Setelah resmi menjadi sepasang kekasih. Alexander pun tidur dengan nyenyak. Di dalam mimpinya, ia terbayang wajah Tiara yang berdiri di taman penuh bunga.
Tidak hanya itu, bantal guling yang ia peluk terasa seperti memeluk seseorang. Aroma masakan tercium jelas hingga membuat Alexander terbangun. Dia kebingungan, melihat bantal guling yang sering ia gunakan tidak ada.
"Mana guling ku?" tanya Alex.
Kemudian, dia berjalan keluar kamar dengan setengah sadar. Dia pun berjalan ke dapur dengan rambut yang acak-acakan.
Tiara yang mengenakan seragam sekolah dan celemek, terlihat sedang meletakkan lauk pauk di atas meja makan.
Gadis itu, mendekat lalu mengecup pipi Alex. Dan dia pun berkata, "Selamat pagi sayang. Sarapan sudah siap," ucapnya begitu hangat.
"Hah?! Tiara, kenapa kamu di sini?!" ujar Alexander begitu terkejut.
"Kita sarapan dulu, sayang. Nanti aku jelaskan, tidak baik berbicara dalam perut kosong," balasnya sembari meletakkan nasi di atas piring.
Di atas meja terdapat tiga menu sarapan pagi yaitu tempe goreng, telur goreng dan sayur kangkung. Sesendok nasi dan lauk pauk, masuk ke dalam mulutnya.
Seketika, kedua matanya terbuka sangat lebar ketika merasakan kelezatan menu sarapan buatan Tiara. Citra rasa gurih, asin dan pedas bercampur menjadi satu. Di tambah, tekstur matang yang sempurna membuat masakan terasa lezat.
"Sayang, bagaimana rasanya?" tanya Tiara lalu Alexander menjawab,"Lezat!"
Dia terus memakannya hingga tersisa setengah porsi. Seketika, dia teringat mengenai Tiara sudah berada di dalam rumahnya. Padahal, pintu rumah dan kamar dalam keadaan terkunci. Mustahil bagi orang biasa, masuk ke dalam rumah kecuali menghancurkannya dari luar.
"Tunggu dulu! Bagaimana kamu bisa ada di sini? Padahal, aku belum memberitahu rumahku. Dan pintu rumahku sudah terkunci?"
"Dari buku nikah kita," jawab Tiara sambil memunculkan buku nikah berwarna hijau di tangannya.
Buku itu, mengeluarkan cahaya yang terhubung dengan buku nikah milik Alex di dalam kamar. Di dalam buku, terdapat alamat lengkap tempat Alexander tinggal.
"Begitu rupanya, aku baru tau. Terus, bagaimana bisa kamu ada di dalam kamarku?"
"Dengan kemampuan telekinesis ku, aku membuka pintu rumah dan kamarmu. Maaf sayang, sudah masuk ke dalam rumahmu tanpa izin."
"Jadi, yang semalam itu bukan mimpi?!" tanya Alexander begitu terkejut, ketika mengingat dirinya menindih tubuh Tiara dan berciuman dengannya.
"Ahh, sayang . Aku tidak menyangka, suamiku begitu ganas mencium ku sambil menyebutkan namaku berulang kali!"
"Maaf, aku tidak bermaksud....!"
Melihat Alexander salah tingkah, membuat Tiara menunduk sambil menahan tawa. Kemudian, dia berjalan mendekat lalu duduk di sampingnya.
"Kamu, harus di hukum," kata Tiara lalu Alexander bertanya,"Hukuman?"
"Iya, kamu harus di hukum."
"Hukuman apa?" tanya Alexander dengan wajah semakin memerah lalu Tiara menjawab,"Menyuapi mu."
"Lakukan sesukamu..."
Mendengar jawaban dari Alex, membuat Tiara tersenyum lalu gadis itu mulai menyuapi sisa makanan di atas piring milik Alex. Baru pertama kali, dia mendapatkan perlakuan spesial dari Tiara. Dulu semasa kecil hingga masa SMP, dia selalu makan seorang diri di dalam kamar.
Sekarang dia merasakan kembali, apa itu disuapi terutama dengan sosok bidadari seperti Tiara. Namun, dia masih tidak mengerti mengapa Tiara melakukan hal ini? Apakah, semua yang ia lakukan hanyalah akting demi tujuan tertentu?
Namun pada akhirnya, semua itu hanyalah pikiran dan prasangka buruk dirinya sendiri. Kini tersisa satu suap, wajah Alexander mendekat dan mulutnya mulai terbuka lebar menyambut sendok yang akan masuk ke dalam mulutnya.
Sendok perlahan mulai menjauh, wajah Alexander mengikuti ke mana sendok itu pergi. Tidak disangka, Tiara mencium keningnya membuat Alexander dibuat salah tingkah.
"Balasan untuk semalam," bisik Tiara membuat daun telinga Alex memerah.
Alexander terdiam, mendengar apa yang dikatakan oleh Tiara. Wajahnya merah padam, kedua matanya tak berkedip memandang pujaan hatinya. Tiara mengambil dua piring kotor lalu Alexander menahannya.
"Jangan, biar aku saja," kata Alex lalu Tiara bertanya, "Kenapa?"
"Merepotkan, biar aku saja. Anggap saja sebagai ungkapan terima kasihku sudah membuatkan sarapan pagi."
Tiara mendekat lalu gadis itu mencium pipi Alexander membuat wajah Alexander kembali memerah.
"Terima kasih, sayang."
Tiara berjalan ke dapur meninggalkan Alexander sedang terdiam dengan wajah tersipu malu. Pada akhirnya, sebuah ciuman membuat Alexander tidak berkutik. Kemudian, dia berjalan menuju dapur lalu melihat apa yang dilakukan Tiara.
