Terlambat

Alexander berlari menjauhi taman lalu menerobos kerumunan. Alex sangat ketakutan, mengingat kisah horor sempat dia baca semalam. Nafasnya ngos-ngosan, tubuhnya berkeringat seiring berlari.

"Setan! Setan!" teriak Alex membuat dirinya menjadi pusat perhatian.

Orang-orang melirik ke depan, namun tidak melihat apapun selain melihatnya berlari. Kemudian, dia memutuskan untuk mencari stan milik wanita yang mengaku sebagai Dewi. Sayangnya stan itu tidak ada. Alex berlari menuju Kawasan Parkir.

Sesampainya di tempat parkir, dia menaiki motornya lalu melaju meninggalkan Taman Hiburan.

Malam telah tiba, terlihat cahaya bulan dan bintang bersinar di atas langit malam. Sepasang roda menyentuh aspal, melaju bersama para pengendara pada tujuan masing-masing. Buruh pabrik, pengamen dan pengemis menjadi pemandangan tak asing di Ibukota. Lampu merah menyala, Alex beserta para pengendara lain menunggu lampu hijau.

Asap kendaraan, bercampur dengan hembusan angin malam. Alexander melihat, lima musisi jalanan memainkan alat musik.

Alunan gitar berkolaborasi dengan angklung, kendang, suling bambu dan biola menciptakan irama musik yang indah.

Dua orang lelaki, berjalan membawa sebuah ember kecil sembari meminta harga kepada para pengguna jalan. Satu persatu, para pengendara memasukkan selembar dua ribu.

Ada juga, seorang pemuda memasukkan selembar sepuluh ribu ke dalam ember. Lampu hijau menyala, para pengendara mulai melaju meninggalkan Kawasan Lampu Merah.

Sesampainya di rumah, Alex membaringkan tubuhnya di atas kasur. Kedua matanya memandang langit-langit kamar. Sosok gadis berambut pirang, melintas di dalam pikirannya. Sepasang mata ungu, kulitnya yang putih bercahaya seperti salju serta senyuman manisnya membuat Alexander tersenyum tanpa sadar.

Dia teringat, saat dirinya begitu ketakutan akibar teringat cerita horor Alex baca di internet. Kedua kakinya yang nampak menyentuh tanah. Berat tubuhnya begitu terasa, membuat Alex terdiam termenung.

Alexander memandang langit-langit kamar, "Jangan-jangan, dia bidadari sungguhan? Tidak mungkin. Tapi bagaimana jika dia bidadari sungguhan?! Sendirian di taman dan tidak tau arah. Bagaimana jika ada orang jahat yang mengganggunya?! Ah, paling dia bertemu lelaki tampan menjabat sebagai CEO atau mungkin lelaki tampan turunan mafia seperti di dalam novel. Apalah dayaku seorang siswa SMA sekaligus anak rumahan," ujarnya dengan nada menyesal lalu membalikkan tubuhnya.

Perlahan, kedua matanya mulai tertutup lalu dia pun tertidur pulas. Keesokan harinya, alarm ponsel nyaring terdengar. Alexander terbangun dari tidurnya. Alexander berjalan masuk ke dalam kamar mandi dengan selembar handuk hijau. Guyuran air pagi, membuat tubuh Alex terasa segar. Namun setiap tetesnya, membuat dirinya teringat masa lalu. Dulu semasa sekolah dasar, Alexander menonton pertandingan sepak bola teman sekelasnya.

Waktu itu, hujan turun dengan derasnya namun Alex tetap menonton pinggir lapangan sambil menikmati tetesan air hujan.

Bola sepak datang mendekat, seluruh pemain memanggilnya.

"Alex, lempar bolanya ke mari!" perintah mereka semua.

"Iya!"

Alex kecil melempar bola setinggi mungkin menuju tengah lapangan. Selanjutnya, bola sepak terus berdatangan. Dia terus mengambil dan melemparnya kembali lalu suatu ketika Alex diajak oleh teman-temannya untuk bermain.

Dia mendapatkan peran sebagai posisi bek. Permainan pun di mulai, seluruh pemain tampak bersemangat meraih kemenangan. Babak pertama tim biru, tempat Alex bermain mendapatkan skor dua. Begitu juga dengan tim merah dari kelas lawan mendapatkan skor yang sama.

Hujan semakin lebat, skor pertandingan hingga menit terakhir belum berubah. Dua striker hebat datang mendekat, satu persatu pemain berhasil di lewati. Kini, tinggal Alexander seorang menghadapi mereka berdua. Duel memperebutkan bola tidak terhindarkan. Alexander berhasil merebutnya, dia mengangkat kakinya lalu mengoper ke belakang.

Tidak di sangka, ketika kiper sedang berlari menerima bola kiper itu malah tergelincir. Akibatnya, bola itu masuk ke dalam gawang dan terjadilah gol bunuh diri.

"Dasar bodoh kamu Alex!" hardik Kapten Tim.

"Harusnya kamu tendang saja ke depan, bodoh!" sambung pemain lain dengan penuh emosi.

"Sudah tau posisi kiper tidak tepat. Kamu malah oper ke belakang!"

"Habis sudah uang kita!"

Seluruh pemain menyalahkannya sedangkan kiper hanya terdiam seolah tidak tau apapun. Andai saja kiper tidak tergelincir, mungkin bola berhasil ditangkap dan Alex tidak disalahkan. Pertandingan selanjutnya, Alexander kecil masih diperbolehkan untuk ikut bermain. Suasana waktu itu sedang hujan, pertandingan melawan anak-anak dari sekolah lain berlangsung sengit. Dia mendapat posisi bek di tengah.

Lawan begitu tangguh, membuat para pemain kewalahan untuk bertahan. Salah satu striker datang mendekat. Alex berlari untuk menghadang lawan agar tidak menembus pertahanan.

"Alex tendang ke belakang!" ucap striker lawan.

Alexander kecil sedang kelelahan dan tidak fokus dengan lugunya menendang ke belakang. Sekali lagi di pertandingan ke dua, Alexander telah melakukan tendangan bunuh diri. Semenjak saat itu, Alexander dibenci dan menjadi bahan bullying oleh teman satu angkatan.

Selesai mandi, Alexander mulai berkemas menuju sekolah. Baju putih dan celana biru telah dia kenakan. Sepasang kaos kaki putih hitam, tas kardus dan name tag bertuliskan nama sudah dia kenakan. Topi terbuat dari bola plastik, membuat Alexander terlihat konyol ketika bercermin. Kemudian dia mengenakan sepatu putih dan sebelahnya berwarna hitam. Pihak panitia, meminta para peserta berpakaian aneh layaknya orang gila. Motor Kawasaki W800 hitam telah Alex keluarkan dari dalam rumah.

Dia menaiki motor tersebut lalu melaju meninggalkan rumah. Sepasang roda menyentuh aspal lalu melaju di atasnya menuju tujuan. Perlahan arus lalulintas mulai padat, banyak mobil truk dan kendaraan roda empat memperlambat arus lalulintas. Beberapa pengendara motor tidak sabar, menambah parahnya situasi lalulintas. Apalagi di depan, terjadi kecelakaan dan perbaikan jalan membuat arus lalulintas berjalan merayap.

Alexander, melirik arah jam tangan terpasang pada lengan kirinya. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Tiga puluh menit lagi, upacara pembukaan MOS (Masa Orientasi Siswa) dimulai. Motor Kawasaki W800 yang dikendarainya, sebisa mungkin menyalip diantara sela hingga sampai tujuan. Setelah perjuangan begitu panjang, akhirnya Alexander tiba di parkiran berada seberang jalan sekolah. Suasana parkiran terlihat penuh dengan motor.

