Alunan Pemikat

Alex berjalan menuju GOR berada di lingkungan sekolah. Dia berjalan di bawah panasnya sinar matahari. Sudah empat kali, dia mengunjungi tempat kegiatan ekstrakulikuler. Keringat mulai mengucur dengan deras, namun dia terus berjalan demi mencari ekskul yang mungkin ia minati.

Perlahan dia berjalan memasuki GOR. Tiba-tiba sebuah bola voli mengenai wajahnya dengan cukup keras. Ia merasa kesakitan pada wajahnya lalu dia berlari begitu saja menjauhi GOR.

"Skip! Skip!" ucapnya sambil berlari.

Dua orang siswa pemain voli keluar dari GOR. Mereka berdua, mencari orang yang terkenal voli. Namun, mereka hanya melihat dua orang siswi terlihat sedang berlari melintasi GOR.

"Waduh! Mana siswa tadi?!" tanya seorang anggota ekskul voli.

"Gak tau, kayaknya sudah lari jauh," jawab temannya sambil melihat-lihat sekitar.

Wulan dan Tiara berlari mencari Alex, mereka sangat khawatir melihatnya berlari kesakitan akibat bola mengenai wajahnya. Sekian lama mencari, akhirnya mereka menemukannya di sebuah lorong sepi depan ruang musik. Tidak ada satu pun siswa melintas, suasana sekitar begitu sunyi.

Angin sejuk mulai berhembus, mereka melihat Alexander menangis sambil menutupi wajah dengan kedua telapak tangannya sendiri. Tiara mempercepat langkahnya, dia ingin menghibur Alex yang sedang terluka. Tiba-tiba, Wulan menarik tangannya lalu Tiara menoleh ke arahnya.

"Jangan," kata Wulan.

"Kenapa? Suamiku sedang terluka, aku tidak bisa membiarkannya begitu saja."

"Nanti kita ketahuan. Tidak seru kalau kita muncul begitu saja,bukankah lebih seru kalau kita menguntit? Sekalian, kamu bisa mengenal sisi lain Alexander tidak diketahui oleh orang lain," jawab Wulan membuat Tiara terdiam.

"Kamu benar Wulan," timbalnya kepada Wulan.

Mereka berdua kembali menguntit Alex secara diam-diam. Belum sempat mereka melangkah, seseorang memanggil mereka berdua. Sontak, mereka berdua menoleh ke belakang. Seorang siswa, berkulit sawo matang berdiri di belakang mereka berdua. Siswa itu tidak lain adalah Tigor Fauzi, mantan panitia MOS bertugas di ruang empat.

"Kalian berdua, sedang apa di sini?" tanya Tigor.

"Maaf kak, kami berdua sedang mencari sinyal," jawab Wulan.

"Ya, sudah. Kalian ingin daftar ekskul musik?"

"Enggak, kak," jawab kompak mereka berdua.

"Kalau begitu, gue pergi ke ruang musik dulu," ujarnya berpamitan pada mereka berdua.

"Iya, kak."

Tigor berjalan meninggalkan mereka berdua. Wulan dan Tiara menyadari, bahwa Alexander tidak ada di tempat. Buru-buru, mereka mempercepat langkah kaki sambil mencari keberadaan Alex.

Langkah kaki mereka terhenti, ketika mendengar suara alunan gitar di dalam ruang musik. Tigor, Wulan dan Tiara penasaran mengenai sosok sedang memainkan gitar. Diam-diam, mereka mengintip di balik jendela.

Rupanya, sosok memainkan gitar adalah Alex. Dia sedang mengatur nada pada senar. Selain itu, dia memasang sebuah plat sebagai kendang pada sebuah gitar. Tigor terdiam, memperhatikan apa yang sedang Alexander lakukan. Selesai mengatur nada pada gitar, dia meletakkan sebuah gitar akustik di atas meja khusus.

Gitar itu, memiliki dua belas senar dan dua bridge terpasang pada badan gitar. Baru pertama kali, Wulan dan Tiara melihat gitar tersebut. Kemudian dia mengambil gitar akustik biasa berwarna coklat.

