10

Suara Peluit ditiup kencang oleh Wasit yang menandakan permainan basket telah berakhir. Skor saat itu dimenangkan secara selisih tipis oleh Rakuzan yang berhasil lebih unggul 1 angka dibandingkan Shutoku.

Kemenangan tersebut jelas menimbulkan sorakan bahagia dari tim Rakuzan, terutama Akashi yang tak bisa berhenti tersenyum saat melirik papan skornya. Dan rasanya ini adalah kali pertama tim Rakuzan bermain basket dengan kemenangan tanpa sekalipun ada perasaan tertekan seperti dahulu, ia bisa merasakan kalau para seniornya juga tampak menikmati latih tanding tersebut.

"Sayang sekali, kali ini kita belum bisa mengalahkan mereka. Benarkan, Shin-chan?" tanya Takao yang hanya bisa menggelengkan kepalanya dengan tersenyum kecut, ia sebenarnya sedikit kesal karena belum bisa mengalahkan Rakuza. Akan tetapi, ia juga merasa Senang kalau akhirnya Rakuzan bisa menang taruhan saat ini karena ia tak akan sudi melihat mantan kapten Kiseki no sedai itu bakal dipermalukan oleh tim Voli seperti Ushijima.

"Diamlah, Takao. Lain kali, kupastikan aku akan mengalahkan Akashi." Midorima memperbaiki kacamatanya, lalu ia mendekati Akashi dan memberikan uluran tangan sebagai tanda selamat kepada temannya itu.

Akashi membalas uluran tangan Midorima tanpa ragu, bahkan ia juga tak lupa memperlihatkan senyumannya kepada Midorima.

"Aku akan memastikan untuk mengalahkanmu sebelum musim panas ini berakhir, Akashi. Dan kupastikan kalau kalungmu ini akan segera kukembalikan," ucap Midorima sambil menggenggam liontin yang tengah dikenakannya itu.

"Aku tunggu janjimu, Midorima." Akashi berhenti tersenyum, ia langsung berjalan pergi menghampiri timnya dengan langkah yang penuh percaya diri. Midorima hanya bisa tersenyum saja menatap punggung sang kapten yang rasanya terlalu sulit untuk digapai entah mengapa baginya Akashi adalah satu-satunya teman yang sangat ia hormati selama ini, walaupun sekarang posisi Akashi sedikit tergeser oleh kehadiran Takao dan Tim Shutoku lainnya. Namun tetap saja, satu-satunya impian Midorima sejak dahulu ialah menepati janjinya kepada Akashi dan membuktikan kalau Ia bisa memperoleh pujian dari sang Kapten.

Sementara itu, Akashi mengucapkan permintaan terimakasih tulusnya kepada anggota Tim Rakuzan. Matanya tak bergeming memberikan tatapan hangat secara bergantian kepada Mibuchi, Hayama, Nebuya dan Mayuzumi.

"Kau tak perlu berterimakasih seperti ini, Akashi." Hayama sedikit terganggu oleh sikap lembut Akashi.

"Walau bagaimanapun kalian ada rekan sekaligus seniorku, jadi tak ada salahnya kalau sesekali aku bersikap hormat kepada kalian kan?" tanya Akashi.

"Terserah Sei-Chan sajalah," jawab Mibuchi sambil tersenyum, berbeda pula dengan Mayuzumi yang langsung berjalan pergi dari sana seraya menggenggam Novel di tangan kirinya.

Ia tampak tidak terlalu tertarik dengan drama berlebihan seperti ini, apalagi sikap tidak terlalu perduli Mayuzumi yang kerap membuat dirinya tidak pernah dianggap ada oleh sebagian orang sama sekali tidak berubah. Sampai langkahnya dihentikan oleh panggilan Akashi yang secara lengkap memanggil namanya. Dengan perasaan enggan, Mayuzumi menoleh kebelakang.

"Ada apa? Bukannya pertandingan sudah selesai, lagian aku juga tidak banyak membantu kalian pas pertandingan tadi." Mayuzumi sama sekali tidak tertarik untuk memperoleh permintaan terimakasih dari sang kapten.

"Aku perlu berbicara denganmu, Senpai. Apa kau punya waktu?" tanya Akashi yang jelas membuat Mayuzumi cuman bisa menghela nafas saja.

"Memangnya kau mau ngomong apa, Akashi?"

Akashi tak langsung menjawab, ia seperti memberikan perintah terlebih dahulu kepada ketiga senpainya. Begitu ketiga seniornya itu berjalan pergi, barulah ia menghampiri Mayuzumi yang tidak terlalu jauh dihadapannya.

"Apa yang kau bisikan pada mereka?" tanya Mayuzumi heran.

"Aku hanya meminta Para Senpai untuk memantau pertandingan Voli Ushijima-San," jawab Akashi.

"Kenapa?" tanya Mayuzumi sambil berjalan perlahan-lahan meninggalkan Lapangan Basket.

"Karena aku membuat taruhan kemarin dengan mereka. Selain itu, ada sesuatu yang ingin kutanyakan kepadamu Mayuzumi Senpai."

"Bicaralah, aku tak mau membuang terlalu banyak waktu denganmu sampai membuatku kehilangan setiap detik untuk membaca Novel terbaru ini," ucap Mayuzumi yang memperlihatkan Novel bacaannya dihadapan Akashi.

