Alexander dan Tiara resmi menjadi Ketua dan Wakil Ketua Kelas. Mereka berdua disuruh berpidato oleh Pak Dirman secara singkat. Sambil berjalan ke depan, Tiara terus memandang Alex dengan penuh pesona. Jantungnya berdegup karena terpikat oleh ketampanan Alex. Bagi Tiara, Alexander adalah sosok lelaki paling tampan dibandingkan para penghuni Kayangan.
"Suamiku. Oh, Dewi. Terima kasih, telah mempertemukan dengannya," gumamnya berkali-kali dalam hati.
Mereka berdua berdiri menghadap teman-teman di kelas. Tiara tersenyum menyembunyikan rasa gugup. Dia menoleh kepada Alexander terlihat sangat gugup.
Kedua tangannya gemetar, kepalanya sedikit menunduk dan sorot matanya bergerak tidak stabil. Dia ingin sekali menggandeng tangannya. Tapi, melihat situasi begitu canggung membuat Tiara mengurungkan niatnya.
"Alex, kenapa wajahmu merah dan berkeringat begitu?" tanya Pak Dirman.
"Panas Pak," jawab Alex sembari tertunduk.
"Panas? Enggak, di sini dingin. Kamu lihat, pendingin ruangannya masih menyala," timbal Pak Dirman.
Tekanan hebat Alexander rasakan, membuat dirinya ingin pulang ke rumah saat itu juga. Beliau meminta Alex untuk memperkenalkan diri kepada seluruh teman di kelas.
"Alexander, mohon kerja samanya," ujarnya singkat memperkenalkan diri.
"Sekarang, kamu kenalan juga sama Wakilmu," pinta Pak Dirman kepada Alexander.
Perlahan, Alexander melirik ke arahnya. Mereka saling berpandangan, raut wajah mereka tersipu malu dan jantung berdegup kencang ketika memandang satu sama lain dengan penuh pesona.
"Aku butuh bukuku, sekarang," gumamnya di dalam hati.
Tanpa sadar, mereka berhenti berjabat tangan. Kedua tangan mereka, enggan melepas genggamannya satu sama lain. Seketika waktu terhenti, mereka berdua seketika berada di sebuah dimensi yang sunyi. Di dalam dimensi, tidak ada apapun selain mereka berdua. Mereka berdua berpijak di atas pijakan datar berwarna putih.
Alexander merasa, ada sebuah energi misterius terhubung dengannya. Begitu juga yang dirasakan oleh Tiara sejak tadi memandangnya tiada henti. Dia tidak sanggup, menahan rasa bahagia begitu bergejolaknya walau mengenalnya tidak begitu lama.
Bagi Tiara, tiga hari sama saja dengan tiga puluh tahun. Begitu juga dengan Alex diam membisu menahan malu.
"Ciee! Ciee!"
Sorakan penghuni kelas, membuat mereka berdua spontan memalingkan wajah sembari tersipu. Kini, giliran Tiara untuk memperkenalkan diri.
"Selamat pagi semuanya," sapa Tiara pada seluruh penghuni kelas.
"Pagi Tiara," balas kompak para siswa di kelas.
"Tiara Lestari, mohon kerja samanya."
"Silahkan, jika ada yang ingin kalian tanyakan kepada mereka berdua," ujar Pak Dirman memberi kesempatan pada siswa di kelas untuk bertanya.
Salah satu siswa pun bertanya, "Tiara, sudah punya pacar?" tanya siswa itu dengan suara lantang.
Di dalam hati Alexander pun menanggapi, "Berani sekali.."
Tiara pun tersenyum manis lalu menoleh kepada Alex lalu berkata, "Sudah belum, ya?"
Seluruh kelas pun bersorak riang, membuat Alex semakin salah tingkah.
Raut wajah Alexander pun merah padam, ia pun membalas, "Mana aku tau!"
Tidak berselang lama, seorang siswi bernama Nanda pun bertanya, "Tiara, kamu tinggal di mana?"
Tiara pun kebingungan. Dia tidak tau, alamat tempat ia tinggal. Kemudian Alexander pun perlahan mendekat lalu ia pun berbisik.
"Perumahan Bunga Indah," bisik Alex kepada Tiara.
"Eh?" timpalnya kepada Alex dengan suara perlahan.
Dia menganggukkan kepala sembari tersenyum kepadanya. Akhirnya, Tiara bisa menjawabnya tanpa ragu. Alexander teringat pertemuannya dengan seorang wanita yang mengaku sebagai Dewi Cinta. Dia teringat oleh permainan jarum putar ketika berada stan Karnaval.
Wanita itu memberi selamat, ketika jarum itu menunjuk pada sosok bidadari. Dia mendapat buku nikah dan berjalan menemui seorang gadis, sesuai arahan dari wanita tersebut. Alexander sempat membaca, tentang kisah bidadari memiliki kecantikan satu tingkat di bawah Dewi Athena.
Ketika pertama kali dia bertemu dengannya, wujud gadis itu begitu bercahaya. Cahaya tidak begitu terang, namun memilik pesona bagaikan bintang di malam hari. Awalnya dia mengira, bahwa Tiara merupakan selebriti yang terlibat dalam program acara prank.
Tetapi, ketika mencari sosoknya dalam situs sosial media tidak ada satu pun foto dan akun tentangnya. Kemudian, pertemuannya dengan Tiara di lingkungan sekolah membuatnya percaya bahwa dia memang bidadari sungguhan.