Mereka penasaran, bagaimana caranya Alexander memainkannya. Alexander mulai memainkan gitar, dia mulai membawakan lagu berjudul sweet child o mine. Alunan gitar akustik, membuat mereka semua terdiam menikmati.

Mereka semua tidak menyangka, bahwa Alexander bisa memainkan dua gitar sekaligus dengan satu tangan. Tigor melihat semua tanpa berkedip, dia terkagum-kagum melihat kemampuan Alex memainkan gitar. Selain memetik gitar, dia juga lihai menepuk badan gitar layaknya kendang.

"Gaya bermain gitar ala Luca Stricagnoli, keren!" puji Wulan melihat cara Alexander memainkan gitar.

"Kamu tau juga?" tanya Tigor.

"Iya, kak," jawab Wulan.

"Siapa itu Luca Stricagnoli?" tanya Tiara kepada mereka berdua.

"Luca Stricagnoli itu, merupakan gitaris terkenal mampu memainkan dua gitar sekaligus. Sudah jutaan orang, menonton chanel YouTube miliknya," jawab Wulan.

"Wow, suamiku keren banget," gumamnya memuji Alex.

Enam menit lamanya, Alexander memainkan gitar seorang diri. Tanpa dia sadari Tigor, Wulan dan Tiara melihatnya di balik kaca. Alunan gitar akustik serta suasana yang sunyi membuat Alexander lupa diri.

Selesai bermain gitar, dia pun tersenyum puas lalu Tigor pun masuk ke dalam ruangan. Melihat kedatangannya, membuat Alexander sedikit terkejut. Dia terdiam sambil melipat kedua tangannya. Alexander sempat melihat Wulan dan Tiara melintasi. Dia sama sekali tidak tau, bahwa kedua gadis itu melihat aksinya hingga akhir.

"Hei, kamu sedang apa di ruang musik?" tanya Tigor.

"Anu, kak. Saya cuman iseng," jawabnya dengan sangat gugup dan ketakutan.

"Hanya anggota ekskul musik saja yang dibolehkan di sini. Kecuali kamu bergabung di ekskul ini."

"Kalau begitu, saya minta maaf sudah bermain tanpa izin," ujarnya meminta maaf kepada Tigor.

Alexander membereskan membereskan alat musik yang telah dia pakai. Kemudian dia berjalan mendekati Sang Senior lalu ia pun pamit kepada Tigor dan pergi meninggalkan ruang musik. Tigor hanya terdiam, melihat Alexander berjalan seorang diri menelusuri lorong dengan tergesa-gesa.

Tidak terasa, hari sudah mulai senja. Para anggota ekskul, terlihat satu persatu meninggalkan lingkungan sekolah. Wulan dan Tiara melihat Alexander berjalan di depan gedung sekolah lalu ia mulai berjalan menyebrangi jalan.

"Bos sudah pulang, ayo kita juga pulang sebelum gerbang sekolah di tutup," ajak Wulan kembali ke rumah.

"Iya," balasannya tertunduk lesu.

Sekali lagi, Tiara berpisah dengan pujaan hatinya. Delapan jam terasa singkat, berbeda ketika dirinya berada di Kayangan. Mau tidak mau, dia harus kembali pulang ke rumah. Sementara itu, Alexander baru saja tiba di parkiran. Suasana parkiran terlihat sepi, hanya ada beberapa motor masih terparkir rapih disekitar kawasan parkir. Sebelum pergi, dia mulai menggelap body motor dan helm miliknya menggunakan selembar kain. Wulan dan Tiara baru saja memasuki kawasan parkir, mereka berdua melirik ke arah Alex lalu berjalan mendekatinya.

"Selamat sore, Bos. Mau langsung pulang?" tanya Wulan.

"Iya. Ngomong-ngomong kalian habis dari mana? Kenapa baru pulang jam segini?"

