8

Akashi menggiring Bola yang kini ada digenggamannya sambil berlari cepat, ia tampak menikmati setiap bunyi pantulan bola basket yang mengenai lantai. Berkali-kali ia mendribble bola dan membawanya kesana-kemari seolah-olah ia tengah melewati beberapa musuh dengan mudahnya. Dan tak menunggu waktu lama, ia langsung menembakkan Bola itu dan memasukkannya tepat kedalam Ring Basket. Bersamaan dengan suara pantulan Bola yang memantul beberapa saat usai jatuh dari ring yang membuat seluruh aliran darah Akashi menggebu-gebu tanpa menyadari kalau kini seluruh bajunya telah basah oleh tetesan keringat.

Tampaknya saat ini Akashi sangat menikmati permainan Basket yang dilakukannya secara individu, bahkan kalau dihitung-hitung ia sudah berada di gedung lapangan Basket hampir setengah jam yang lalu. Dan baginya, kesendirian adalah sesuatu yang cukup menyenangkan untuk meningkatkan konsentrasi latihannya.

Hingga suara langkah kaki dari arah luar mulai terdengar jelas memantul di ruangan yang senyap itu, saking senyapnya sampai Akashi sendiri bisa menyadari kehadiran orang lain disana yang membuatnya tak lagi sendirian saat ini.

"Sebentar lagi makan malam, Akashi." 

"Ah, iya. Terimakasih sudah mengingatkanku, Shintaro." Akashi langsung menyudahi latihannya dan mengembalikan Bola yang tadi digenggamnya kembali kedalam Keranjang.

Lalu ia berjalan tenang menghampiri Midorima yang telah menunggunya di depan Pintu Gedung, tampak jelas saat itu Midorima masih sibuk mendengarkan radio dari Oha Asa mengenai ramalan bintang hari ini.

"Jadi, bagaimana ramalan bintangmu hari ini Shintaro?" tanya Akashi sambil meraih botol minum dari genggaman Midorima yang telah sengaja disediakan oleh Midorima sejak tadi.

Akashi meneguknya dengan cepat, sampai air dalam botol tersebut telah habis tanpa tersisa.

"Terimakasih telah membawakanku minum, Shintaro." Akashi Tersenyum seraya mengembalikan kembali botol itu kepada Midorima, atau Lebih tepatnya ia ingin Midorima sendiri yang nanti membuangkan botol itu.

"Cancer berada diperingkat pertama, aku pikir besok adalah kemenanganku untuk latih tanding dengan Murasakibara."

"Kau terlihat penuh percaya diri sekali, Shintaro. Lalu, apa kau sudah menyiapkan Lucky Item untuk besok?" tanya Akashi yang berjalan duluan meninggalkan lapangan Basket, disusul juga oleh Midorima yang menyeimbangkan langkahnya dengan Akashi.

"Besok adalah Boneka Doraemon, untungnya aku sudah memilikinya seminggu yang lalu saat Takao mengajakku membeli souvernir untuk keponakannya." Midorima tampak terang-terangan menjelaskan semua yang dialaminya kepada Akashi, ia memang salah satu dari anggota Kiseki no sedai yang juga merasa sangat nyaman bila berada di dekat Akashi. Apalagi Akashi dikenal sebagai pemimpin yang sangat menghormati anggotanya dan tak pernah sekalipun menyembunyikan perasaan perdulinya kepada mereka.

Pernah waktu itu Midorima mengalami Demam berhari-hari akibat kelelahan dan menyebabkan tugas sekolah Midorima menumpuk. Namun berkat kehadiran Akashi yang bela-belain menginap di Rumah Midorima, akhirnya semua tugas Midorima selesai juga karena bantuan Akashi yang rela mengerjakan semua Tugas sekolah Midorima. Padahal kalau dipikir-pikir, mereka berdua berada disekolah yang berbeda, Midorima juga memiliki kepintaran yang cukup lumayan jadi baginya bukanlah hal yang masalah untuk Ia kerjakan saat sembuh nanti. Tapi sepertinya sang kapten tetap saja bersikeras memutuskan untuk mengambil alih tugas sekolah Midorima dengan alasan ia tak mau Midorima kembali sakit hanya karena tugas sekolah yang menumpuk tersebut.