Selesai sesi tanya jawab, Pak Dirman membentuk bendahara dan seksi di kelas.
Wulan ditunjuk sebagai Bendahara, Fajar seksi keamanan, Nanda seksi kebersihan, Tamrin ditunjuk sebagai sekertaris, terakhir Winda gadis berambut kuncir kuda ditunjuk sebagai Seksi Kesenian dan keindahan.
Setelah pembentukan struktur organisasi kelas, pelajaran pertama di mulai. Pak Dirman, mulai mengajar materi pelajaran Bahasa Indonesia. Seluruh siswa, mengeluarkan buku catatan dan mencatat.
Mereka semua, mulai menyimak materi yang sedang disampaikan oleh Pak Dirman. Di hari pertama, Tamrin langsung menjalankan tugasnya sebagai sekertaris. Mau tidak mau, dia harus menunjukkan tulisan sansekerta kepada penghuni kelas.
"Tulisanmu bagus sekali Tamrin," ledek Pak Dirman terhadap tulisannya.
"Terima kasih, pak. Maklum, saya pernah terlibat langsung dalam pembangunan Candi," balasnya kepada Pak Dirman.
Semua tertawa, mendengar jawaban Tamrin begitu santai kepada Pak Dirman. Seketika, suasana kelas yang sunyi kembali ramai. Selesai mencatat di papan tulis, Tamrin kembali ke tempat duduknya lalu mulai mencatat pada buku catatannya sendiri. Dia melihat buku catatan milik Alex begitu rapih.
"Kenapa bukan elu saja yang jadi sekertaris?"
"Elu ngeledek ya?" kata Alexander balik bertanya.
"Enggak Bos, justru gue muji."
"Sudahlah! Catat saja selagi sempat," timbal Alexander kepada Tamrin.
"Siap, Bos!"
Pelajaran Bahasa Indonesia telah berakhir, Pak Dirman berjalan keluar dari kelas. Tidak berselang lama, guru pengajar Matematika masuk ke dalam kelas. Mereka mulai mengikuti jalannya kegiatan belajar mengajar.
Kepala Alexander, seperti terbakar melihat angka tertulis di papan tulis. Tidak ada satu materi pun yang masuk ke dalam otaknya. Dia hanya bisa terdiam, melihat para siswa cerdas pamer kemampuan termasuk Tiara.
Tidak hanya parasnya yang cantik, dia juga merupakan siswi yang cerdas di lihat dari caranya menjawab seluruh soal dengan mudah. Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi, bel pertanda istirahat telah berbunyi. Para siswa berjalan menuju kantin, sedangkan Alexander masih berada di kelas.
Dia duduk di atas meja, bersandar pada dinding sambil menjulurkan kaki. Begitu juga dengan Tamrin yang duduk bersandar sambil menjulurkan kaki di atas dua kursi.
"Bos, gas ke kantin!" ajak Tamrin.
"Males, sekarang pasti kantinnya penuh. Lagi pula, gue bawa bekal sendiri."
"Gue juga bawa bekal sendiri dari rumah. Ayolah Bos, mati kutu kita di kelas!"
"Ya, sudah. Elu aja sendiri," balas Alex sambil membuka kotak bekal miliknya.
"Ya, udahlah kalau Bos mau begitu. Gas lah!" balas Tamrin ikut membuka kotak bekalnya.
Mereka berdua, mulai menikmati menu kotak makan masing-masing. Sambil mengunyah makanan Tamrin pun menoleh kepada Alexander. Dia masih teringat, tingkah temannya yang kikuk dan polos ketika berbincang dengan teman kelas.
"Bos, tidak suka sepak bola?"
"Iya," jawabnya sambil mengunyah makanan.
"Bos, lain kali Bos berkata sejujurnya. Jangan bertingkah, seolah Bos menyukai sepak bola. Asal Bos tau, seandainya gue gak tanya soal Kawasaki milikmu itu, pasti kamu bakal dibully. Ingat Bos! Kesan pertama. Jangan sampai kelemahan kita terlihat oleh siapa pun."
"Iya, nanti gue lebih hati-hati dan lebih berterus-terang."
Tidak berselang lama, Wulan dan Tiara masuk ke dalam kelas. mereka berdua datang membawa wadah styrofoam berisi kuliner khas Nusantara yaitu seblak. Aroma seblak, menyebar ke seluruh ruangan membuat beberapa siswa melirik ke mereka berdua. Mereka berdua, berjalan mendekati Alexander dan Tamrin sedang menikmati makan siang.
"Hello guys, boleh kita gabung?" sapa Wulan.
"Boleh," jawab Alex.
Mereka semua, duduk mengambil bangku lalu duduk berhadapan. Sebuah meja, menjadi pembatas sekaligus tempat meletakkan menu makan siang mereka berempat. Alex dan Tiara saling berpandangan, mereka memalingkan wajah dengan tersipu malu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
reedha
Tamrin bener tuh, kalau tidak suka atau tidak tahu jujur saja dan menjadi pendengar saja dulu, nanti kalau ada kesempatan ajak temanmu bicara tentang sesuatu yang kamu suka, siapa tahu mereka juga suka
2022-11-24
4
🫧Alinna 🫧
Usah komentar kak
2022-10-23
0