"Ah, kami berdua berkeliling sekolah sekalian mencari informasi seputar ekskul," jawab Wulan.

"Gue juga sama keliling sekolah sekalian cari informasi seputar ekskul. Siapa tau, gue berminat salah satu ekskul di sekolah ini."

"Bos sudah menentukan, mau gabung ekskul yang mana?" tanya Wulan lalu Alexander menjawab, "Belum."

Wulan menepuk pundak Tiara, dia tersenyum sembari mengangguk sebagai pertanda isyarat. Kemudian, dia berjalan meninggalkan mereka berdua untuk mengambil motor Beat miliknya yang masih terparkir. Alex dan Tiara saling berpandangan, kedua mata mereka tak berkedip lalu mereka memalingkan wajah dengan tersipu malu.

Suara motor semakin mendekat, Alexander melirik ke belakang. Wulan duduk di atas motor sambil menjulurkan tangan sebagai pertanda isyarat bahwa sudah waktunya bagi Alexander untuk meminta maaf. Dia hanya terdiam malu ketika berhadapan langsung dengan Tiara.

"Tiara," kata Alex dengan terbata-bata.

"Iya?" balas Tiara malu-malu.

"Aku mau..."

Beberapa anggota ekskul mulai memasuki kawasan parkir. Alexander pun berjalan menjauhinya.

"Ada apa?" tanya Tiara begitu melihat tingkah Alex.

"Aku..., Ah sudah! Aku mau pergi!" ucapnya dengan wajah merah padam.

Tingkah Alex membuat membuatnya cemberut. Dia hanya bisa menatapnya pergi meninggalkan parkiran. Tidak berselang lama, Wulan pun datang menghampiri dengan motor yang ia tunggangi.

"Ayo, naik."

"Wulan, aku mohon padamu. Tolong kejar Alex sekarang. Aku ingin tau apa yang ingin ia katakan," ucapnya dengan raut wajah cemberut.

"Siap, Nyonya," balasnya dengan santai.

Sementara itu, Alex melaju perlahan menikmati suasana jalan. Di dalam benaknya, ia teringat dengan sikapnya kepada Tiara. Dia bingung, apa yang harus dilakukan esok saat bertemu dengannya. Tidak disangka, dari kaca spion motor ia melihat Wulan dan Tiara melaju mendekatinya

"Bos, berhenti! Menepi sebentar!" ucap Wulan sambil melaju motornya disamping Alex.

Kedua motor itu terparkir dipinggir jalan. Wulan dan Alex, melepas helm sedangkan Tiara turun dari motor yang Wulan kendarai.

Sebelum Alexander bertanya Tiara pun bertanya terlebih dahulu, "Sewaktu diparkiran apa yang ingin kamu katakan?" ucapnya memandang Alex begitu penasaran.

Alexander pun terdiam sejenak, jantungnya berdegup kencang dan raut wajahnya memerah. Mulut dan lidahnya, seketika terasa membeku. Namun ia berjuang memaksakan dirinya menyampaikan keinginannya.

"Aku.., Aku, minta maaf! Maaf karena waktu itu aku meninggalkanmu. Dan maaf karena belakangan ini aku menjauhimu!"

Tiara tersenyum manis, ia pun langsung berbalik lalu berkata, "Begitu caramu meminta maaf?"

"Apa aku salah? Aku sudah meminta maaf!" balas Alex kepada Tiara.

"Tidak, hanya saja ada yang kurang..."

"Kurang? Terus aku harus melakukan apa?!" tanya Alex kepada Tiara.

Tiara berbalik lalu tersenyum sambil melebarkan kedua tangannya dan berkata, "Peluk dan minta maaf sepertinya tadi."

Sontak, tidak hanya wajahnya memerah tapi seluruh kulitnya merah. Dia pun menoleh kepada Wulan yang menyaksikannya sejak tadi.

Wulan tersenyum lalu berkata dengan nada menggoda, "Cepatlah, Bos. Di sini panas sekali. Gue gak mau belang."

