Saingan Mendekat

Keesokan harinya di kelas pada jam istirahat. Mereka semua duduk berhadapan sambil menikmati makan siang. Alexander dan tiga temannya membawa bekal makanan masing-masing.

Wulan melihat, Alexander dan Tiara duduk saling memalingkan wajah dengan tersipu malu. Tamrin pun menggeser tempat duduknya lalu ia mendekati Wulan sedang terdiam.

"Bos sudah minta maaf?" bisik Tamrin kepada Wulan.

"Sudah," balasnya singkat lalu ia mulai menjalankan rencananya, "Guys, akhirnya empat serangkai kita sudah berkumpul. Sebagai perayaan masuknya Tiara ke dalam empat serangkai, kita buat sebuah permainan?"

"Permainan apa?" tanya Wulan.

"Permainan saling tatap, jadi kita bentuk satu tim. Satu tim terdiri dari dua orang, setiap lawan saling berpandangan. Jika salah satu wajah mereka memerah, berpaling dan tertawa maka dia kalah. Setiap kekalahan dihitung satu poin dan pihak yang kalah, wajib mentraktir makan pihak yang menang. Bagaimana Bos?"

"Menarik! Siapa takut!" balas Alex menyetujui saran dari Wulan.

Mereka mulai menulis nama, pada kertas kecil lalu menggulung dan mengumpulkannya menjadi satu. Undian pun dimulai. Di bawah meja, Tiara menggerakkan telunjuknya. Tanpa sepengetahuan Alex dan Tamrin, Tiara mengubah urutan nama tertulis pada kertas. Maka terciptalah dua pasangan, pertama Alex melawan Tiara dan Wulan melawan Tamrin.

Pertandingan diawali dengan Wulan melawan Tamrin. Kedua tangan mereka terlipat di atas meja. Mereka berdua, terdiam saling berpandangan. Tamrin tersenyum tipis, dia menggerakkan hidungnya dan mengeluarkan suara seperti seekor babi.

"Ha.ha.ha!" Alex dan Tiara tertawa.

Wulan berjuang menahan godaan yang dilancarkan oleh Tamrin. Bibirnya bergetar, dia mulai mencapai batasnya. Tidak disangka, suara kentut nyaring terdengar. Tiara tertawa terbahak-bahak, ketika ia tau bahwa Alexander pelaku buang angin. Akhirnya, Wulan pun tertawa dan dia kalah dari pertandingan sejak tadi terdiam menahan tawa.

"Ha.ha.ha! Sialan, curang kamu Tamrin!"

"Bukan curang. Tapi strategi!" balasnya membuat Wulan berpaling kesal.

Kini, giliran Alex dan Tiara memasuki area pertandingan. Jantung Alexander berdegup kencang, wajahnya tersipu malu ketika ia memandanginya. Padahal pertandingan belum dimulai, tetapi gejolak rasa sedang ia rasakan tidak bisa di bendung. Sedangkan Tiara, tersenyum menyembunyikan gejolak rasa juga sedang ia rasakan.

Pertandingan pun dimulai, mereka berdua terdiam saling berpandangan. Pipi mereka merah merona, kedua mata mereka tidak berkedip dan tenggelam dalam pesona. Suasana sekitar seketika menjadi putih, tidak ada siapa pun selain mereka berdua.

Mereka berdiri saling memandang satu sama lain. Entah mengapa, rasa ragu dalam diri Alex mulai menghilang. Dia mulai menggenggam kedua tangannya. Telapak tangannya yang lembut, kulitnya putih mulus bagaikan bayi baru dilahirkan.

"Ehem! Kami masih ada di sini," sindir Tamrin membuat Alexander tersadar dari lamunannya.

Sepatah kata pun tidak keluar dari mulutnya. Alexander kembali menatap sosok bidadari di hadapannya. Bibirnya mulai bergetar, perlahan wajahnya mulai memerah dan jantungnya semakin berdegup kencang.

