"Nagata sayang! Tumben kamu memanggilku. Biasanya akulah yang selalu mendatangi kamu dan mengganggu kamu saat bekerja," ucap Imelda seraya menempelkan bagian belahan gunung kembarnya ke kepala Nagata. Nagata sedikit mundur lalu memegang dua benda yang sangat membuatnya terganggu dan membangunkan singa yang sejak tadi tertidur. Bahkan singa di bawah sana sudah sangat marah hendak menerkam mangsa di dekatnya.
"Lakukan apa yang kamu mau! Aku akan menikmati nya," ucap Nagata sambil kembali menyesap minuman nya. Imelda segera menjalankan tugasnya.
Dengan irama musik yang keras, suara er@ngan Imelda mulai bersahut-sahutan dengan suara Nagata yang mendesis menahan sensasi luar biasa dari himpitan diantara dua ujung paha Imelda. Suara musik yang sengaja dibiarkan dengan volume keras membuat mereka leluasa mengeluarkan suara sumbang yang dihasilkan kegiatan intens yang mengantarkan surga dunia diantara keduanya. Sampai beberapa waktu lamanya, akhirnya Nagata ambruk di atas tubuh indah Imelda. Imelda mencengkram lengan Nagata dengan kuat.
"Tumben kamu sebentar saja mempermainkan aku. Apakah senjata andalan kamu sudah mulai berkarat ataukah kamu banyak pikiran Nagata?" bisik Imelda. Nagata mengatur irama nafasnya yang masih tersengal-sengal. Kemudian membenarkan posisi nya tidur telentang di samping Imelda. Imelda nyungsep di bawah ketiak Nagata sembari mengusap dada bidang yang masih terekspos sempurna.
"Ini baru permulaan, Imelda! Kau himpun lah tenaga kamu untuk kembali membuat aku senang!" sahut Nagata yang tidak mau dianggap pria loyo yang hanya mampu bertahan beberapa menit saja. Bahkan dilakukan hanya satu ronde atau satu kali permainan saja. Imelda tersenyum lalu turun dari tempat tidur itu.
"Baiklah! Setengah jam lagi aku akan bermain-main dengan kamu. Sebentar aku butuh amunisi," kata Imelda.
"Kau mau kemana?" tanya Nagata yang melihat Imelda segera memakai handuk kimono nya keluar dari ruangan Nagata.
"Ke dapur sebentar, sayang! Aku lapar!" jawab Imelda sambil tersenyum lebar.
"Baiklah, jangan lama-lama segera kembali. Kau kalau butuh obat penambah stamina ada di laci itu," kata Nagata sambil menunjukkan lemari kaca yang ada laci nya. Imelda melihat laci yang ditunjukkan oleh Nagata.
"Oke, siap bos!" sahut Imelda dengan mengedip kan matanya. Imelda keluar dari ruangan itu dan berjalan tanpa mengenakan pakaian yang lain selain hanyalah handuk kimono saja yang panjangnya di atas pahanya. Kaki nya yang jenjang dengan kulit yang putih bersih terlihat menggoda bagi orang yang melihat nya.
Sepanjang lorong menuju anak tangga untuk menuju lantai bawah, Beberapa orang-orang anak buah Nagata memandang Imelda dengan menelan saliva nya. Bayangan laki-laki akan muncul saat melihat Imelda hanya mengenakan handuk kimono saja. Bagaimana kalau handuk itu dilepasnya, semua akan terlihat keindahan wanita yang terekspos sempurna dengan dua pepaya yang besar bergelantungan di bagian dada nya. Apalagi ada bukit kecil dengan hutan yang tumbuh tidak begitu rindang di sana.
Imelda kini duduk di ruang makan. Pelayan yang ada di sana segera menyiapkan makanan. Di sana ada Camelia yang sudah bekerja menjadi salah satu pelayan di sana. Aprilio sudah memberikan tugas kepada Camelia untuk mengurus dapur dan memasak makanan.
"Kamu siapa? Pelayan baru di markas ini yah?" tanya Imelda menatap Camelia dengan tatapan sinis nya. Pikirnya inilah wanita yang akan memiliki kemungkinan bisa menggeser kedudukannya di samping Nagata.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments