Wulan dan Tamrin saling berpandangan dengan wajah datar. Gadis itu menjentikkan jarinya, Tamrin pun langsung berdiri mendekati Alex. Dia memegang pundaknya lalu membalikkan tubuh Alex menuju pintu kelas. Kemudian, Wulan berdiri di samping Alex lalu berjalan layaknya petugas sipir tahanan.
"Apa-apaan ini?!" tanya Alex.
"Sudahlah, Bos diam saja," kata Tamrin.
"Kami gak mau tau, pokoknya Bos harus minta maaf sama Tiara," sambung Wulan sambil menatapnya dengan sorot mata yang tajam membuat Alexander merinding.
Bel telah berbunyi, Tiara dan Hana baru saja tiba di kelas. Mereka melihat Alexander, diperlakukan layaknya tahanan oleh Wulan dan Tamrin. Tiara merasa bersalah tidak datang lebih cepat. Andaikan ia datang lebih cepat, mungkin dia masih sempat menikmati seteguk teh botol bersama teman-teman.
Setidaknya dia sempat memberikannya kepada mereka bertiga. Satu jam telah berlalu, kegiatan belajar telah selesai. Waktu sudah menunjukkan pukul tengah hari, seluruh siswa keluar dari kelas. Mereka semua, berlarian keluar bagaikan seekor macan di padang rumput hijau berbeda ketika berangkat ke sekolah terlihat seperti kura-kura yang menanggung beban hidup.
Tiara dan Wulan, berjalan menelusuri lorong lalu mereka melihat Alexander berjalan di belakang mereka. Ketika Tiara melihat ke arahnya, Alexander memalingkan wajah seolah tidak mengenal.
"Sepertinya, Bos mau minta maaf sama kamu," kata Wulan.
"Benarkah? Kelihatannya Alex tidak begitu," balas Tiara.
"Kalau begitu, coba saja kamu duduk di bangku lorong. Aku akan mengawasimu dari kejauhan," saran Wulan kepada temannya Tiara.
Tiara duduk pada sebuah bangku lorong, sedangkan Wulan mengawasinya dari kejauhan untuk melihat apa yang akan dilakukan oleh Alex. Wulan melihat wajah Alex merah padam, dia menundukkan pandangan sambil berjalan seolah tidak melihat Tiara.
"Aduh, dasar bodoh," gumam Wulan melihat tingkah Alex.
Alexander berjalan seorang diri, menelusuri lorong sekolah lalu dia berbelok ke kanan. Padahal, parkiran sekolah berada di seberang jalan. Tiara berranjak dari tempat duduknya lalu menghampiri Wulan sedang memperhatikan Alex.
"Kemana Alex?" tanya Tiara.
"Entahlah, mau kita ikuti?"
"Yuk!" balas Tiara begitu bersemangat.
Mereka berdua mulai mengikuti Alex secara diam-diam. Sementara itu, sepanjang lorong sekolah Alexander berjalan seorang diri. Beberapa siswa, berlalu-lalang melintasi dirinya. Beberapa anggota ekskul basket, terlihat sedang bermain di lapangan dengan seragamnya.
Angin berhembus sepoi-sepoi, sinar matahari terlihat cukup menyilaukan dan suhu panas mulai terasa walau dirinya tidak berdiri di tengah lapangan. Meskipun begitu, beberapa siswa terus bermain tanpa takut terkena sinar matahari.
Dia teringat saat dirinya berhadapan langsung dengan Tiara. Rencana dia ingin sekali meminta maaf, namun mulutnya seketika sulit untuk dibuka. Selain itu, kepalanya terasa pusing dan bingung dengan apa yang harus ia katakan.
Rasanya, dia seperti berhadapan dengan orang penting. Tidak hanya itu, kecantikan Tiara membuat Alexander salah tingkah. Bahkan dirinya merasa konyol ketika berhadapan dengannya.
"Sial! Susahnya minta maaf," gerutunya di dalam hati.
Alex duduk pada bangku, terbuat dari semen dan ubin yang terhubung pada tiang bangunan depan kelas. Dia mengambil teh botol berada di dalam tasnya. Botol itu mebuatnya teringat wajah Tiara yang cemberut.
"Kalau dipikir-pikir, Tiara lucu juga kalau lagi cemberut," gumamnya sambil memandang teh botol di tangannya.
Suhu panas mulai ia rasakan, dia mulai meminum seluruh isi botol hingga habis. Alex teringat kenangan masa lalu begitu kelam. Kemudian dia memandang apa yang ada di sekitarnya. Dia ingin, kenangan pahit di masa lalu ia kubur dalam-dalam.
Kehidupan masa sekolah kali ini, dia ingin mencari kebahagiaan dan jati diri. Kemudian dia teringat kegiatan promosi ekskul yang ada di sekolah ini. Alexander mengeluarkan buku kecil miliknya.
Pada lembar ketiga tertulis, mengikuti kegiatan ekstra kulikuler merupakan langkah awal menjalani kehidupan masa SMA. Membaca kutipan tersebut, membuat Alexander teringat masa SMP. Selama tiga tahun, dia tidak pernah mengikuti satu pun kegiatan ekstra kulikuler.