Tidak jauh berbeda dengan Tiara yang sejak tadi menahan pesona ketampanan Alex.

Tiara tersenyum manis kepada Alex lalu di dalam lubuk hatinya, ia begitu bahagia memandang pujaan hati dari dekat. Kedua matanya tak berkedip, ketika memandang parasnya yang tampan.

Begitu juga dengan Alexander yang tidak ingin melewatkan satu detik pun memandang parasnya yang memikat. Sepasang mata ungu yang indah dan pipinya kemerah-merahan, membuat panah asmara menusuk semakin menusuk ke dalam hatinya. Wajah Alex semakin merah, membuat dirinya terlihat seperti kepiting rebus.

Bibirnya bergetar, kedua tangannya ikut gemetar dan sorot matanya melirik ke sana dan ke mari. Akhirnya, Alexander tidak bisa membendung apa yang ia rasakan. Senyuman manis Tiara telah berhasil menaklukkan hatinya.

"Stop, gak kuat! Gak kuat!" ujarnya kepada mereka bertiga sambil melambaikan kedua tangannya.

"Bos payah! Skor kita jadi sama!"

"Berisik!" balasnya kepada Tamrin dengan wajah memerah.

"Skor kita sama. Ayo suit suit," kata Wulan.

"Tamrin, maju Tamrin!" perintah Alex.

"Siap, Bos!"

Wulan dan Tamrin saling berhadapan, mereka berdua bersiap untuk suit. Sorot mata mereka saling memandang dengan tajam. Mereka berkonsentrasi melakukan analisa pada lawan. Kemudian, mereka berdua mulai melakukan suit sebanyak tiga kali.

Keberuntungan tidak berpihak pada Tamrin, akhirnya Tim Wulan dan Tiara pun menang. Alex ldan Tamrin, secara resmi harus mentraktir mereka berdua makan. Wulan dan Tiara sangat senang menerima kemenangan. Kedua gadis itu tidak sabar merasakan kelezatan Mie Ayam setelah pulang sekolah.

Bel pertanda masuk telah berbunyi, seluruh siswa kembali ke kelas masing-masing. Hari ini, waktunya pelajaran olahraga berlangsung. Seluruh siswa, pergi ke kamar mandi untuk mengantri ganti baju.

Sedangkan para siswi ganti baju di dalam kelas. Kaos putih dan celana biru panjang, telah dikenakan lalu para siswi keluar dari kelas. Seluruh siswa, berkumpul di lapangan basket lalu Alexander beserta Seksi Olahraga memimpin penasaran. Setelah itu seluruh siswa kelas berlari mengelilingi lapangan basket sebanyak lima kali.

Sinar matahari menusuk kulit, keringat mulai bercucuran dan kedua kaki terasa sakit. Alexander, terus berlari mengejar ketinggalan teman-teman sekelasnya. Dia berlari sambil membungkuk, kedua kakinya mengangkang dan berlari seperti seekor bebek.

Tanpa dia sadari, beberapa siswa di kelas menertawakannya. Sedangkan tiga anggota serangkai, terdiam melihat perjuangan Alex menyusul teman-temannya. Selesai berlari, seluruh murid kelas mengisi absen. Setelah itu, mereka bebas melakukan olahraga apapun karena hari ini adalah pertemuan pertama.

"Hei, ketua. Ayo main!" ajak Tamrin dan beberapa teman sekelasnya untuk bermain bola.

Alexander terdiam, mendengar ajakan teman-temannya. Melihat bola sepak, membuat dirinya kembali teringat masa kelamnya. Tiga anggota empat serangkai, sempat melihat raut wajah Alex begitu ketakutan. Tiara mencemaskan Alex sedang menyembunyikan rasa takut dan gugupnya. Dia hanya bisa tersenyum, menyembunyikan rasa takut di dalam dirinya.

"Ok, gue jadi wasitnya!" balas Alex.