"Setelah aku perhatikan, dapur milikmu lengkap sekali dibandingkan dapur milik Wulan."
"Bagaimana ceritanya kamu bisa tinggal dengan Wulan?" tanya Alex lalu Tiara menjawab,"Nanti juga kamu tau, suamiku. Apa kamu terganggu karena kehadiran ku di sini?"
"Tidak, kamu tinggal saja di sini. Kebetulan aku tinggal sendiri. Kamu tidak perlu menumpang, apalagi dengan orang yang belum tentu kamu kenal. Anggap saja rumah sendiri."
"Rumah kita," balas Tiara membuat Alexander salah tingkah.
"Terserah! Aku mau mandi!" timpal Alex tersipu malu.
Dia berjalan masuk ke dalam kamar lalu keluar, membawa selembar handuk putih. Pintu kamar mandi terbuka, Alex tidak berkedip melihat suasana kamar mandi begitu bersih. Aroma harum kamar mandi, membuat kegiatan mandi terasa nyaman.
Selain kamar mandi, dia juga teringat melihat bagian rumah terlihat sangat bersih. Tidak hanya itu, pakaian kotor di dalam keranjang dapur sudah tidak ada.
Setelah mandi, Alexander keluar dengan selembar handuk lalu ia melihat Tiara sedang membaca buku ensiklopedia anak.
Dia terlihat serius, membaca buku di kedua tangannya lalu Alexander pun masuk ke dalam kamarnya.
"Hei, bisakah kamu keluar?" pinta Alex lalu Tiara bertanya,"Kenapa?"
"Tentu saja karena memalukan!"
"Ha.ha.ha! Tidak perlu malu begitu, kita ini suami istri. Tapi baiklah, aku akan keluar."
Tiara berjalan keluar dengan membawa sebuah buku di kedua tangannya. Alexander mengembuskan nafas panjang, melihat Tiara keluar dari kamar. Dia tidak mengerti, melihat tingkah Tiara begitu santai tanpa rasa malu. Sebab menurut informasi yang ia baca di internet, wanita merasa malu ketika melihat tubuh telanjang lelaki. Namun sepertinya, semua itu tidak berlaku untuk Tiara.
Selesai mengenakan baju sekolah, dia berjalan ke dua lalu duduk di sampingnya. Alexander penasaran, jam berapa Tiara melakukan seluruh pekerjaan.
"Hei, sebenarnya kamu bangun jam berapa?" tanya Alex.
"Jam setengah empat pagi."
"Ha?! Pagi sekali," timbalnya agak terkejut.
"Habisnya baju dan piring harus di cuci, baju harus disetrika dan sarapan harus dimasak. Kalau bangun jam enam, mana sempat aku melakukannya. Setengah delapan, kita harus ke sekolah."
"Thanks, Tiara. Kamu sudah melakukan banyak hal untukku. Tapi aku, tidak melakukan apapun."
Tiara pun tersenyum, dia memeluk lengan kanannya lalu bersandar pada bahunya.
"Kamu lelaki yang baik. Aku puas, hanya melihatmu di dekatku," balas gadis itu membuat Alexander tersentuh.
"Hah," Alex pun berhembus sambil tertunduk lesu lalu ia berkata,"Kalau begini terus, aku akan menjadi lelaki yang tidak berguna."
Tiara melirik ke arahnya, gadis itu tersenyum manis kepadanya lalu perlahan wajahnya mulai mendekat. Dia pun mencium pipinya, membuat Alex langsung melirik dengan wajah memerah.
"Apa salahnya menjadi tidak berguna? Setiap orang, memiliki sifat yang tidak berguna. Bahkan, bidadari sepertiku punya. Lagi pula suamiku, aku melakukan semua ini karena keinginanku sendiri," balasnya sambil melepas pelukannya pada lengannya.
"Terima kasih, sayang. Aku beruntung bisa bersamamu."
Mendengar kata sayang, raut wajah Tiara merah padam dan ia pun berbalik. Melihat reaksinya, membuat Alexander ikut tersipu malu.
"Kenapa? Apa kamu tidak suka dipanggil seperti itu?"
Tiara pun kembali menghadap Alex. Dia pun menggelengkan kepala lalu berkata, "Tidak, sayang. Justru aku senang kalau aku dipanggil begitu."
Mendengar hal itu, timbul rasa usil pada diri Alex. Dia penasaran, jika seandainya Tiara dipanggil dengan panggilan yang lainnya.
"Kalau begitu, bagaimana kalau aku memanggilmu My Love, Cintaku atau Pirang Manisku atau..."
Semakin banyak Alexander menyebutkan berbagai jenis panggilan. Wajah Tiara semakin merah, dia pun gelisah dan semakin salah tingkah.
Tiara pun berjalan mendekati Alex sambil menundukkan pandangannya. Kemudian, secara agresif dia mencium seluruh permukaan wajah Alex hingga Alexander terkejut bukan main.
Kemudian Tiara menarik pipi Alex lalu mendorongnya ke kamar mandi sambil berkata, "Cukup! Mandi sana, dasar bau!"
"Iya! Iya! Tapi handukku?!" ucapnya lalu masuk ke dalam kamar mandi dengan paksa.
Tiara yang masih tersipu malu, duduk di kursi meja makan sambil menutup wajah dengan kedua tangannya. Begitu juga dengan Alexander yang menutup wajahnya dengan merendam wajahnya di air dalam bak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
꧁༒☬༺๖ۣۜℜ𝓎สภ༻☬༒꧂
semangat tiara buat alex malu terus hhhhh
2022-09-30
1