11

"Kau bercanda, Akashi? Jelas saja kami tidak setuju, mana tega kami melihat kapten kami dipermalukan seperti ini." Nebuya tampak tak senang.

"Benar banget, Sei-Chan. Lagian pertandingan Voli dan Basket itu sangat berbeda, bahkan tingkat kesulitannya saja bisa saja berbeda."

"Semua pertandingan olahraga itu memiliki kesulitan masing-masing, kau gak perlu membandingkan antara basket dan Voli kali. Kalau memang sudah kalah, ya sudah terima saja!" keluh Satori.

"Mulutmu itu benar-benar menyebalkan, aku ingin sekali memukulmu sekarang." Nebuya merasa kesal dan berniat mendekati Satori bila saja Akashi tak segera menghentikannya.

"Sudahlah, Senpai. Kau tak perlu membuang tenaga untuk menutup mulutnya," ucap Akashi.

Lalu ia menitipkan handphonenya kepada Mibuchi, "Lebih baik kalian kembali saja ke Asrama, biar aku yang urus masalah disini."

"Tidak mungkin kami membiarkan kau dipukuli oleh mereka, Sei-Chan. Dan bisa saja teman-teman SMP mu yang lain takkan setuju melihatmu dipukuli oleh mereka," tolak Mibuchi.

"Biar nanti aku yang mengurusi mereka, jadi lebih baik senpai kembali saja duluan. Aku akan membereskan perjanjian hutang taruhan dengan mereka sekarang," ucap Akashi sambil tersenyum, lalu ia berdiri dihadapan Ushijima yang jauh lebih tinggi darinya.

"Bisa kita mulai sekarang? Aku harus memberikan resep latihan dengan timku, jadi aku gak mau waktuku terbuang sia-sia dengan kalian." Akashi menaikkan sebelah alisnya, lalu ia sedikit menoleh kearah Mibuchi dan Nebuya yang telah berjalan pergi menuruti perintah sang kapten.

Sementara itu, kini hanya tersisa Akashi yang berada didalam kandang perburuan Tim Voli Shiratorizawa dan Tim Voli Nekoma yang kebetulan masih berada di lapangan Voli.

"Hei, kau itu sangat arogan ya. Apa kau yakin ingin dipukuli oleh anak Shiratorizawa?" tanya Kuroo yang langsung berdiri.

"Hal yang paling kubenci selain memperoleh kekalahan dan direndahkan oleh orang lain adalah mengingkari janji dengan seseorang," jawab Akashi.

"Wa, sepertinya pertunjukan ini cukup menyenangkan!" pekik Kuroo seraya tertawa geli, ia bisa melihat tatapan mata yang sangat teguh dari pancaran mata Akashi, rasanya melihat mata Akashi berlama-lama bisa membuatnya jadi merinding. Ia langsung berjalan mundur disebelah Shiratorizawa dan membiarkan Tim tersebut menepati janji taruhan mereka kemarin.

Ushijima tak banyak bereaksi, sejak tadi ia hanya diam dan mengamati tingkah menyebalkan Akashi. Sampai akhirnya ia mengepalkan kedua tangannya dan membuka bibirnya, "Kau benar-benar kekanak-kanakan, Apa pantas seorang kapten membiarkan harga dirinya ternodai hanya karena takut mengingkari janji?"

Ushijima langsung pergi berbalik badan, ia merasa tak perlu mendengarkan jawaban apapun dari Akashi dan ia juga tampak tak niat untuk menikmati kemenangan yang diperolehnya dari taruhan tersebut.

"Bagaimana denganmu, Ushijima-San? Apa kau hanyalah orang pengecut yang memilih berbalik karena takut memukulku atau jangan-jangan keberanianmu sudah memudar bila mengingat ancamanku malam itu?" tanya Akashi yang mampu bermain-main kata, sampai menyebabkan darah Ushijima mendidih dan tak menunggu waktu lama langkah Ushijima berlari menghampiri Akashi dengan lepas kendali.

Ia mendaratkan sebuah pukulan tajam tepat diarea dekat hidung Akashi, sampai membuat hidungnya ikut meneteskan darah. Lalu ia berdiri tegak kembali sambil menatap anggotanya.

"Kalian pukul dia sekarang, bayar semua rasa sakit dan amarah kalian atas perlakuannya kemarin pada kita!" perintah Ushijima yang membuat semua orang menjadi tercengang saat itu, bahkan Satori dan kuroo saja juga ikut tercengang.

"Wakatoshi-kun?" tanya Satori yang masih ragu akan perintah sang kapten barusan.

