Lamaran

Hari-hari berlalu, perbedaan waktu 13 jam tidak menghalangi Devian dan Carissa untuk saling bertukar kabar. Setiap hari mereka tidak pernah absen untuk melakukan panggilan video. Padahal hanya obrolan singkat, bahkan terkadang hanya saling memandangi wajah untuk mengobati rasa rindu yang bersemayam di hati dua sejoli itu.

Carissa mengerjakan tugas-tugas lebih cepat, karena saat ini ia sudah memiliki seseorang yang membuatnya ingin segera kembali ke tanah air. Begitu juga Devian yang menyelesaikan masalah perusahaan secepatnya, karena ia ingin punya waktu lebih lama untuk menyambut kedatangan Carissa. Tanpa sepengetahuan Carissa, diam-diam Devian sudah mempersiapkan pernikahannya. Devian tidak ingin Carissa kabur dari dirinya lagi. Devian ingin Carissa selalu berada disampingnya. Namun terkadang keinginan manusia tak selalu sesuai harapan bukan?

"Sayang apakah kau tidak merindukan aku?" tanya Devian dengan raut wajah cemberut.

Carissa terkekeh mendengar pertanyaan Devian yang kekanakan.

"Devian... sejak kapan kau berubah menjadi pria menyebalkan seperti ini?" ucap Carissa dengan diiringi tawa kecil.

"Jadi menurutmu sekarang aku menyebalkan? Bukannya dulu aku lebih menyebalkan?" tanya Devian dengan mengerutkan dahinya.

Carissa menghela nafas lalu berpikir sejenak.

"Ya memang sih.. dulu kau sangat sangat menyebalkan. Bahkan kau selalu berbicara ketus padaku dan selalu menuduhku yang tidak-tidak." kata Carissa saat mengingat sikap Devian saat pertama kali bertemu.

Devian terkekeh, ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Maafkan aku, Sayang. Tapi kau juga sama, bahkan sejak pertama kali kita berkencan kau belum pernah sekalipun memanggilku dengan sebutan sayang." protes Devian.

Carissa menundukkan wajahnya saat mendengar protes Devian.

"A-aku malu, Dev." jawab Carissa terbata.

"Apa yang membuatmu malu? Apa kau tidak sayang padaku?" tanya Devian memastikan.

"Bukan begitu, Dev." jawab Carissa yang saat ini menatap wajah Devian di layar ponselnya.

"Lalu?" tanya Devian lagi dengan memicingkan kedua matanya.

Carissa terkekeh melihat ekspresi Devian yang baginya sangat menggemaskan.

"Kenapa kau malah tertawa?" tanya Devian lagi saat Carissa malah menertawakannya.

"Kau sungguh lucu, Dev. Aku tidak terbiasa jika harus memanggilmu seperti itu. Akan sangat canggung jika aku memanggilmu dengan sebutan saaayaaang." ucap Carissa yang menekankan panggilan sayang kepada Devian.

Devian terbuai dengan suara Carissa yang memanggilnya sayang.

"Aku ingin mendengarnya lagi." pinta Devian penuh harap.

Carissa menghela nafas, jika ia tidak mengulanginya maka akan terjadi perdebatan panjang antara dirinya dengan Devian. Carissa sangat menghindari perselilisihan didalam hubungannya. Sebisa mungkin Carissa akan membuat hubungannya dengan Devian selalu harmonis, bahkan setelah mereka mengarungi bahtera rumah tangga.

"Baiklah. Tapi maaf jika terdengar aneh, aku masih belum terbiasa." jawab Carissa.

Devian menganggukan kepalanya, ia tidak sabar menunggu panggilan mesra Carissa.

"Devian sayang." panggil Carissa dengan nada lembut.

Seketika tubuh Devian meremang mendengar panggilan mesra Carissa. Devian merasakan desiran aneh mengalir dalam darahnya.

"Aku menyukainya." ucap Devian yang menatap wajah Carissa penuh kerinduan.

"Baiklah, mulai sekarang aku akan membiasakannya. Biar kau tak selalu protes padaku." ucap Carissa yang mengundang tawa Devian.

Mereka melanjutkan obrolannya, setelah mereka puas mereka mematikan panggilan video itu. Carissa bersiap-siap untuk ke kampus, sedangkan Devian sudah bersiap untuk istirahat karena besok pagi Devian akan mengadakan meeting dengan klien penting.

*

*

*

1 minggu berlalu

Hari ini adalah hari yang ditunggu Aninda dan Alex.

