20

"Sekali lagi kalian menghina Teiko, jangan harap kalian bisa bernafas lagi detik ini juga." Akashi berusaha menahan emosinya untuk tidak terlalu meledak, kebetulan juga Kuroko yang menyadari kemarahan Akashi langsung memukul pelan bahu sang kapten agar tidak perlu terlalu berlebihan terhadap anak SMP seperti mereka.

Untungnya Akashi tidak membantah kali ini, ia juga bukanlah seorang berandal yang suka bermain kekerasan dan malah nantinya merusak citra Akashi sebagai alumni Teiko sekaligus kapten dari SMA Rakuzan. Apalagi saat ini, ia masih mengenakan seragam sekolah Rakuzan yang sangat dibanggakan olehnya.

Tapi sepertinya kebaikan Akashi yang sudah bela-belain melepaskan cengkeramannya itu malah dibalas dengan sebuah senyuman remeh sekali lagi oleh anak basket Shiratorizawa itu.

"Herannya orang seperti kalian masa bisa dijuluki Kiseki no sedai sih?" tanya sang kapten dengan nada remeh.

"Tolong jangan remehkan kiseki no sedai kalau kalian tidak mau dibuat nangis oleh kami," ancam Kuroko yang merasa tak senang kepada siapapun yang menjelek-jelekkan Kiseki no sedai.

"Loh, memangnya kenapa? Bukannya setiap orang berhak berpendapat secara bebas," tukas Kapten basket Shiratorizawa.

"Aishhh, aku sudah muak mendengarkan ocehan junior bermulut besar seperti kalian!" keluh Aomine yang mulai kehabisan batas kesabaran, ia langsung maju dihadapan Akashi dan menolak pelan bahu kapten basket Shiratorizawa itu.

"Mau kita buktikan saja rumornya itu? Ah, bagaimana kalau besok saja kita tanding buat membungkam mulut besarmu itu?" tantang Aomine.

"Terdengar kekanak-kanakan, tapi boleh juga." Sang Kapten tersenyum, sampai salaj seorang temannya menegurnya.

"Jangan asal bicara, Akio! Mereka itu hebat, kita bisa malu kalau sampai kalah dari mereka." Dia melotot kepada sang kapten yang bernama Akio.

"Tenanglah, Ryu. Kau tidak perlu ikut campur ataupun membantah omonganku," keluh Akio kepada Ryu.

Lalu, Akio mengangguk setuju seraya melirik kepada Siswa Teiko yang sedari tadi masih berada dibelakang Murasakibara.

"Tapi gak adil dong, kalau kalian yang tanding langsung dengan kami. Bagaimana kalau anak SMP Teiko dan salah satu perwakilan dari kalian saja yang bakal tanding dengan kami?" tawar Akio.

Aomine tertawa geli mendengarnya, "Kenapa? Kau takut dikalahkan oleh kami?"

"Aku tidak merasa bakal kalah dari kalian, tapi jelas saja kemampuan anak SMP dan SMA sangat berbeda jauh. Aku ingin permainan ini bersifat setara, lagian perwakilan dari kalian dan para junior teiko sudah bisa menjadi bukti untuk mewakili kehebatan kalian. Lagian, kalau memang sekolah kalian hebat, pastinya gak perlu takut dong mengambil resiko tersebut?"

"Baiklah, kami terima persyaratanmu." Akashi langsung mengambil alih keputusan duluan.

"Bagus, berarti besok kita tanding di Shiratorizawa jam 3 sore."

"Baik, sekarang kalian lebih baii pergi dari sini!" tegas Akashi yang tak lagi berpikir, Akio juga sepertinya sudah puas membuat kesal para alumni Teiko itu dan langsung pergi dari sana  bersama dengan teman-temannya.

Sementara itu, Akashi langsung berbalik badan menatap teman-temannya.

"Biar aku saja yang bertanding besok," ucap Akashi yang langsung mengajukan diri.

"Kami tak masalah sih, Akashi. Cuman, apa kau yakin sudah siap bertanding lagi? Apa kau tak direpotkan untuk hal sederhana seperti ini?" tanya Kise.

"Benar, Akashi. Aku tahu kau seorang Point Guard yang hebat, tapi kau tak seharusnya turun tangan untuk hal sederhana kayak gini. Lagian, aku juga pengen membalas mereka dilapangan." Aomine melototi Akashi, tapi sepertinya Kagami tidak senang dengan perkataan Aomine.

"Aku malah lebih senang Akashi yabg bertanding, Mana tahu setelah pertandingan ini bisa buat kekuatan Akashi optimal kembali. Apalagi tahun depan ada pertandingan Inter high dan Winter Cup, aku gak mau ya bertanding dengan Rakuzan tanpa kehadiran Akashi disana." Kagami langsung dipukul oleh Kuroko yang siap sedia menyediakan tangannya setiapkali Kagami berbicara asal saja.

"Apaan sih, Kuroko?" keluh Kagami.

"Tidak ada, Kagami-kun. Aku hanya tidak suka kau meremehkan Rakuzan dan bersikap sombong seperti tadi, ingatlah betapa kesulitannya kita saat pertandingan final Winter Cup lalu."