Alex berjalan mendekati Tiara sambil menelan ludah. Akhirnya, mereka pun berpelukan.

"Aku minta maaf, karena waktu itu aku meninggalkanmu. Maaf, karena belakangan ini aku menjauhimu. Aku ingin akrab denganmu. Tapi karena terlalu malu, aku bingung harus mulai dari mana," ucapnya sambil memeluk erat.

Tiara pun tersenyum lalu berkata, "Aku memaafkan mu." Kemudian Tiara mempererat pelukannya lalu menghembuskan nafas dan bertanya, "Pelukanmu erat dan hangat sekali. Aku jadi penasaran, bagaimana perasaanmu kepadaku sekarang..."

Spontan, Alexander melepas pelukan lalu terdiam salah tingkah. Wulan dan Tiara, kembali menaiki motor. Motor itu mulai melaju perlahan meninggalkan Alex.

Tiara dari kejauhan pun berkata, "Sampai ketemu besok!"

Rasa malu dan bahagia, membuat sekujur tubuhnya menjadi kaku menatap motor yang Tiara tunggangi semakin menjauh. Dia penasaran, kejadian apa yang akan terjadi di hari esok.

Episodes
1 Awal Kisah
2 Jarum Putar
3 Pertemuan
4 Terlambat
5 Perkenalan
6 Empat Serangkai
7 Wulan Dan Tiara
8 Kandidat
9 Paket Tiara
10 Upacara Bendera
11 Ketua Kelas
12 Salah Tingkah
13 Saran Minta Maaf
14 Mencari Ekstrakurikuler
15 Alunan Pemikat
16 Saingan Mendekat
17 Rasa Yang Bergejolak
18 Memulai Sumpah Ikatan
19 Masakan Tiara
20 Menguping
21 Rapat Kelas
22 Trauma Yang Kembali
23 Pisah Ranjang
24 Melepas Belenggu
25 Ruang Musik
26 Ekskul Band
27 Irama Merdu
28 Sepulang Ekskul
29 Alasan Memanggil Suami
30 Petir
31 Uang Bekal
32 Sebagai balas Budi
33 Rahasia Love Garner
34 Mulainya Ajang Pembuktian
35 Kencan
36 Pemberian Alex
37 Bengkel Rahmat
38 Rahasia Kekuatan Wulan
39 Foto Menarik
40 Perbincangan
41 Balas menggoda
42 Status
43 Hal yang harus dipikirkan
44 Satu Meja
45 Pekerjaan Ayah
46 Nasehat dan tujuan
47 Hujan
48 Menghilangnya keraguan
49 Mager
50 Berlatih Sepak Bola
51 Handphone baru
52 Pamer kepada sahabat
53 Gol pertama
54 Mengalah dengan sengaja
55 Surat Cinta dan Brosur
56 Bendera perang
57 Dilatih oleh dua gadis
58 Hati wanita dan kepercayaan
59 10 IPS F vs 10 IPA A
60 Akhir pertandingan
61 Mengejutkan seseorang #Season 2
62 Mengungkap jati diri
63 Dibuntuti
64 Makan bersama
65 Toilet Intimidasi
66 Parfum Kayangan
67 Penglihatan Wulan
68 Bullying
69 Planning selanjutnya
70 Alasan menulis
71 Ilustrasi
72 Pekerjaan rumah
73 Impian Ilham
74 Jemputan
75 Ramalan peti harta
76 Drama kecil gerbang sekolah
77 Hal biasa di tongkrongan
78 Susu madu
79 Mendekati Nanda
80 Terciduk +
81 Kasur goyang +
82 Karena Wulan
83 Menginap
84 Malam minggu
85 Dua kamar
86 Menentukan aliran musik
87 Mencari Stan
88 Putaran ke dua
89 Hasil Gacha Tamrin
90 Pengumuman dari Ketua OSIS
91 Seolah runtuh
92 Tameng gadis buruk rupa
93 Memadamkan api cemburu
94 Ketertarikan
95 Nama Band
96 Seharusnya
97 Api membesar
98 Rencana jahat
99 Di balik wajah datar
100 Kondisi motor
101 Mendatangi Bengkel
102 Perbincangan Ayah dan anak
103 Kunjungan pertama Sang Ayah
104 Melihat perkembangan
105 Cara alternatif ke Sekolah
106 Kena Rajia
107 Bertemu masa lalu
108 Khawatir
109 Luka tersembunyi
110 Elusan kepala
111 Sayur tahu bening
112 Pengalaman buruk di dalam Bus
113 Terlambat masuk kelas
114 Luka dan harga diri
Episodes