"Lakukan saja, kau juga harus membalas niat buruknya yang kemarin hampir mencelakaimu Tendou." Ushijima merampas botol mineral dingin dari salah satu anggotanya dan meneguknya sampai habis.

"Kau yakin? Kita ini bukan berandalan, gak mungkin kita memukulnya." Sami yang biasanya diam, kali ini ikut membantah perintah Ushijima.

Akashi tertawa geli, "Benar yang dikatakan Ushijima-San, lebih baik sekarang kalian memuaskan hasrat kalian saja untuk memukulku. Gak usah terlalu naif."

"Kau memang tak ada sopan santunnya," pekik Satori yang sudah tak ragu lagi untuk memukul Akashi, disusul juga oleh Anggota tim Shiratorizawa yang lain. Namun tidak dengan Ushijima, ia tak pernah lagi mendaratkan pukulan ke wajah Akashi setelah pukulan pertama sebelumnya. Sepertinya Ushijima memang tak terlalu tertarik kepada kekerasan, makanya ia hanya memilih menjadi pengamat saja seperti yang sekarang dilakukan Tim Nekoma.

Dan tak terasa waktu berjalan cepat, sepertinya sudah hampir Dua puluh menit lamanya mereka memukul dan menendang tubuh Akashi tanpa sekalipun ada perlawanan. Akashi sendiri juga tak keberatan menerima segala bentuk hantaman di sekujur tubuhnya, walau tak jarang ada beberapa kali ia memejamkan matanya untuk menahan rasa sakit akibat hantaman keras dibagian wajah dan perut.

"Aku rasa kita harus berhenti sekarang, dia juga sudah babak belur kayak gini." Sami merasa kalau tindakan mereka sudah cukup, ia tampak meminta saran dari Ushijima.

Dan begitu Ushijima mengangguk setuju, barulah Sami menarik semua anggota timnya menjauh dari Akashi yang sudah tergeletak lemas dihadapan mereka sambil meringkuk seperti janin.

"Sekarang taruhan kita telah impas," ucap Ushijima yang menghampiri Akashi dengan posisi setengah jongkok dan menyerahkan sebotol air dingin di pipi Akashi.

"Lain kali, jangan melakukan taruhan bodoh yang kau sendiri tak mampu memenangkannya. Kau harusnya menyadari batasan kemampuanmu sendiri, Akashi!" tukas Ushijima penuh kesombongan, lalu ia berniat bangkit dan berjalan menghampiri anggotanya. Sebelum akhirnya Akashi menggenggam pergelangan kaki Ushijima dan menariknya keras sampai membuat Ushijima terjungkal jatuh.

"Brukk...." Suara hantaman keras tubuh Ushijima yang jatuh, untung saja kepalanya tak langsung mendarat ke bawah duluan.

"Sudah kubilang padamu untuk tidak pernah merendahkanku, kan?" ucap Akashi yang berusaha bangkit sembari tetap memegang perutnya yang masih terasa sakit.

"Kau benar-benar membuatku marah!" teriak Ushijima yang langsung berdiri dan mengambil bola Voli yang ada didekatnya. Lalu ia lempar dengan keras Bola itu ke arah Akashi yang langsung mengenai mata kirinya. Akashi yang saat itu belum siap untuk menangkap ataupun menggunakan Emperor Eyes-nya karena kekuatan fisiknya yang sudah lemas akibat luka fisik disekujur tubuh, kini ia hanya bisa membiarkan mata kirinya menyambut pasrah hantaman bola voli tersebut sampai membuat Akashi terduduk lemas.

Ia tak bergeming selama beberapa saat, kakinya terasa sangat lemas saat ini seolah tak sanggup lagi untuk berdiri kembali. Bahkan entah mengapa rasanya penglihatan Akashi mulai terasa membuyar dibagian sebelah kiri dengan tetesan cairan merah segar yang saling membanjiri telapak tangannya.

Lalu dengan sorotan mata yang terasa linglung, Akashi menatap para anggota tim Voli Shiratorizawa dan Nekoma dengan perasaan bingung yang bercampur dengan amarah. Hingga tatapan itu berhenti tepat mengarah kepada Ushijima yang tak bisa menyembunyikan wajah tercengangnya.

"Kau... Kau sudah menghancurkan masa depanku, Sialan!" teriak Akashi yang membuat aura didalam lapangan voli itu terasa mencekam dalam seketika.

****

Wah kira-kira apa yang terjadi pada Akashi ini guys? Yuk tunggu kelanjutannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!