Alexander, berlari ke tengah lapangan basket sambil meniup peluit lalu ia mulai memimpin jalannya pertandingan. Sebagian siswa kelas pergi ke kantin dan ada juga beberapa dari mereka mengganti baju di dalam kelas.

"Wulan, Tiara! Ayo kita ke kantin!" ajak Hana kepada mereka berdua.

Mereka bertiga, mulai melangkahkan kakinya menelusuri lorong. Para siswa dan guru berlalu-lalang melintasi mereka bertiga. Ada juga beberapa siswa berlarian sekitar lingkungan sekolah.

"Tiara, anak-anak basket pada nanyain kamu terus loh," kata Hana.

"Hmm..., memangnya mereka tanya apa?"

Mereka kepo status percintaan kamu . Gak nyangka, kamu bakal sepopuler ini."

"Ah, bisa saja kamu. Aku tidak sepopuler itu kok, masih banyak siswi cantik lainnya jauh lebih populer," balas Tiara dengan rendah hati.

"Jadi bagaimana, kamu sudah putuskan soal tawaran Kak Fahmi?"

Tiara merespon dengan menggelengkan kepala. Lalu Hana bertanya, "Kenapa?"

"Tidak tertarik."

"Yah! Padahal kamu lebih cocok masuk Tim Cheerleader. Memangnya, kamu sudah bergabung di ekskul mana?"

"Belum satu pun. Habisnya, ekskul di sekolah ini ada banyak."

"Kalau kamu tertarik dengan ekskul Basket, hubungi aku ya."

"Iya, Hana."

"Kalau Wulan, bagaimana denganmu?" tanya Hana.

"Sama aku juga bingung. Aku ikut Tiara saja.."

"Dasar, kamu juga kalau tertarik hubungi aku ya," balas Hana.

"Siap."

Sekian lama mereka berjalan, akhirnya mereka bertiga sampai di kantin. Suasana kantin cukup padat, beberapa siswa terlihat saling berdesakan dan menyerobot antrian. Melihat hal itu, ia merasa malas lalu meminta Wulan dan Hana untuk menitip satu botol air mineral untuknya.

Tiara duduk di sebuah bangku panjang dekat meja kantin. Tidak disangka, Ilham seorang siswa populer telah menabraknya kemarin duduk berhadapan dengannya. Dia terlihat sedang menikmati Mie Goreng bersama tiga orang temannya.

"Hai," sapa Ilham lalu Tiara membalasnya,"Hai, juga."

"Sendirian?" tanya Ilham lalu Tiara menjawab,"Tidak, aku ke sini bersama dua temanku. Sekarang, mereka sedang mengantri."

"Soal kemarin, aku minta maaf. Aku tidak sengaja menabrak kamu," kata Ilham.

"Tenang, aku mengerti kok. Kemarin itu kamu tidak sengaja," balas Tiara.

"Mau minum atau makanan? Biar aku yang traktir," tawar Ilham.

"Tidak usah. Aku sudah titip pesan pada dua temanku," ujarnya merasa tidak enak.

Ilham beranjak dari tempat duduknya, ia pun berjalan mencari stan kantin yang sepi. Dia pun membeli sebotol jus jeruk dan kembali secepat mungkin.

Memandangi paras Tiara yang cantik, membuat tiga temannya seolah tidak terlihat. Mereka terlihat kesal, melihat Ilham lupa daratan ketika terpikat oleh seorang gadis.

Ilham memberikan botol itu kepada Tiara sebagai permintaan maaf. Tiara pun menolak, tetapi Ilham dengan keras kepala meminta Tiara untuk menerimanya. Mau tidak mau, pada akhirnya Tiara pun menerima pemberiannya.

"Kenalin, nama gue Ilham Purnomo dari kelas 10 IPA A," ujarnya memperkenalkan diri sambil menjulurkan tangan.

"Tiara," balasnya sambil berjabat tangan.

