 2. 6. Tegas.
106
S 2. 7. Kesal.
107
S 2. 8. Kecerobohan.
108
S 2. 9. Tidak sengaja.
109
S 2. 10. Pintar merayu.
110
S 2. 11. Posesif.
111
S 2. 12. Satu kebenaran.
112
S 2. 13. Mengawal.
113
S 2. 14. Kekacauan bertubi.
114
S 2. 15. Siap menghadapi.
115
S 2. 16. Singa betina.
116
S 2. 17. Paraah.
117
S 2. 18. Bisa cemburu.
118
S 2. 19. Sabar dan sabar.
119
S 2. 20. Emosi yang terasah.
120
S 2. 21. Bagai bom bunuh diri.
121
S 2. 22. Emosi naik turun.
122
S 2. 23. Cemas.
123
S 2. 24. Tak peduli lagi.
124
S 2. 25. Tidak tenang.
125
S 2. 26. Gemas.
126
S 2. 27. Tekanan.
127
S 2. 28. Penyebab pertengkara.
128
S 2. 29. Gelisah.
129
S 2. 30. Kabut.
130
Semoga yang terakhir. Kita sharing..!!!!
131
S 2. 31. Ikhlas melepasmu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!