Aninda sudah siap dengan kebaya warna merah muda dan rok sepan batik. Aninda merias wajahnya senatural mungkin dan menyanggul rambut ikalnya. Leher jenjangnya yang terekspos semakin mempercantik Aninda.

"Sayang, kamu sudah siap?" tanya Mami Clara yang merupakan ibu Aninda.

Aninda menganggukkan kepalanya.

"Aninda kok tegang ya, Mi." ucap Aninda yang disambut senyuman Mami Clara.

"Rileks, Sayang. Atur nafasmu, usahakan untuk tetap tenang." ucap Mami Clara yang melihat kegugupan putrinya.

"Sepertinya keluarga calon suamimu sudah datang." ucap Mami Clara yang mendengar suara klakson mobil di depan gerbangnya.

Seketika wajah Aninda memucat, ia sangat gugup hari ini. Mami Clara segera membelai lembut punggung putrinya untuk menghilangkan kegugupan putrinya. Kemudian menggandeng tangan Aninda yang terasa dingin untuk menuju ruang tamu dimana Alex akan melamarnya. Aninda dengan erat menggenggam tangan Mami Clara.

"Selamat datang di kediaman kami." ucap sang pemilik rumah, Pandu Brawijaya yang merupakan Papi Aninda.

Pandu menyambut calon besannya dengan ramah lalu mempersilahkan mereka untuk duduk. Tak lupa Pandu meminta para asisten rumah tangga untuk menyiapkan hidangan untuk keluarga Alex.

"Dimana putrimu? Sepertinya anakku sudah sangat tidak sabar untuk meminangnya." ucap Bagas Prakasa yang merupakan ayah Alex.

Alex yang mendengar itu seketika menggaruk kepalanya yang tidak gatal mengundang tawa ayah dan calon mertuanya.

"Yah, jangan menggoda putramu terus. Lihatlah wajahnya sudah seperti udang rebus." ucap Siska, ibu Alex.

Bagas semakin terkekeh mendengar penuturan isterinya itu. Lalu melihat wajah Alex yang tersipu malu.

"Dasar anak muda." ucap Bagas lalu beralih untuk berbicara dengan Pandu.

Dari sudut ruangan terlihat dua wanita sedang berjalan menuju ruang tamu. Pemandangan itu tak luput dari mata Alex yang melihat Aninda sangat cantik malam ini.

"Tutup mulutmu, Lex. Jangan sampai air liurmu menetes." goda Ibu Siska yang melihat Alex terpesona dengan calon mantunya, Aninda.

Alex terkesiap, ia segera menutup mulutnya rapat-rapat. Lagi-lagi ia kepergok oleh ibunya sendiri.

"Bu, jangan membuatku malu disini." gerutu Alex pelan.

Siska hanya tertawa kecil mendengar ocehan putranya itu.

Aninda duduk diapit oleh Papi dan Maminya berhadapan dengan Alex dan kedua orangtuanya. Suasana di ruangan itu tiba-tiba menjadi hening membuat Aninda kembali gugup. Mami Clara yang mengetahui itu dengan sigap membelai lembut punggung putrinya lalu melemparkan senyum kepada Aninda.

"Baiklah, maksud kedatangan kami kesini adalah dengan niat baik untuk melamar Aninda Putri sebagai calon isteri putra semata wayang kami, Alexander Prakasa." ucap Bagas, ayah Alex membuka acara kedua keluarga ini.

Alex dan Aninda saling bertemu tatap. Dua sejoli itu sama-sama bahagia, karena sebentar lagi akan memasuki tahapan serius dalam hubungan mereka.

"Saya terserah pada Aninda saja. Jika Aninda setuju maka saya dan isteri pun demikian." jawab Papi Aninda.

"Bagaimana, Nak Aninda?" tanya ayah Alex pada Aninda.

Aninda mendongakkan kepalanya, lalu menatap kedua orangtuanya bergantian. Kemudian ia juga menatap Alex yang sudah tidak sabar menunggu jawabannya. Aninda menghela nafas sesaat lalu menganggukan kepalanya.

"Alhamdulillah..." ucap para orangtua serempak diiringi senyum kelegaan di wajah Alex.

"Oke dengan begitu kita bisa membahas rencana berikutnya. Bagaimana pertunangan dulu?" tanya Bagas pada calon besannya.

"Emm.. langsung akad saja, Yah." ucap Alex tak sabar.

Bagas dan Siska menatap wajah Alex yang sudah tak sabar untuk menikah itu.

"Baiklah.. sepertinya putramu sudah tidak sabar menjadikan putriku sebagai isterinya." ucap Pandu yang disambut tawa seluruh anggota keluarga di ruang tamu itu.

