Paket Tiara

Mendengar hal itu, Wulan tersenyum sembari menepuk pundak temannya. Tiara melihat Wulan, membawa empat buku terlihat sudah usang. Dia penasaran, mengenai buku berada di kedua tangannya dan ia pun bertanya mengenai buku tersebut.

"Ini buku tentang cara menulis dan membaca. Aku akan mengajarimu semampuku ," jawab Wulan.

Wulan mulai mengajarkan Tiara membaca dan menulis hingga mata mengantuk. Tidak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam dan ia sudah mencapai batasnya.

"Pelajaran hari ini cukup sampai di sini. Sudah waktunya tidur," kata Wulan sambil menutup buku paketnya.

"Baik, guru."

"Tidak perlu memanggilku begitu, cukup panggil namaku saja," timbal Wulan sembari menguap.

"Ok, Wulan," balas Tiara.

Mereka berdua berbaring di atas kasur masing-masing dan tertidur. Keesokan harinya, suara alarm ponsel berbunyi. Tiara mulai terbangun dari tidurnya, dia melirik ke segala arah mencari asal suara tersebut. Kemudian dia mendekati Wulan sedang tertidur. Dia menepuk betisnya hingga Wulan terbangun.

"Bangun Wulan! Aku mendengar suara aneh!"

Wulan pun menguap lalu berkata, "Itu bukan suara aneh, tapi alarm ponselku."

"Alarm?"

"Iya, suara yang mengganggu yang membuatku bangun setiap pagi."

"Apa seluruh manusia, dibangunkan dengan benda ini?" tanya Tiara sambil memegang ponsel milik Wulan.

"Yes, hampir."

Tidak berselang lama, suara ketukan pintu kamar mulai terdengar. Lalu sosok dibalik pintu berkata, "Wulan, Tiara bangun! Makanan sudah siap!"

"Iya!" balas Wulan.

"Padahal, ibumu selalu membangunkan mu. Tapi, kenapa kamu perlu benda itu untuk membangunkanmu?" tanya polos Tiara.

Dengan raut wajahnya yang menahan malu ia berpaling lalu menjawab, "Ini sangat memalukan. Sebenarnya, aku susah sekali untuk bangun. Makanya, Ibuku saja tidak cukup untuk membangunkan ku."

"Tenang saja, Wulan. Selama ada aku, biar aku yang membangunkan mu!" balas Tiara dengan penuh optimis.

Wulan tersenyum lalu berkata, "Thanks. Sebisa mungkin aku akan berusaha bangun sendiri. Ayok, Tiara! Kita turun."

Mereka berdua, berjalan keluar dari kamar lalu Tiara duduk bersama Wulan dan keluarganya. Di atas meja, terdapat tiga menu utama yaitu nasi goreng, telur goreng dan mie.

Tiara terdiam, melihat menu makanan berada di atas meja. Dia hanya tersenyum manis memandang keluarga Wulan.

"Ayo, Tiara. Silahkan ambil," pinta Ibu Wulan kepadanya.

"Iya," jawabnya lalu mengambil piring dan sendok.

Mereka semua, mulai menikmati sarapan pagi. Sejak tadi, adik laki-laki dan kedua orang tua Wulan terus memperhatikan dirinya. Tiara merasa malu, sekaligus canggung di hadapan mereka semua. Wulan menyadari hal itu, dia berhenti mengunyah dan meletakkan sendoknya.

"Papah, mamah jangan melihat Tiara seperti itu," kata Wulan.

"Habisnya, mamah tidak menyangka kamu punya teman secantik ini," puji Sang Ibu kepada Tiara.

"Tidak, Ibu berlebihan. Justru Wulan paling cantik," timpal Tiara kepada Ibu Wulan.

"Ngomong-ngomong, kamu sekolah di mana?" tanya Ayah Wulan.

"Anu..."

Kepala Tiara terasa pening, dia mengangkat lengan bawahnya. Kedua telapak tangannya bersinar lalu sinar itu mengenai kedua adik dan kedua orang tua Wulan.

"Apa yang kamu lakukan?!" tanya Wulan terkejut melihat keluarganya terdiam tanpa berkedip.

"Maaf Wulan, aku hanya reflek melakukannya. Identitasku sebagai bidadari, tidak boleh diketahui sembarang orang."

"Hmm....., aku mengerti. Tapi, apa yang terjadi pada keluargaku?"