"Parah Ilham! Kenalan gak ngajak-ngajak," sindir temannya berambut wavy taper cut coklat lalu gilirannya untuk berkenalan,"Kenalin, nama gue Martin best friend satu kelasnya," sambil berjabat tangan.

"Ngaku sahabat. Hutang gorengan belum dibayar," canda temannya berkulit sawo matang dan bertubuh agak kekar bernama Bobi Wiliam.

Mereka tertawa, mendengar sindiran sekaligus candaan dari Bobi. Wulan dan Hana telah mendapatkan pesanan, mereka berdua berjalan menghampiri Tiara.

Kedua gadis itu melihat, empat siswa populer terlihat berbincang dengannya. Seketika, Wulan teringat oleh Alex lalu ia menggelengkan kepala.

"Bos, bagaimana perasaanmu sekarang? Kalau tidak cepat-cepat, Tiara bisa berpaling," gumamnya di dalam hati.

Episodes
1 Awal Kisah
2 Jarum Putar
3 Pertemuan
4 Terlambat
5 Perkenalan
6 Empat Serangkai
7 Wulan Dan Tiara
8 Kandidat
9 Paket Tiara
10 Upacara Bendera
11 Ketua Kelas
12 Salah Tingkah
13 Saran Minta Maaf
14 Mencari Ekstrakurikuler
15 Alunan Pemikat
16 Saingan Mendekat
17 Rasa Yang Bergejolak
18 Memulai Sumpah Ikatan
19 Masakan Tiara
20 Menguping
21 Rapat Kelas
22 Trauma Yang Kembali
23 Pisah Ranjang
24 Melepas Belenggu
25 Ruang Musik
26 Ekskul Band
27 Irama Merdu
28 Sepulang Ekskul
29 Alasan Memanggil Suami
30 Petir
31 Uang Bekal
32 Sebagai balas Budi
33 Rahasia Love Garner
34 Mulainya Ajang Pembuktian
35 Kencan
36 Pemberian Alex
37 Bengkel Rahmat
38 Rahasia Kekuatan Wulan
39 Foto Menarik
40 Perbincangan
41 Balas menggoda
42 Status
43 Hal yang harus dipikirkan
44 Satu Meja
45 Pekerjaan Ayah
46 Nasehat dan tujuan
47 Hujan
48 Menghilangnya keraguan
49 Mager
50 Berlatih Sepak Bola
51 Handphone baru
52 Pamer kepada sahabat
53 Gol pertama
54 Mengalah dengan sengaja
55 Surat Cinta dan Brosur
56 Bendera perang
57 Dilatih oleh dua gadis
58 Hati wanita dan kepercayaan
59 10 IPS F vs 10 IPA A
60 Akhir pertandingan
61 Mengejutkan seseorang #Season 2
62 Mengungkap jati diri
63 Dibuntuti
64 Makan bersama
65 Toilet Intimidasi
66 Parfum Kayangan
67 Penglihatan Wulan
68 Bullying
69 Planning selanjutnya
70 Alasan menulis
71 Ilustrasi
72 Pekerjaan rumah
73 Impian Ilham
74 Jemputan
75 Ramalan peti harta
76 Drama kecil gerbang sekolah
77 Hal biasa di tongkrongan
78 Susu madu
79 Mendekati Nanda
80 Terciduk +
81 Kasur goyang +
82 Karena Wulan
83 Menginap
84 Malam minggu
85 Dua kamar
86 Menentukan aliran musik
87 Mencari Stan
88 Putaran ke dua
89 Hasil Gacha Tamrin
90 Pengumuman dari Ketua OSIS
91 Seolah runtuh
92 Tameng gadis buruk rupa
93 Memadamkan api cemburu
94 Ketertarikan
95 Nama Band
96 Seharusnya
97 Api membesar
98 Rencana jahat
99 Di balik wajah datar
100 Kondisi motor
101 Mendatangi Bengkel
102 Perbincangan Ayah dan anak
103 Kunjungan pertama Sang Ayah
104 Melihat perkembangan
105 Cara alternatif ke Sekolah
106 Kena Rajia
107 Bertemu masa lalu
108 Khawatir
109 Luka tersembunyi
110 Elusan kepala
111 Sayur tahu bening
112 Pengalaman buruk di dalam Bus
113 Terlambat masuk kelas
114 Luka dan harga diri
Episodes

Updated 114 Episodes

1
Awal Kisah
2
Jarum Putar
3
Pertemuan
4
Terlambat
5
Perkenalan
6
Empat Serangkai
7
Wulan Dan Tiara
8
Kandidat
9
Paket Tiara
10
Upacara Bendera
11
Ketua Kelas
12
Salah Tingkah
13
Saran Minta Maaf
14
Mencari Ekstrakurikuler
15
Alunan Pemikat
16
Saingan Mendekat
17
Rasa Yang Bergejolak
18
Memulai Sumpah Ikatan
19
Masakan Tiara
20
Menguping
21
Rapat Kelas
22
Trauma Yang Kembali
23
Pisah Ranjang
24
Melepas Belenggu
25
Ruang Musik
26
Ekskul Band
27
Irama Merdu
28
Sepulang Ekskul
29
Alasan Memanggil Suami
30
Petir
31
Uang Bekal
32
Sebagai balas Budi
33
Rahasia Love Garner
34
Mulainya Ajang Pembuktian
35
Kencan
36
Pemberian Alex
37
Bengkel Rahmat
38
Rahasia Kekuatan Wulan
39
Foto Menarik
40
Perbincangan
41
Balas menggoda
42
Status
43
Hal yang harus dipikirkan
44
Satu Meja
45
Pekerjaan Ayah
46
Nasehat dan tujuan
47
Hujan
48
Menghilangnya keraguan
49
Mager
50
Berlatih Sepak Bola
51
Handphone baru
52
Pamer kepada sahabat
53
Gol pertama
54
Mengalah dengan sengaja
55
Surat Cinta dan Brosur
56
Bendera perang
57
Dilatih oleh dua gadis
58
Hati wanita dan kepercayaan
59
10 IPS F vs 10 IPA A
60
Akhir pertandingan
61
Mengejutkan seseorang #Season 2
62
Mengungkap jati diri
63
Dibuntuti
64
Makan bersama
65
Toilet Intimidasi
66
Parfum Kayangan
67
Penglihatan Wulan
68
Bullying
69
Planning selanjutnya
70
Alasan menulis
71
Ilustrasi
72
Pekerjaan rumah
73
Impian Ilham
74
Jemputan
75
Ramalan peti harta
76
Drama kecil gerbang sekolah
77
Hal biasa di tongkrongan
78
Susu madu
79
Mendekati Nanda
80
Terciduk +
81
Kasur goyang +
82
Karena Wulan
83
Menginap
84
Malam minggu
85
Dua kamar
86
Menentukan aliran musik
87
Mencari Stan
88
Putaran ke dua
89
Hasil Gacha Tamrin
90
Pengumuman dari Ketua OSIS
91
Seolah runtuh
92
Tameng gadis buruk rupa
93
Memadamkan api cemburu
94
Ketertarikan
95
Nama Band
96
Seharusnya
97
Api membesar
98
Rencana jahat
99
Di balik wajah datar
100
Kondisi motor
101
Mendatangi Bengkel
102
Perbincangan Ayah dan anak
103
Kunjungan pertama Sang Ayah
104
Melihat perkembangan
105
Cara alternatif ke Sekolah
106
Kena Rajia
107
Bertemu masa lalu
108
Khawatir
109
Luka tersembunyi
110
Elusan kepala
111
Sayur tahu bening
112
Pengalaman buruk di dalam Bus
113
Terlambat masuk kelas
114
Luka dan harga diri

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!