Aninda menundukkan wajahnya tersipu malu.

"Kau ini bisa tidak ditahan sedikit. Kau membuatku malu." ucap Aninda kesal pada Alex.

Alex terkekeh pelan.

"Kalau sudah punya niat baik, lebih cepat lebih baik bukan?" ucap Alex pada Aninda yang mendapatkan tatapan tajam Aninda.

"Kau ini! Berhentilah menggoda calon isterimu!" ucap Siska yang menepuk paha Alex.

Alex terkekeh.

"Benar kata Alex, lebih cepat lebih baik. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Maka sebaiknya segera menikahkan kedua anak yang sudah tidak sabar ini." ucap Pandu dengan terkekeh pelan.

Aninda dan Alex seketika bersemu merah. Dua sejoli itu sangat malu.

Perbincangan dilanjutkan untuk menentukan hari pernikahan Alex dan Aninda. Kedua keluarga itu akhirnya sepakat 3 bulan lagi, Alex dan Aninda akan menikah. Setelah itu Alex dan kedua orangtuanya pamit karena waktu sudah mulai larut.

Aninda tersenyum lega. Aninda tak menyangka hubungannya dengan Alex akan secepat ini menuju tahap keseriusan. Aninda masuk ke kamarnya ia segera membersihkan diri lalu mengganti pakaiannya dengan piyama tidur. Aninda mengambil ponselnya lalu memotret tangannya yang memfokuskan jari manisnya yang sudah disematkan cincin oleh Alex. Aninda mengirim gambar itu di grup yang beranggotakan dirinya, Saras dan Carissa.

One more step ♡

Tulis Aninda pada gambar yang dikirimnya.

Tring!

Aninda membuka ponselnya untuk melihat balasan pesan yang masuk dari sahabatnya.

Saras : Seriously???

Carissa : Yeay! Finally duo bucinku bakalan married. Seneng banget!

Aninda segera melakukan panggilan video kepada Saras dan Carissa.

"Selamat, Aninda!" ucap Carissa dengan wajah bahagia.

"Terimakasih, Riss." balas Aninda yang malu-malu.

"Kapan kalian menikah?" tanya Carissa penasaran.

"3 bulan lagi." jawab Aninda yang sangat bahagia.

"Ehem.. ehem... sahabatku sudah mau menikah. Sebentar lagi pasti Carissa dan Pak Devian akan menyusul. Jiwa jombloku ingin menangis saja." ucap Saras melas.

Aninda dan Carissa serempak tertawa mendengar perkataan Saras.

"Tertawalah kalian diatas penderitaan si jomblo!" gerutu Saras.

Carissa menatap Saras lalu Aninda, tiba-tiba muncul sebuah ide.

"Bagaimana kalau kau aku kenalkan dengan seorang pria?" tawar Carissa pada Saras.

Saras menatap Carissa antusias.

"Siapa dia?" tanya Saras penasaran.

"Nin, kau tau Dewa kan? Sepertinya dia jomblo." tanya Carissa pada Aninda.

"Dewa? Dewa Anggara?" tanya Aninda memastikan.

Carissa menganggukkan kepalanya. Aninda sejenak berpikir.

"Boleh juga tuh. Sepertinya sangat cocok untuk sahabat kita yang satu ini." ucap Aninda terkekeh pelan.

"Tunggu-tunggu. Dewa Anggara? Sepertinya aku pernah mendengar nama itu." ucap Saras yang tidak asing dengan nama pria yang disebut kedua sahabatnya itu.

"Tentu saja. Dia kan HRD di MF Group." jawab Aninda mantap.

"Apa???" pekik Saras yang membuat Aninda dan Carissa tertawa.

"Hei, kalian sahabat macam apa? Kalian menjodohkan aku dengan Pak Dewa?" tanya Saras memastikan.

Aninda dan Carissa kompak menganggukkan kepala.

"Kalian gila! Lebih baik aku menjadi perawan tua daripada harus berkencan dengan Pak Dewa." gerutu Saras kesal dengan kedua sahabatnya.

"Jangan begitu. Awas nanti jatuh cinta lho!" goda Carissa.

"Tidak mungkin! Itu takkan terjadi!" elak Saras.

"Jodoh siapa yang tau." imbuh Aninda dengan senyuman menggoda Saras.

"Kalian berhentilah menggodaku!" ucap Saras yang mulai kesal.

Aninda dan Carissa tertawa kecil.

"Sudah-sudah jangan marah-marah terus. Lihat wajahmu itu, sudah mulai terlihat keriput." ucap Carissa yang membuat Saras seketika mengambil cermin dan memerhatikan wajahnya.