Tidak ada satu peserta pun yang terlihat.

Dia melirik ke arah jam tangan, betapa terkejutnya Alex saat melihat waktu sudah menunjukkan pukul delapan pagi. Suasana macet akibat kecelakaan dan perbaikan jalan, membuat Alexander terlambat. Mau tidak mau, dia harus pergi dan siap menerima hukuman.

Seorang peserta MOS turun dari motor Vespa berwarna merah. Dia melihat Alex sedang berjalan seorang diri, "Hei, elu!"

"Iya?" menoleh ke belakang.

"Kita pergi bareng," ajak lelaki itu.

Mereka berdua, berjalan menyebrangi jalan lalu berdiri di depan gerbang sekolah. Sepuluh anggota OSIS dan seorang guru, berdiri memandang mereka berdua. Alexander dan lelaki itu hanya terdiam pasrah.

"Bagus-bagus, upacara pembukaan malah datang terlambat. Ayo masuk!" perintah Sang Guru bernama Pak Dirman.

Mereka berdua masuk dikawal oleh sepuluh anggota OSIS. Setiap langkah kakinya, dia merasa seperti seorang tahanan telah melakukan kejahatan besar. Sedangkan lelaki itu, terlihat santai seperti tidak terjadi apapun.

Lelaki itu mengulurkan tangannya, "Bro kenalin, gue Husni Tamrin. Panggil saja gue, Tamrin." bisiknya berkenalan.

Dia pun berjabat tangan,"Alex, salam kenal.

"Kenapa terlambat, bro?"

"Di jalan ada kecelakaan dan perbaikan jalan. Jadi arus lalulintas padat," jawab Alexander kepada teman barunya. "Kalau elu?"

Tamrin pun tertawa lalu ia berkata, "Gue kesiangan,"

"Alasan yang bagus kalian berdua. Siapkan mental kalian untuk tampil di tengah lapangan," sambung Pak Dirman kepada mereka berdua.

Mereka berdua, berdiri samping lapangan basket. Para peserta, berbaris rapih dengan baju putih biru.

Terlihat perwakilan peserta, telah menerima sebuah mendali terbuat dari kardus dan plastik sebagai simbol dimulainya masa orientasi siswa. Kedua perwakilan, berjalan kembali masuk ke dalam barisan masing-masing.

"Selamat pagi!" seru Pak Dirman.

"Pagi!"

"Hari ini, kita memiliki dua peserta datang terlambat. Kalian berdua silahkan maju," perintahnya membuat seluruh peserta dan anggota OSIS menoleh pada mereka berdua.

Jantung Alex berdegup kencang, setiap langkah kakinya membuat dirinya semakin gugup. Sorot mata para peserta, membuat Alex merasa seperti seorang badut.

Kedua tangannya gemetar dan dia mulai berkeringat dingin. Para peserta dan pihak sekolah, memberikan tepuk tangan yang meriah pada mereka berdua.

"Kalian berdua, silahkan perkenalkan diri. Di mulai dari kamu," ujar Pak Dirman lalu memberikan mic kepada Alex.

"Alexander Wirawan," kata Alex lalu memberikan mic pada temannya.

"Tamrin Husni."

"Para peserta, hukuman apa yang ingin kalian berikan kepada mereka berdua?" tanya Pak Dirman kepada seluruh peserta.

Berbagai macam saran hukuman, telah para peserta sampaikan kepada Pak Dirman. Alex semakin gugup, kepalanya terasa pening dan berkeringat dingin.

Kedua tangannya gemetar, sorot matanya melirik kesana-kemari membuatnya terlihat sangat grogi. Setelah perundingan begitu panjang, akhirnya mereka berdua diminta untuk menyanyikan lagu kebangsaan.

Kemudian mereka berdua, menyanyi lagu berjudul potong bebek angsa sambil menari seperti seekor bebek. Mereka berdua, tidak diizinkan kembali ke barisan sebelum melakukannya dengan kompak. Mau tidak mau, mereka berdua langsung melakukannya dihadapan semua orang.