"Tenang, mereka baik-baik saja. Aku hanya menggunakan kesaktian ku untuk memanipulasi pikiran mereka. Maaf Wulan, bolehkah aku memanipulasi pikiran mereka agar menganggap ku sementara sebagai adikmu? Aku berjanji hanya sebentar. Setelah aku bertemu dengan suamiku, pasti akan aku kembalikan mereka seperti sebelumnya."

"Tidak masalah, tapi setidaknya izin lah terlebih dahulu.

"Maaf..."

Sinar pada telapak tangan Tiara mulai menghilang, keluarga Tiara kembali seperti sebelumnya. Mereka semua, kembali menikmati sarapan pagi bersama. Wulan dan Tiara, mengambil piring kotor dan meletakkannya di wastafel. Mereka berdua, mencuci piring satu persatu hingga bersih.

"Kalian berdua, cepatlah. Hari ini ada MOS bukan?" kata Sang Ayah.

"Iya, Papah. Tapi Tiara tidak bisa ikut."

"Hah?! Kenapa Tiara? Masa Orientasi Siswa itu momen paling dinanti."

"Tiara belum daftar sekolah," jawab Wulan membuat Sang Ayah menepuk jidatnya.

"Tiara! Satu hari ada 24 Jam, selama ini kamu ngapain saja?! Contoh kakakmu, walau dia hanya berdiam diri di kamar tapi dia bisa memanfaatkan waktu dengan baik."

"Maaf, Papah. Tiara salah," timbalnya sambil menunduk.

"Ya, sudah. Karena ini darurat, cepat kamu siapkan dokumennya. Kebetulan, Papah masih punya satu formulir pendaftaran tersisa. Kamu isi dan berikan kepada papah. Tapi sayangnya, kamu tidak bisa ikut kegiatan MOS."

"Tidak masalah, selama Tiara bisa sekolah apapun itu akan Tiara lakukan!" balasnya dengan penuh semangat.

Setelah itu Tiara dan Wulan berjalan ke dalam kamar. Mereka berdua duduk bersandar di atas kasur.

"Sekolah itu apa ya?" tanya Tiara dengan polosnya.

"Ya, ampun. Kukira kamu ngomong begitu karena sudah tau. Sekolah itu, merupakan tempat bagi anak-anak dan remaja sepertiku untuk belajar," jawab Wulan.

"Memangnya, di sekolah kamu belajar apa?"

"Banyak hal."

"Wah, menarik! Apa aku bisa bertemu, suamiku?"

"Selama kalian satu sekolah, kemungkinan untuk bertemu sangat besar."

"Kalau begitu, ayo kita ke sekolah sekarang!" timbalnya sambil menarik tangan Wulan ke luar kamar.

"Hei, tenanglah! Kamu tidak bisa pergi begitu saja. Kamu harus daftar dulu," balas Wulan menghentikan langkahnya.

"Hah, begitu rupanya," timbalnya lalu berjalan menunduk kembali masuk ke dalam kamar.

Tiara berbaring di atas kasur, dia memandang langit-langit dengan wajah murung. Wulan terdiam memandang temannya sambil menggelengkan kepala. Dia meraih ponselnya berada di atas kasur. Kemudian ia mulai memainkan game Mobile Legend sambil berbaring di atas kasur.

"Tiara, jangan murung seperti itu. Mending kamu siapkan Kartu Keluarga, Nomer Induk Siswa dan lainnya."

"Tapi, aku tidak punya."

Wulan terdiam, dagunya bersandar pada kedua jarinya. Dia berpikir keras, bagaimana caranya membuat dokumen dan alasan kepada Sang Ayah. Suara ketukan kaca mulai terdengar namun mereka berdua mengabaikannya. Semakin lama, suara ketukan jendela kamar semakin keras terdengar. Padahal, kamar Wulan berada di lantai dua. Tidak mungkin ada manusia bisa mengetuk jendela kecuali memiliki tinggi 100 m.

"Paket Olimpus!" sahut seseorang di balik kaca.

Suara itu terdengar tidak asing bagi Tiara. Mereka berdua, berjalan mendekati jendela kamar. Hordeng mulai terbuka, mereka berdua melihat sosok gadis cantik berambut hijau dan bermata biru. Kulitnya yang putih bagaikan salju, tubuhnya aduhai menunggangi pegasus. Baju zirah berwarna emas, membuat sosoknya terlihat cantik dan gagah.

"Mira! Ada apa kamu ke sini?" tanya Tiara.

"Hallo, Tiara. Paket untukmu, ambilah."

Tiara mengambil sebuah map berwarna coklat dari Mira. Dia membuka isi map tersebut. Di dalam map, terdapat berbagai macam dokumen penting seperti Kartu Keluarga, Nomer Induk Siswa, Akte kelahiran dan lain sebagainya. Wulan melihat semuanya hanya terdiam sambil berkedip. Baru pertama kali, dia melihat sosok wanita menunggangi pegasus.

"Dokumen itu bisa berubah sesuai kebutuhanmu," kata Mira.

"Wah! Terima kasih, tidak aku sangka Dewi Cinta sampai melakukan hal ini untukku."

"Tentu saja, dia sangat mengkhawatirkan mu seharian. Hei, namamu Wulan bukan?"

"Iya," jawabnya tanpa berkedip.

"Perkenalkan namaku, Mira. Aku ini adalah teman Tiara, sekaligus mantan bawahannya. Salam kenal!"

"Salam kenal," balasnya lalu tersenyum.

"Kamu tidak apa-apa, terbang seperti itu? Kamu tidak takut, ada manusia yang melihatmu?" tanya Wulan.

"Tenang saja, tidak ada seorang pun manusia melihat wujudku. Mereka hanya melihatku sebagai pantulan sinar matahari."

"Begitu rupanya."

"Hei, Wulan. Sekarang kamu itu adalah saudaranya, tolong jaga Tiara untukku," pinta Mira.

"Tentu."

"Sudahlah Mira, aku malu!"

"Ha.ha.ha! Habisnya, kamu tidak akan kembali ke Negeri Olimpus. Setidaknya, aku ingin mengatakannya untuk terakhir kalinya," balasnya membuat Tiara tersenyum sedih.

Setelah itu, pegasus yang Mira tunggangi mulai mengepakkan sayap dan terbang ke langit. Tiara melihat teman sekaligus mantan bawahannya untuk terakhir kalinya. Dia sangat bersedih, melihat ia berpisah dengan teman terdekatnya di Negeri Olimpus.

Terpopuler

Comments

@Kristin

@Kristin

hadir ya

2022-12-10

0

Harny Deidara

Harny Deidara

Wah ternyata disana ada kang paket juga😂

2022-11-04

1

lihat semua
Episodes
1 Awal Kisah
2 Jarum Putar
3 Pertemuan
4 Terlambat
5 Perkenalan
6 Empat Serangkai
7 Wulan Dan Tiara
8 Kandidat
9 Paket Tiara
10 Upacara Bendera
11 Ketua Kelas
12 Salah Tingkah
13 Saran Minta Maaf
14 Mencari Ekstrakurikuler
15 Alunan Pemikat
16 Saingan Mendekat
17 Rasa Yang Bergejolak
18 Memulai Sumpah Ikatan
19 Masakan Tiara
20 Menguping
21 Rapat Kelas
22 Trauma Yang Kembali
23 Pisah Ranjang
24 Melepas Belenggu
25 Ruang Musik
26 Ekskul Band
27 Irama Merdu
28 Sepulang Ekskul
29 Alasan Memanggil Suami
30 Petir
31 Uang Bekal
32 Sebagai balas Budi
33 Rahasia Love Garner
34 Mulainya Ajang Pembuktian
35 Kencan
36 Pemberian Alex
37 Bengkel Rahmat
38 Rahasia Kekuatan Wulan
39 Foto Menarik
40 Perbincangan
41 Balas menggoda
42 Status
43 Hal yang harus dipikirkan
44 Satu Meja
45 Pekerjaan Ayah
46 Nasehat dan tujuan
47 Hujan
48 Menghilangnya keraguan
49 Mager
50 Berlatih Sepak Bola
51 Handphone baru
52 Pamer kepada sahabat
53 Gol pertama
54 Mengalah dengan sengaja
55 Surat Cinta dan Brosur
56 Bendera perang
57 Dilatih oleh dua gadis
58 Hati wanita dan kepercayaan
59 10 IPS F vs 10 IPA A
60 Akhir pertandingan
61 Mengejutkan seseorang #Season 2
62 Mengungkap jati diri
63 Dibuntuti
64 Makan bersama
65 Toilet Intimidasi
66 Parfum Kayangan
67 Penglihatan Wulan
68 Bullying
69 Planning selanjutnya
70 Alasan menulis
71 Ilustrasi
72 Pekerjaan rumah
73 Impian Ilham
74 Jemputan
75 Ramalan peti harta
76 Drama kecil gerbang sekolah
77 Hal biasa di tongkrongan
78 Susu madu
79 Mendekati Nanda
80 Terciduk +
81 Kasur goyang +
82 Karena Wulan
83 Menginap
84 Malam minggu
85 Dua kamar
86 Menentukan aliran musik
87 Mencari Stan
88 Putaran ke dua
89 Hasil Gacha Tamrin
90 Pengumuman dari Ketua OSIS
91 Seolah runtuh
92 Tameng gadis buruk rupa
93 Memadamkan api cemburu
94 Ketertarikan
95 Nama Band
96 Seharusnya
97 Api membesar
98 Rencana jahat
99 Di balik wajah datar
100 Kondisi motor
101 Mendatangi Bengkel
102 Perbincangan Ayah dan anak
103 Kunjungan pertama Sang Ayah
104 Melihat perkembangan
105 Cara alternatif ke Sekolah
106 Kena Rajia
107 Bertemu masa lalu
108 Khawatir
109 Luka tersembunyi
110 Elusan kepala
111 Sayur tahu bening
112 Pengalaman buruk di dalam Bus
113 Terlambat masuk kelas
114 Luka dan harga diri
Episodes

Updated 114 Episodes

1
Awal Kisah
2
Jarum Putar
3
Pertemuan
4
Terlambat
5
Perkenalan
6
Empat Serangkai
7
Wulan Dan Tiara
8
Kandidat
9
Paket Tiara
10
Upacara Bendera
11
Ketua Kelas
12
Salah Tingkah
13
Saran Minta Maaf
14
Mencari Ekstrakurikuler
15
Alunan Pemikat
16
Saingan Mendekat
17
Rasa Yang Bergejolak
18
Memulai Sumpah Ikatan
19
Masakan Tiara
20
Menguping
21
Rapat Kelas
22
Trauma Yang Kembali
23
Pisah Ranjang
24
Melepas Belenggu
25
Ruang Musik
26
Ekskul Band
27
Irama Merdu
28
Sepulang Ekskul
29
Alasan Memanggil Suami
30
Petir
31
Uang Bekal
32
Sebagai balas Budi
33
Rahasia Love Garner
34
Mulainya Ajang Pembuktian
35
Kencan
36
Pemberian Alex
37
Bengkel Rahmat
38
Rahasia Kekuatan Wulan
39
Foto Menarik
40
Perbincangan
41
Balas menggoda
42
Status
43
Hal yang harus dipikirkan
44
Satu Meja
45
Pekerjaan Ayah
46
Nasehat dan tujuan
47
Hujan
48
Menghilangnya keraguan
49
Mager
50
Berlatih Sepak Bola
51
Handphone baru
52
Pamer kepada sahabat
53
Gol pertama
54
Mengalah dengan sengaja
55
Surat Cinta dan Brosur
56
Bendera perang
57
Dilatih oleh dua gadis
58
Hati wanita dan kepercayaan
59
10 IPS F vs 10 IPA A
60
Akhir pertandingan
61
Mengejutkan seseorang #Season 2
62
Mengungkap jati diri
63
Dibuntuti
64
Makan bersama
65
Toilet Intimidasi
66
Parfum Kayangan
67
Penglihatan Wulan
68
Bullying
69
Planning selanjutnya
70
Alasan menulis
71
Ilustrasi
72
Pekerjaan rumah
73
Impian Ilham
74
Jemputan
75
Ramalan peti harta
76
Drama kecil gerbang sekolah
77
Hal biasa di tongkrongan
78
Susu madu
79
Mendekati Nanda
80
Terciduk +
81
Kasur goyang +
82
Karena Wulan
83
Menginap
84
Malam minggu
85
Dua kamar
86
Menentukan aliran musik
87
Mencari Stan
88
Putaran ke dua
89
Hasil Gacha Tamrin
90
Pengumuman dari Ketua OSIS
91
Seolah runtuh
92
Tameng gadis buruk rupa
93
Memadamkan api cemburu
94
Ketertarikan
95
Nama Band
96
Seharusnya
97
Api membesar
98
Rencana jahat
99
Di balik wajah datar
100
Kondisi motor
101
Mendatangi Bengkel
102
Perbincangan Ayah dan anak
103
Kunjungan pertama Sang Ayah
104
Melihat perkembangan
105
Cara alternatif ke Sekolah
106
Kena Rajia
107
Bertemu masa lalu
108
Khawatir
109
Luka tersembunyi
110
Elusan kepala
111
Sayur tahu bening
112
Pengalaman buruk di dalam Bus
113
Terlambat masuk kelas
114
Luka dan harga diri

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!