Aninda tertawa melihat kelakuan sahabatnya itu.

"Rissa! Awas saja kau kalau sudah pulang. Aku akan membalasmu!" ucap Saras yang menyadari dirinya dikerjai Carissa.

"Maaf-maaf." jawab Carissa masih terkekeh.

"Tapi sebaiknya Dewa bisa kamu pertimbangkan." ucap Carissa lagi untuk meyakinkan Saras.

"Tidak tidak! Terimakasih. Dia adalah pria berdarah dingin, lebih baik aku tidak berhubungan dengannya." jawab Saras begitu saja. Saras teringat saat pertama kali bertemu Dewa waktu interview pertamanya di MF Group. Tatapan dingin, perkataan yang judes memberikan kesan menyeramkan bagi Saras. Sangat bertolak belakang dengan karakter Saras.

"Sebenarnya Dewa itu pria yang baik. Memang terlihat dingin, tapi saat kau mengenalnya dia cukup lembut dan perhatian." ucap Carissa.

"Oh tidak! Kenapa tidak kau saja yang menjalin hubungan dengan Pak Dewa, Riss?" ucap Saras mencoba membalikkan keadaan yang sontak membuat Aninda tertawa puas mendengarnya.

"Sialan! Lalu bagaimana dengan Devian? Aku tidak mau membangkitkan serigala yang sedang bersembunyi." jawab Carissa.

Saras tertawa puas. Sekarang dirinya tidak lagi terpojokkan.

Aninda hanya menggeleng-gelengkan kepalanya mengamati kelakuan dua sahabatnya itu.

"Ris, aku ingin kamu yang mendesain gaun pernikahanku ya!" pinta Aninda setelah dua orang sahabatnya berdamai.

"Akan aku usahakan ya." jawab Carissa.

"Tidak pokoknya harus kamu." desak Aninda.

Carissa menghela nafas mengingat waktunya hanya 3 bulan untuk membuatkan gaun pengantin sahabatnya itu.

"Baiklah.." ucap Carissa.

"Aku yakin kamu akan membuatkan gaun terbaik untukku. Kamu pasti sudah tau gaun impianku kan?" tanya Aninda.

Carissa menjawabnya dengan anggukan.

"Aku yakin dengan kemampuanmu, Ris. Terimakasih banyak, tenang saja aku akan membayarnya." ucap Aninda.

"Tidak perlu. Anggap saja itu hadiah pernikahan dariku untukmu." kata Carissa dengan tersenyum tipis pada Aninda.

"Wow wow! Sepertinya aku juga mau gaun pernikahan khusus dibuatkan oleh desainer hebat Carissa Elvina." sahut Saras yang daritadi menyimak pembicaraan Aninda dan Carissa.

"Boleh. Tapi ada satu syaratnya." ucap Carissa.

"Apa itu?" tanya Saras penasaran.

"Temukan dulu calonnya." jawab Carissa dengan tawa jahatnya yang kemudian diikuti tawa Aninda.

"Sialan kau, Ris! Awas saja kalau aku sudah menemukan pria yang mau menikahiku, maka aku akan menagih gaun pernikahanku padamu! Jangan sampai kau melupakan itu." ucap Saras kesal namun tidak membuatnya bertengkar dengan Carissa karena memang hubungan persahabatan mereka sudah seperti saudara.

"Baiklah. Aku janji!" ucap Carissa mantap.

(Alex dan Aninda akan segera menikah nih. Lalu bagaimana kisah cinta si peran utama ya? Kira-kira apa yang akan terjadi pada hubungan Devian dan Carissa? Akankah seperti hubungan Alex dan Aninda yang tanpa hambatan? Atau akan melewati lika liku tajam?)

Readers boleh tulis ide cerita selanjutnya untuk kisah Devian dan Carissa di kolom komentar ya!

Terimakasih sudah setia menunggu kelanjutan kisah "Gejolak Cinta Tuan dan Nona Muda" . Salam cinta dari minthor buat kalian ❤❤❤❤