Para peserta termasuk guru, menertawakan tingkah konyol mereka berdua. Selesai hukuman mereka berdua, masuk ke dalam barisan yang sama yaitu ruang dua empat.

Terpopuler

Comments

Liu Zhi

Liu Zhi

Mengingatkan ku dengan nama pusat pembelanjaan hehe

2023-04-17

0

Mayy

Mayy

saran buat ke depannya, Kak.
(di) sebagai kata depan dan kata imbuhan itu memiliki dua penempatan yang berbeda.

"... di mulai dari kamu dulu." Ini salah, kak. "... dimulai dari kamu dulu." Nah, itu bener! Cuma itu sih, so far so good! Guwee suka gaya Alexander!

2022-12-27

3

Mayy

Mayy

good kak

2022-12-27

1

lihat semua
Episodes
1 Awal Kisah
2 Jarum Putar
3 Pertemuan
4 Terlambat
5 Perkenalan
6 Empat Serangkai
7 Wulan Dan Tiara
8 Kandidat
9 Paket Tiara
10 Upacara Bendera
11 Ketua Kelas
12 Salah Tingkah
13 Saran Minta Maaf
14 Mencari Ekstrakurikuler
15 Alunan Pemikat
16 Saingan Mendekat
17 Rasa Yang Bergejolak
18 Memulai Sumpah Ikatan
19 Masakan Tiara
20 Menguping
21 Rapat Kelas
22 Trauma Yang Kembali
23 Pisah Ranjang
24 Melepas Belenggu
25 Ruang Musik
26 Ekskul Band
27 Irama Merdu
28 Sepulang Ekskul
29 Alasan Memanggil Suami
30 Petir
31 Uang Bekal
32 Sebagai balas Budi
33 Rahasia Love Garner
34 Mulainya Ajang Pembuktian
35 Kencan
36 Pemberian Alex
37 Bengkel Rahmat
38 Rahasia Kekuatan Wulan
39 Foto Menarik
40 Perbincangan
41 Balas menggoda
42 Status
43 Hal yang harus dipikirkan
44 Satu Meja
45 Pekerjaan Ayah
46 Nasehat dan tujuan
47 Hujan
48 Menghilangnya keraguan
49 Mager
50 Berlatih Sepak Bola
51 Handphone baru
52 Pamer kepada sahabat
53 Gol pertama
54 Mengalah dengan sengaja
55 Surat Cinta dan Brosur
56 Bendera perang
57 Dilatih oleh dua gadis
58 Hati wanita dan kepercayaan
59 10 IPS F vs 10 IPA A
60 Akhir pertandingan
61 Mengejutkan seseorang #Season 2
62 Mengungkap jati diri
63 Dibuntuti
64 Makan bersama
65 Toilet Intimidasi
66 Parfum Kayangan
67 Penglihatan Wulan
68 Bullying
69 Planning selanjutnya
70 Alasan menulis
71 Ilustrasi
72 Pekerjaan rumah
73 Impian Ilham
74 Jemputan
75 Ramalan peti harta
76 Drama kecil gerbang sekolah
77 Hal biasa di tongkrongan
78 Susu madu
79 Mendekati Nanda
80 Terciduk +
81 Kasur goyang +
82 Karena Wulan
83 Menginap
84 Malam minggu
85 Dua kamar
86 Menentukan aliran musik
87 Mencari Stan
88 Putaran ke dua
89 Hasil Gacha Tamrin
90 Pengumuman dari Ketua OSIS
91 Seolah runtuh
92 Tameng gadis buruk rupa
93 Memadamkan api cemburu
94 Ketertarikan
95 Nama Band
96 Seharusnya
97 Api membesar
98 Rencana jahat
99 Di balik wajah datar
100 Kondisi motor
101 Mendatangi Bengkel
102 Perbincangan Ayah dan anak
103 Kunjungan pertama Sang Ayah
104 Melihat perkembangan
105 Cara alternatif ke Sekolah
106 Kena Rajia
107 Bertemu masa lalu
108 Khawatir
109 Luka tersembunyi
110 Elusan kepala
111 Sayur tahu bening
112 Pengalaman buruk di dalam Bus
113 Terlambat masuk kelas
114 Luka dan harga diri
Episodes