Updated 114 Episodes

1
Awal Kisah
2
Jarum Putar
3
Pertemuan
4
Terlambat
5
Perkenalan
6
Empat Serangkai
7
Wulan Dan Tiara
8
Kandidat
9
Paket Tiara
10
Upacara Bendera
11
Ketua Kelas
12
Salah Tingkah
13
Saran Minta Maaf
14
Mencari Ekstrakurikuler
15
Alunan Pemikat
16
Saingan Mendekat
17
Rasa Yang Bergejolak
18
Memulai Sumpah Ikatan
19
Masakan Tiara
20
Menguping
21
Rapat Kelas
22
Trauma Yang Kembali
23
Pisah Ranjang
24
Melepas Belenggu
25
Ruang Musik
26
Ekskul Band
27
Irama Merdu
28
Sepulang Ekskul
29
Alasan Memanggil Suami
30
Petir
31
Uang Bekal
32
Sebagai balas Budi
33
Rahasia Love Garner
34
Mulainya Ajang Pembuktian
35
Kencan
36
Pemberian Alex
37
Bengkel Rahmat
38
Rahasia Kekuatan Wulan
39
Foto Menarik
40
Perbincangan
41
Balas menggoda
42
Status
43
Hal yang harus dipikirkan
44
Satu Meja
45
Pekerjaan Ayah
46
Nasehat dan tujuan
47
Hujan
48
Menghilangnya keraguan
49
Mager
50
Berlatih Sepak Bola
51
Handphone baru
52
Pamer kepada sahabat
53
Gol pertama
54
Mengalah dengan sengaja
55
Surat Cinta dan Brosur
56
Bendera perang
57
Dilatih oleh dua gadis
58
Hati wanita dan kepercayaan
59
10 IPS F vs 10 IPA A
60
Akhir pertandingan
61
Mengejutkan seseorang #Season 2
62
Mengungkap jati diri
63
Dibuntuti
64
Makan bersama
65
Toilet Intimidasi
66
Parfum Kayangan
67
Penglihatan Wulan
68
Bullying
69
Planning selanjutnya
70
Alasan menulis
71
Ilustrasi
72
Pekerjaan rumah
73
Impian Ilham
74
Jemputan
75
Ramalan peti harta
76
Drama kecil gerbang sekolah
77
Hal biasa di tongkrongan
78
Susu madu
79
Mendekati Nanda
80
Terciduk +
81
Kasur goyang +
82
Karena Wulan
83
Menginap
84
Malam minggu
85
Dua kamar
86
Menentukan aliran musik
87
Mencari Stan
88
Putaran ke dua
89
Hasil Gacha Tamrin
90
Pengumuman dari Ketua OSIS
91
Seolah runtuh
92
Tameng gadis buruk rupa
93
Memadamkan api cemburu
94
Ketertarikan
95
Nama Band
96
Seharusnya
97
Api membesar
98
Rencana jahat
99
Di balik wajah datar
100
Kondisi motor
101
Mendatangi Bengkel
102
Perbincangan Ayah dan anak
103
Kunjungan pertama Sang Ayah
104
Melihat perkembangan
105
Cara alternatif ke Sekolah
106
Kena Rajia
107
Bertemu masa lalu
108
Khawatir
109
Luka tersembunyi
110
Elusan kepala
111
Sayur tahu bening
112
Pengalaman buruk di dalam Bus
113
Terlambat masuk kelas
114
Luka dan harga diri

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!