-BERSAMBUNG

*

*

*

Episodes
1 Kesialan Pertama
2 Sosok Pria Gila
3 Menyadari Ada yang Hilang
4 Anugerah atau Musibah
5 KESAN PERTAMA
6 Rubah Wanita Itu!
7 Wanita Tangguh
8 Hanya Sesaat
9 Ciuman Pertamaku!
10 Mencair
11 Perjodohan
12 Rencana Carissa
13 Sisi Lain Devian
14 Wanita yang Kuperjuangkan!
15 Romantis
16 Keraguan
17 Kebenaran Terungkap
18 Ikatan Cinta
19 Lamaran
20 Meriang
21 Pria Dingin
22 Kabar Bahagia
23 Terindah
24 Pulang
25 Kejutan
26 Bertemu Calon Mertua
27 Yess, I will.
28 Hari Bahagia
29 Malam Pertama
30 Pria Menyebalkan
31 Kejutan
32 Jodoh
33 Cinta Pertama
34 Masa Depan
35 Buah Jatuh Tak Jauh dari Pohonnya
36 Dewa Penyelamat
37 Bertanggungjawab
38 Seriusnya Istriku
39 Mendarah Daging
40 Manusia Beruntung
41 Belanja Alat Tempur
42 Malam Dingin
43 Piknik Keluarga
44 Jiwa Muda
45 Menikmati Senja
46 Dasar Pendendam!
47 Maafkan Aku
48 Tempat yang Salah
49 Makan Malam
50 Istri yang Menggemaskan
51 Menahan
52 Pesta Pernikahan
53 Kejutan dari Suami
54 Nasib
55 Pria Misterius
56 Berteman
57 Penyelidikan
58 Kehidupan Suami Istri
59 Terbuka
60 Sekilas Cerita
61 Tidak Normal
62 Sahabat
63 Yang Terlupakan
64 Mutiara
65 Hadiah untuk Mertua
66 Ada Maunya
67 Posesif
68 Pesta Perayaan
69 Bertemu Dengannya
70 Masa lalu Carissa
71 Bisnis Carissa
72 Hari yang Dinanti
73 Suami Protektif
74 Menyesal
75 Berubah
76 Kabar Bahagia
77 Menyerah
78 Cinta Merubah Segalanya
79 Kebaikan Tuan Muda
80 Nyidam
81 Serangan Devian
82 Rencana
83 Dibuat Penasaran
84 Kejutan dari Suami
85 Berdua Denganmu
86 Ternyata Bukan Mimpi
87 Suami Tajir
88 Terjebak Sendiri
89 Menuju Kebahagiaan
90 Akhir Bahagia
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Kesialan Pertama
2
Sosok Pria Gila
3
Menyadari Ada yang Hilang
4
Anugerah atau Musibah
5
KESAN PERTAMA
6
Rubah Wanita Itu!
7
Wanita Tangguh
8
Hanya Sesaat
9
Ciuman Pertamaku!
10
Mencair
11
Perjodohan
12
Rencana Carissa
13
Sisi Lain Devian
14
Wanita yang Kuperjuangkan!
15
Romantis
16
Keraguan
17
Kebenaran Terungkap
18
Ikatan Cinta
19
Lamaran
20
Meriang
21
Pria Dingin
22
Kabar Bahagia
23
Terindah
24
Pulang
25
Kejutan
26
Bertemu Calon Mertua
27
Yess, I will.
28
Hari Bahagia
29
Malam Pertama
30
Pria Menyebalkan
31
Kejutan
32
Jodoh
33
Cinta Pertama
34
Masa Depan
35
Buah Jatuh Tak Jauh dari Pohonnya
36
Dewa Penyelamat
37
Bertanggungjawab
38
Seriusnya Istriku
39
Mendarah Daging
40
Manusia Beruntung
41
Belanja Alat Tempur
42
Malam Dingin
43
Piknik Keluarga
44
Jiwa Muda
45
Menikmati Senja
46
Dasar Pendendam!
47
Maafkan Aku
48
Tempat yang Salah
49
Makan Malam
50
Istri yang Menggemaskan
51
Menahan
52
Pesta Pernikahan
53
Kejutan dari Suami
54
Nasib
55
Pria Misterius
56
Berteman
57
Penyelidikan
58
Kehidupan Suami Istri
59
Terbuka
60
Sekilas Cerita
61
Tidak Normal
62
Sahabat
63
Yang Terlupakan
64
Mutiara
65
Hadiah untuk Mertua
66
Ada Maunya
67
Posesif
68
Pesta Perayaan
69
Bertemu Dengannya
70
Masa lalu Carissa
71
Bisnis Carissa
72
Hari yang Dinanti
73
Suami Protektif
74
Menyesal
75
Berubah
76
Kabar Bahagia
77
Menyerah
78
Cinta Merubah Segalanya
79
Kebaikan Tuan Muda
80
Nyidam
81
Serangan Devian
82
Rencana
83
Dibuat Penasaran
84
Kejutan dari Suami
85
Berdua Denganmu
86
Ternyata Bukan Mimpi
87
Suami Tajir
88
Terjebak Sendiri
89
Menuju Kebahagiaan
90
Akhir Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!