Updated 114 Episodes

1
Awal Kisah
2
Jarum Putar
3
Pertemuan
4
Terlambat
5
Perkenalan
6
Empat Serangkai
7
Wulan Dan Tiara
8
Kandidat
9
Paket Tiara
10
Upacara Bendera
11
Ketua Kelas
12
Salah Tingkah
13
Saran Minta Maaf
14
Mencari Ekstrakurikuler
15
Alunan Pemikat
16
Saingan Mendekat
17
Rasa Yang Bergejolak
18
Memulai Sumpah Ikatan
19
Masakan Tiara
20
Menguping
21
Rapat Kelas
22
Trauma Yang Kembali
23
Pisah Ranjang
24
Melepas Belenggu
25
Ruang Musik
26
Ekskul Band
27
Irama Merdu
28
Sepulang Ekskul
29
Alasan Memanggil Suami
30
Petir
31
Uang Bekal
32
Sebagai balas Budi
33
Rahasia Love Garner
34
Mulainya Ajang Pembuktian
35
Kencan
36
Pemberian Alex
37
Bengkel Rahmat
38
Rahasia Kekuatan Wulan
39
Foto Menarik
40
Perbincangan
41
Balas menggoda
42
Status
43
Hal yang harus dipikirkan
44
Satu Meja
45
Pekerjaan Ayah
46
Nasehat dan tujuan
47
Hujan
48
Menghilangnya keraguan
49
Mager
50
Berlatih Sepak Bola
51
Handphone baru
52
Pamer kepada sahabat
53
Gol pertama
54
Mengalah dengan sengaja
55
Surat Cinta dan Brosur
56
Bendera perang
57
Dilatih oleh dua gadis
58
Hati wanita dan kepercayaan
59
10 IPS F vs 10 IPA A
60
Akhir pertandingan
61
Mengejutkan seseorang #Season 2
62
Mengungkap jati diri
63
Dibuntuti
64
Makan bersama
65
Toilet Intimidasi
66
Parfum Kayangan
67
Penglihatan Wulan
68
Bullying
69
Planning selanjutnya
70
Alasan menulis
71
Ilustrasi
72
Pekerjaan rumah
73
Impian Ilham
74
Jemputan
75
Ramalan peti harta
76
Drama kecil gerbang sekolah
77
Hal biasa di tongkrongan
78
Susu madu
79
Mendekati Nanda
80
Terciduk +
81
Kasur goyang +
82
Karena Wulan
83
Menginap
84
Malam minggu
85
Dua kamar
86
Menentukan aliran musik
87
Mencari Stan
88
Putaran ke dua
89
Hasil Gacha Tamrin
90
Pengumuman dari Ketua OSIS
91
Seolah runtuh
92
Tameng gadis buruk rupa
93
Memadamkan api cemburu
94
Ketertarikan
95
Nama Band
96
Seharusnya
97
Api membesar
98
Rencana jahat
99
Di balik wajah datar
100
Kondisi motor
101
Mendatangi Bengkel
102
Perbincangan Ayah dan anak
103
Kunjungan pertama Sang Ayah
104
Melihat perkembangan
105
Cara alternatif ke Sekolah
106
Kena Rajia
107
Bertemu masa lalu
108
Khawatir
109
Luka tersembunyi
110
Elusan kepala
111
Sayur tahu bening
112
Pengalaman buruk di dalam Bus
113
Terlambat masuk kelas
114
Luka dan harga diri

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!