Akashi tersenyum, ia cukup ragu sejenak tetapi setiap detik keraguan itu tak membuatnya berhenti untuk menanyakan sesuatu yang mengganjal dalam pikirannya.

"Mayuzumi Senpai! Aku hanya ingin tahu, Apa kau masih membenciku?" tanya Akashi yang jelas saja menyebabkan Mayuzumi tertawa geli, ia merasa sangat aneh rasanya mendengarkan pertanyaan seperti itu keluar dari mulutnya Akashi.

"Kau tidak salah ngomong, Akashi? Lagian kenapa kau malah mempertanyakan hal bodoh seperti itu?"

"Aku hanya penasaran, apakah perbuatanku dimasa lalu masih melukai hatimu atau memang pada dasarnya aku hanyalah orang menyebalkan dimatamu?" tanya Akashi.

Mayuzumi sampai terkejut mendengarnya, ia tak bisa menyembunyikan kedua matanya yang terbelalak dan sudut bibirnya yang berhenti tersenyum dalam seketika. Ia tampak tak suka bila seseorang menanyakan pertanyaan seperti itu padanya.

"Aku tak ingin memberikan jawaban apapun kepadamu, Akashi." Mayuzumi mengerutkan dahinya, ia merasa tak ada alasan baginya untuk berterus-terang kepada Akashi dan ia juga tak senang bila memberitahukan hal privasi seperti itu kepada siapapun.

"Kau harus memberitahuku, Mayuzumi Senpai. Kau tahu rasanya menyesakkan membiarkan orang lain menyimpan kebencian kepadamu, aku hampir merasa mengalami mimpi buruk setiapkali mengingat betapa kejamnya perbuatanku dimasa lalu."

"Kau yang harusnya belajar memaafkan masa lalumu sendiri, Akashi. Dan berhenti mempertanyakan hal bodoh seperti itu, malahan yang ada kesannya kau malah menuduh orang lain dengan pemikiran naifmu itu." Mayuzumi langsung pergi, ia masih tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Padahal jelas saja ia tak sekalipun menyimpan kebencian kepada juniornya itu, tetapi malah seenaknya Akashi meragukan ketulusannya sebagai seorang senior saat ini.

Akashi sendiri langsung terbungkam mendengarkan ucapan Mayuzumi, ia mulai merasa sangat bersalah bila memikirkan apa yang barusan disampaikan Mayuzumi. Akan tetapi, belum sempat ia merapikan kembali perasaan bimbangnya, tak beberapa lama kabar buruk dari Mibuchi yang berlari menghampirinya membuat amarahnya merasa berkecamuk.

"Sei-Chan, Pertandingan Shiratorizawa telah selesai. Mereka juga telah memenangkan pertandingan latih tanding Voli hari ini," ucap Mibuchi yang setengah berteriak.

"Benarkah? Kalau begitu, aku harus segera menghampiri Ushijima-San." Akashi langsung berjalan tenang menghampiri lapangan Voli, ia sedikit tegang bila memikirkan siapa yang nantinya akan memenangkan taruhan tersebut.

Dan sepertinya Ushijima sendiri juga telah menunggu kedatangan Akashi, ia tampak tersenyum puas melihat Akashi menghampirinya dengan sorotan mata tak senang. Dan tanpa basa-basi, Ushijima memulai duluan percakapan diantara mereka sambil memberikan kertas skor milik Shiratorizawa.

"Ternyata kau juga memenangkan pertandingan ini, Ushijima-san." Akashi tersenyum licik, ia bisa merasakan aura kebencian dari Tim Shiratorizawa sendiri yang tak senang akan kehadirannya.

"Kalian memperoleh kemenangan yang sama, Sei-Chan. Itu artinya kalian seri dong," timpal Mibuchi yang sudah ada di sebelah Akashi.

"Tidak, Mibuchi Senpai. Kali ini aku benar-benar kalah taruhan, aku telah dikalahkan oleh Ushijima-San." Akashi memperlihatkan wajah datarnya, sorotan mata tak senang tetapi tak sedikitpun ia ragu menegaskan kembali kekalahannya kali ini dihadapan Mibuchi ataupun Tim Shiratorizawa sendiri.

"Apa maksudmu, Akashi?" tanya Nebuya yang baru saja datang menyusul usai mengisi kembali energinya di ruang makan.

"Kalian ingatkan kalau hasilnya seri, maka kami bisa melihat berdasarkan perhitungan waktu seberapa cepat skor pertama diraih. Dan ternyata Ushijima-San berhasil mencetak kemenangan skor pertamanya dengan waktu 20 menit, sedangkan kita memerlukan waktu 30 menit untuk memasukkan bola kedalam ring Shutoku."

"Itu artinya Seijuro-chan kalah taruhan," sambung  Satori yang tampak riang.

Akashi yang sebenarnya tak bisa menerima kekalahan ini hanya bisa terdiam saja, ia tampak berusaha menahan kekesalannya dan beberapa kali menghela nafas panjang.

"Jadi, bisa kita mulai sekarang hukumannya?" tanya Akashi yang langsung menatap tajam kepada Ushijima.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!