"Oh iya, Akashi. Kau masih ingatkan janjiku yang sama sekali belum terpenuhi waktu itu?" tanya Midorima.

Akashi tersenyum, belakangan ini ia memang lebih sering tersenyum setelah kekalahannya dari Winter Cup  waktu itu.

"Aku sangat ingat sekali, Shintaro."

"Walaupun hanya latih tanding, tapi aku akan menepatinya. Walaupun sebenarnya Kuroko sudah berhasil mengalahkanmu, tapi tetap saja itu adalah hal yang berbeda. Kau paham kan maksudku, Akashi?" tanya Midorima yang masih belum bisa move on dari kekalahannya saat itu dan betapa malunya ia bila mengingat janjinya saat SMP waktu itu yang secara lantang menyuarakan diri kalau ia akan mengalahkan Akashi suatu hari nanti.

"Sejujurnya aku tak ingin lagi merasakan kekalahan, tapi aku akan menunggu janjimu itu. Walaupun kurasa kali ini kau akan kesulitan untuk mewujudkannya, Shintaro." Akashi menghentikan langkahnya, ia merogoh kantong celananya dan mengeluarkan sebuah kalung yang dihiasi oleh salah satu Pion shogi kepada Midorima.

"Kalau memang begitu, kau bisa mengenakan kalungku ini dan mengembalikannya kembali padaku jika nantinya kau berhasil mengalahkan Timku," ucap Akashi.

"Kau yakin? Bukannya ini kalung dari Mendiang Ibumu," tanya Midorima ragu.

"Kau adalah orang yang paling kupercayai selama ini, jadi gak ada salahnya kan kalau aku menitipkan kalung ini kepadamu?" tanya balik Akashi yang dibalas anggukan oleh Midorima.

"Baguslah kalau kau paham," ucap Akashi sambil menepuk bahu Midorima yang sebenarnya jauh lebih tinggi darinya, tapi ia bela-belain memaksakan diri untuk bisa menyeimbangkan tinggi Midorima.

"Sei-chan! Baru saja kami ingin menjemputmu, Ayo kita makan sekarang!" teriak Mibuchi dari ambang pintu Ruang Makan. Kebetulan jarak antara Akashi dan Midorima dengan Ruang makan tidak terlalu jauh, mereka hanya perlu belok kiri saja dan berjalan beberapa meter untuk bisa tiba kedalam Ruang Makan.

"Maaf sudah membuat kalian menungguku, Senpai." Akashi langsung berjalan menghampiri Mibuchi, tak lupa juga disusul Oleh Midorima yang langsung mengenakan Kalung milik Akashi yang kini menjadi tanggung jawabnya.

Dan ia tak bisa memungkiri darahnya semakin bergelora untuk mengalahkan Akashi, ia tak akan menyia-nyiakan kesempatan ini untuk bisa membuktikan kepada sang Kapten kalau ia sudah banyak berubah saat ini dan pastinya takkan kalah lagi dari Akashi.

Sementara itu Mibuchi langsung merangkul bahu Akashi begitu snag Junior tiba, " Mereka sudah menunggumu, Kapten. Ayo kita makan, karena Nebuya sudah sangat kelaparan."

"Kau benar, Mibuchi Senpai. Tak baik rasanya membiarkan Nebuya Senpai harus menahan lapar karenaku," ucap Akashi yang jelas saja membuat Mibuchi sampai geram melihat tingkah menggemaskan Akashi. Ia tak pernah sedikitpun mempunyai adik kelas yang sangat perhatian dan menghormatinya seperti ini, makanya tak bisa dipungkiri kalau Akashi adalah adik kesayangan dari ketiga Raja tanpa mahkota tersebut.

"Akhirnya Akashi datang juga," ucap Nebuya yang terdengar merasa lega.