Setelah kegiatan belajar selesai, dia langsung pulang ke rumah dan mengurung diri di dalam kamar. Mengingat hal itu, membuat Alexander bertekat untuk tidak mengulanginya.
"Sial, mau tidak mau harus gabung salah satu ekskul," gerutunya.
Kemudian, dia beranjak dari tempat duduknya lalu berjalan mencari informasi lokasi ruang kegiatan ekstrakulikuler. Dia melihat sebuah papan pengumuman berada tepat samping ruang UKS (Unit Kesehatan Sekolah). Alexander melihat beragam lokasi ruang kegiatan ekstrakulikuler.
"Hallo kak," sapa seorang siswi mengenakan syal kuning.
"Iya?"
"Kakak, mau daftar anggota PMR (Palang Merah Remaja)?"
"Maaf kak, saya cuman lihat papan pengumuman," jawabnya lalu dia permisi dan pergi begitu saja.
Alexander melanjutkan perjalanannya melihat-lihat ruang ekstrakulikuler. Siapa tau, dia tertarik pada salah satu ekskul yang ada di sekolah ini. Pertama, dia mengunjungi ruang ekstrakulikuler berada tidak jauh dari lapangan basket.
Dia melihat, banyak sekali anggota basket duduk berselonjor di depan ruangan. Tubuh mereka berkeringat, nafas mereka ngos-ngosan karena habis berlatih. Para anggota basket, mulai memperhatikan Alex sejak tadi terdiam melihat mereka.
Semakin lama ditatap Alex semakin gufup. Dia mulai bekeringat dingin, kepalanya terasa pening dan berkeringat dingin. Padahal para anggota basket, biasa saja melihat Alexander tanpa adanya intimidasi.
"Skip terlalu ramai," ujarnya lalu meneruskan perjalanannya.
"Kenapa itu?" tanya seorang anggota tim basket kepada temannya.
"Gak tau, mungkin dia lelah," jawab temannya.
Lima menit kemudian, Wulan dan Tiara mulai melintas. Seluruh anggota tim basket, melirik kepada Tiara tanpa berkedip. Kecantikannya membuat mereka semua terpikat.
"Tiara!" panggil seorang siswi di dalam ruang ekskul basket.
Mereka berdua melirik, rupanya orang memanggilnya adalah Hana. Kemudian, mereka berdua berjalan mendekatinya seang berdiri di depan ruangan.
"Eh, Hana. Sejak kapan kamu gabung ekskul basket?" tanya Wulan.
"Baru selesai daftar, kalian berdua mau daftar juga?"
"Tidak Hana, kami berdua sekedar melihat-lihat," jawab Tiara.
Seorang anggota tim basket datang mendekati mereka bertiga. Siswa itu memiliki postuhtubuh tinggi, kulitnya yang putih dan rambut textured crop hitam. Dia tersenyum ramah kepada mereka bertiga.
"Hallo, selamat siang. Perkenan nama saya, Fahmi. Saya adalah ketua sekaligus Kapten di Tim Basket ini. Hana, mereka berdua ini temanmu?"
"Iya Kak, kami satu kelas."
"Bagus kalau begitu, kalian berdua mau gabung di Tim Basket kami?" tawar Fahmi kepada mereka berdua.
"Tim Basket? Bukannya Tim Basket harus anggota laki-laki?" tanya Tiara.
"Tidak juga, Tim Basket sekolah ini ada dua kategori yaitu putra dan putri. Selain Tim Basket, ekskul ini ada juga Tim Cheerleader. Kakak lihat, kamu kelihatannya cocok masuk ke dalam tim cheerleader."
"Ha.ha.ha, kakak bisa saja," balas Tiara kepada Sang Ketua Tim Basket.
"Kakak serius, mending kamu dan temanmu gabung ekskul basket. Anggota Tim Basket di sini solid dan kompak pasti kalian berdua betah," bujuk Sang Kapten kepada mereka berdua.
"Iya, mending kalian gabung. Sekalian temenin aku di sini," sambung Hana membujuk mereka berdua.
"Nanti kami pikirkan, sekarang kami pergi dulu. Kebetulan kami ada janji dengan seseorang," kata Wulan kepada Fahmi dan Hana.
"Iya, benar. Kami ada janji," sambung Tiara meyakinkan.
"Ya, sudah. Kalau kalian ingin gabung, ruangan kami selalu terbuka untuk kalian," balas Fahmi.
"Iya, kak," timbal kompak Wulan dan Tiara.
Wulan dan Tiara pamit kepada mereka berdua. Merka berdua mulai berjalan menjauhi ruang ekskul basket. Sekilas Tiara melihat, para anggota ekskul basket mulai mengerumuni Hana. Dia tidak tau apa yang mereka bicarakan. Namun yang pasti, saat ini dia harus menyusul Alex sebelum ia semakin menjauh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
🫧Alinna 🫧
Semangat terus thor
2022-11-06
1
Mampir
2022-10-28
4