"Iya, Aku tahu Kuroko. Jangan menceramahiku lagi," ucap Kagami sampai membuat Kise dan Takao tersenyum geli saja melihat kedekatan Kagami dan Kuroko yang semakin erat persahabatannya.

"Oh iya Akashi-kun, aku sepertinya setuju kalau kau yang bertanding. Aku tahu Aomine-kun itu hebat dan mantan Ace di tim kita dulu, tapi masalah kerjasama Tim pastilah aku memilih Akashi-kun. Apalagi lawan dan teman kita adalah Anak Smp yang permainannya tidak sekasar Aomine. Aku takut mereka bakal terluka, baik secara fisik maupun mental kalau bertanding dengan Aomine."

"Aku benci mengakuinya, tapi kau benar. Aku juga tidka terlalu senang sih, kalau harus melawan orang yang lemah." Aomine mulai berubah pikiran.

"Baguslah, kalau memang kau sudah mengerti Aomine." Akashi tersenyum, sepertinya ia tak perlu menjelaskan apapun lagi, usai teman-temannya menasehati Aomine terkait hal tersebut.

"Kau juga harus belajar untuk tidak mengatakan perkataan kasar, Akashi." Midorima menasehati Akashi juga, sebab ia ingat bagaimana kasarnya ucapan Akashi kepada timnya dulu saat pertandingan Winter Cup.

"Aku mengerti, Midorima." Akashi tersenyum kembali, lalu ia menatap kepada anak basket Teiko tersebut.

"Siapa namamu?" tanya Akashi, anak itu langsung keluar dari persembunyiannya dan berdiri tegak menatap Akashi dengan ragu.

"Saya? Nama saya Tsubasa Kaido," jawabnya.

"Oke, Kaido. Coba ceritakan dulu kepada kami, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kau bisa diganggu mereka?" tanya Akashi yang merasa perlu tahu apa yang terjadi sebenarnya kepada Kaido.

"Aku juga tidak tahu, tapi Akio adalah kembarannya Akira. Akira sendiri adalah kapten basket Teiko sekarang, Akashi-San."

"Kembaran? Kalau begitu mendingan kita tanyakan langsung saja kepada Akira," usul Kise.

"Ya, benar. Lalu, dimana semua anggota basket Teiko?" tanya Akashi.

"Latihan dilapangan," jawab Akio yang tanpa banyak tanya langsung di samperin oleh Akashi, kemudian diikuti oleh anggota Vorpal Sword lain.

Dan begitu memasuki lapangan basket yang menjadi sebuah kenangan bagi para Kiseki No sedai, mereka dibuat tercengang oleh beberapa kumpulan anak basket yang tengah latihan sampai bercucuran keringat disekujur tubuhnya.

Akan tetapi, bukan bagian itu yang membuat para anggota Vorpal Sword itu tercengang, melainkan ada berpuluh-puluh Anggota yang dibiarkan berdiri di pojok lapangan tanpa melakukan apapun dengan tatapan menyedihkan tatkala saat menatap para pemain yang tengah latihan tersebut.

"Mereka sama sepertiku, Akira membuat peraturan baru agar tidak membiarkan kami latihan. Katanya, lapangan hanya boleh dikuasai oleh pemain inti dan pemain kelompok 2."

"Pemain kelompok 2?" tanya Midorima.

"Pemain yang mendapatkan kesempatan tanding, tapi hanya sebatas latih tanding ataupun pertandingan persahabatan saja. Sementara itu, pemain inti mendapatkan jatah tanding untuk kompetisi nasional dan sisanya para pemain cadangan seperti kami hanya diperbolehkan melihat mereka saja." Kaido terdengar seperti berkata jujur, atau lebih tepatnya mencurahkan isi hatinya.

"Kapan hak seperti ini berlaku?" tanya Akashi yang merasa konyol dengan peraturan ini, bagaimana mungkin para pemain cadangan tidak diperbolehkan latihan sama sekali. Bahkan, ini peraturan yang jauh lebih konyol dengan peraturan yang dibuatnya dulu.

"Tepat setelah Akira menjabat menjadi kapten, katanya sih kalau dia pengen menjadi kapten hebat seperti Akashi-San." Saat mendengarkan perkataan Kaido, sekejap rasanya telinga Akashi memanas dan perasaan bersalahnya mulai menetes perlahan-lahan untuk membanjiri ruang hatinya. Ia tak menyangka kalau apa yang diperbuatnya dimasa lalu akan semakin memperparah generasi muda seperti mereka. Untuk sesaat, Akashi terdiam sejenak dalam pikirannya usai mendengar perkataan Kaido tersebut.

"Akashi-kun?" panggil Kuroko, tapi Akashi tak menyahut dan malah berjalan terburu-buru menghampiri Kaido dengan wajah yang merah padam. Ia tak akan rela membiarkan tindakannya dahulu menjadi sebuah motivasi bodoh untuk generasi baru seperti Akira ataupun Kaido.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!