"Akashi! Akhirnya kau datang juga, aku tak kuat mendengarkan bunyi perut Nebuya yang kelaparan seperti gorila." Hayama tak bisa menyembunyikan raut wajah kesalnya terhadap Nebuya.

Akashi hanya bisa tersenyum saja, "Aku benar-benar minta maaf, kalau gitu mari kita makan sampai kenyang dan istirahat yang cukup hari ini."

"Selamat makan," ucap Nebuya yang langsung menyantap makanan.

"Baik, Akashi. Selamat makan," timbal Hayama juga, sebelum akhirnya menyantap makanannya.

"Ayo kita makan, Sei-chan." Mibuchi langsung menjatuhkan diri dikursi sebelah Nebuya, lalu ia ikut menyantap makanannya dengan nikmat. Namun tidak dengan, Akashi, sepertinya ia telah menyadari kalau Mayuzumi belum juga tiba disana saat ini.

Dengan perasaan yang sedikit gelisah, ia segera duduk disebelah Hayama sambil menyeruput minuman miliknya.

"Oh iya, Akashi. Jadi, Dimana orang terakhir yang akan melengkapi Tim kita ini?" tanya Hayama usai mengunyah habis nasi dimulutnya.

"Sepertinya dia belum juga datang," jawab Akashi.

"Tapi kau sudah seratus persen yakin kan kalau dia bakal datang?" tanya Hayama lagi yang membuat Akashi terdiam sejenak, Mibuchi sampai menghentikan sejenak makan malamnya. Ia merasa tak biasanya Akashi merasa ragu seperti ini, memangnya orang siapa orang yang berhasil membuat Akashi menjadi tidak sepercaya diri ini.

"Tenang saja, Sei-chan. Orang itu pasti datang kok, mungkin saja dia sedang mengalami kemacetan dijalan atau ada urusan yang masih belum terselesaikan diluar sana." Mibuchi mencoba menenangkan keraguan Akashi, walau bagaimanapun Kapten mereka ini hanyalah Junior yang butuh dukungan dari para senior seperti mereka.

Akashi mengangguk, lalu mulai mengambil sendok dan garpu miliknya. "Kalau begitu, mari kita lanjutkan makan saja dulu."

Akashi langsung menyantap makan malamnya dengan tenang, ia memang kelaparan tapi kebiasaannya dirumah menjadikan ia masih saja bisa bersikap wibawa dan keren saat makan sekalipun. Dia memanglah seorang tuan muda yang tampak seperti kisah-kisah fantasi didalam komik, sekalipun terkadang ia memperlihatkan kebingungan dan keraguan seperti remaja muda pada umumnya.

"Permisi, apa aku boleh duduk sini?" tanya Satori Tendo yang entah dari mana tiba-tiba saja nyasar kedalam lingkaran pertemanan Akashi.

Akashi melirik kearah Tendo, ia memang sama sekali tak mengenali sosok lelaki bertubuh tinggi dengan senyuman menyeringai tajam itu. Terkecuali saat ingatannya Akashi tertuju pada Tim Voli yang juga berada disana untuk mengikuti Kamp Pelatihan Musim Panas.

"Anda adalah tim Voli, kan?" tanya Akashi yang langsung meletakkan Sendok dan Garpunya disebelah Piring dengan rapi, ia seperti telah menyudahi makan malamnya atau lebih tepatnya nafsu makan sang kapten Rakuzan itu telah hilang beberapa saat yang lalu.

Dengan tenang Akashi meneguk minumannya, lalu mengusap mulutnya menggunakan tisu yang tersedia di atas meja makan.

"Benar sekali, Seijuro-chan." Satori tampak bersemangat menjawab pertanyaan Akashi, bahkan ia sampai seenaknya saja membuat nama panggilan menggemaskan untuk orang yang baru saja diajaknya mengobrol itu.

***

Hai guys, yuk berikan dukungan kepada author dengan sebuah vote dan krisan dikolom komentar. Jangan lupa masukan kisah ini kedalam perpustakaan kalian agar tidak ketinggalan notifikasi selanjutnya 😊

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!