Drt.
Drt.
Ponsel Carissa bergetar.
Carissa yang sedang duduk bersandar di tempat tidur langsung mengambil ponselnya di atas nakas.
"Hallo.." sapa Carissa
"Selamat siang, Nona Carissa Elvina?" sapa suara bass seorang pria diseberang sana.
"Siang, iya saya sendiri." jawab Carissa dengan suara khas mezzo-soprannya yang lembut.
"Saya Dewa Anggara, HRD dari MF Group. Kebetulan ingin melakukan interview ulang untuk Nona Carissa besok pagi jam 08.00. Apakah Anda bersedia?"
"MF Group? Mahendra Fashion Group?" tanya Carissa tak percaya.
"Iya, Nona. Bagaimana?" tanya Pak Dewa lagi.
"Ba-baik. Saya bersedia, Pak." jawab Carissa cepat dan antusias.
"Baik, kami tunggu kedatangan Anda jangan terlambat lagi ya. Kesempatan tidak datang 3 kali" ucap Pak Dewa lalu memutuskan pembicaraan tersebut.
Carissa terkekeh pelan mendengar peringatan itu.
"Hiyaaaaa..."
"Horeeee!!!"
Teriak Carissa penuh kegirangan sambil melompat-lompat.
"Alhamdulillah, ya Allah.. aku diberi kesempatan lagi untuk bekerja di perusahaan hebat itu." gumam Carissa dengan penuh syukur.
*
*
*
Esok hari, pukul 04.30
Kring!
Kring!
Alarm berbunyi.
"Hoam..."
Carissa perlahan membuka mata lalu meliukkan badannya. Setelah kesadaran terkumpul penuh, ia segera masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri lalu melaksanakan shalat subuh.
"Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarakatuh.."
Seusai mengucapkan salam, Carissa mengangkat dan menengadahkan tangannya untuk berdo'a kepada Sang Rahman.
Carissa melipat mukena dan sajadahnya lalu bangkit dan menyimpannya di nakas samping tempat tidurnya.
Carissa berjalan menuju walk in closetnya, lalu mengambil pakaian untuk interview ulang hari ini.
"Bismillah.. semoga hari ini lancar, ya Allah.."
Carissa sudah bersiap dengan pakaian formalnya.
Ia memilih blouse warna hitam lalu cardigan dan celana abu-abu yang sangat cocok dengan warna kulitnya yang putih. Hari ini ia menguncir kuda rambut hitamnya yang panjang dan lurus, menampakkan lehernya yang jenjang. Carissa memoles make up tipis sehingga tetap terlihat natural dengan warna bibir merah muda. Dirasa penampilannya sudah sempurna, Carissa turun menuju ruang makan untuk sarapan.
"Wih, anak Mama cantik sekali." celetuk Mama Allisa melihat anaknya sudah siap dengan pakaian kerjanya.
"Iya dong, Ma. Anak siapa dulu." sahut Papa Cakra tersenyum bangga.
"Aih.. Papa Mama, kan aku anak kalian." jawab Carissa tak tahan dengan tingkah kekanakan orangtuanya.
"Ayo sarapan, Nak." ajak Mama Allisa.
"Wah, nasi goreng teri plus telor ceplok setengah matang favourite-ku nih." kata Carissa bersemangat menuju meja makan tak sabar segera menyantap menu kesukaannya itu.
"Iya dong, makannya pelan-pelan ya. Gak bakal dihabisin Papa kok." gurau Papa Cakra melihat Carissa yang makan dengan terburu-buru seolah takut nasinya akan diambil orang lain.
Mama Allisa tertawa kecil.
"Alhamdulillah.. Carissa kenyang. Masakan Mama memang terdabest!!" sorak Carissa sambil mengacungkan dua jempol kepada sang Mama.
Papa dan Mama tertawa kompak melihat kelakuan anak perempuan tunggalnya itu.
"Sayang, gimana hari ini kamu udah mulai kerja?" tanya Papa Cakra.
"Belum Pa, hari ini Rissa baru mau interview ulang soalnya kemarin gagal karena Rissa datang terlambat." jawab Rissa setelah meneguk segelas air.
"Kenapa sih kamu gak nerusin usaha Papa Mama aja, kan kamu gak perlu repot-repot begini." sahut Mama Allisa.
"Ma, kan Rissa sudah pernah bilang keinginan Rissa seperti apa. Rissa minta Mama Papa support Rissa apapun keputusan Rissa. Ini juga buat kebaikan Rissa kedepannya, biar gak selalu mengandalkan Papa Mama terus." jelas Carissa tegas tapi tetap dengan nada yang santun.
"Iya, iya Sayang. Tapi usaha Mama Papa nanti siapa yang bakal nerusin kalau bukan kamu?" tanya Mama Alissa.
"Ma, nanti Rissa bakal nerusin bisnis Papa Mama. Tenang aja, Ma. Kan Rissa sedang proses mempersiapkan itu semua." jawab Rissa dengan penuh semangat.
Mama Allisa hanya tersenyum dan geleng-geleng dengan tekad kuat anak perempuannya itu.
"Papa akan dukung kamu 100%, Nak. Apapun yang terbaik buat kamu." sahut Papa Cakra bangga.
"Oh iya, kamu ini kerja dimana sih, Sayang?" tanya Mama Allisa penasaran.
"Di MF Group, Ma." jawab Carissa cepat.
"Bukannya itu perusahaan fashion yang terkenal itu?" sahut Papa Cakra.
"Betul sekali, Pa."
"Wah, hebat sekali. Semoga lancar ya, Sayang."
"Aamiin. Terimakasih, Pa. Carissa berangkat dulu ya Pa, Ma. Carissa takut nanti terlambat dan gagal lagi." kata Carissa terkekeh lalu menjabat dan mencium punggung tangan kedua orangtuanya itu.
"Assalamu'alaikum.." pamit Carissa.
"Wa'alaikumsalam.." jawab Papa Mama kompak.
*
*
*
Lobby MF Group.
Jam 07.45
Carissa sudah duduk di kursi lobby untuk menunggu panggilan interview. Carissa penuh semangat dan keyakinan bisa melaluinya dengan mudah.
Waktu sudah menunjukkan pukul 08.00, namun Carissa belum dipanggil.
"Mbak, kok saya belum dipanggil ya?" tanya Carissa kepada resepsionis wanita.
"Nona Carissa Elvina ya?" tanya resepsionis itu dengan tersenyum ramah.
"Iya, Mbak." jawab Carissa sambil membalas senyuman.
"Baik, ditunggu saja ya . Soalnya nanti yang menginterview Nona Carissa adalah CEO MF Group sendiri."
"Hah? Gak salah?" tanya Carissa tak percaya.
"Kenalkan saya Tiara Pradita. Nona bisa panggil saya Tiara." kata respsionis itu memperkenalkan diri menjulurkan tangannya ke arah Carissa.
"Oh, saya Carissa Elvina. Panggil saja saya Rissa." jawab Carissa lalu menjabat uluran tangan wanita yang ada dihadapannya itu.
"Mbak Rissa cantik sekali, tangannya juga lembut. Kenapa Pak Devian mau menginterview langsung ya? Siapa sebenarnya wanita ini?" batin Tiara penasaran.
Carissa kembali ke tempat duduknya. Ia sibuk memainkan ponsel untuk menghilangkan kejenuhan saat ia menunggu seperti ini.
30 menit berlalu. Carissa belum dipanggil juga. Carissa masih bersabar, ia berpikir mungkin sang CEO datang terlambat.
Sampai pukul 10.30 Carissa belum dipanggil. Carissa sudah mulai jengah.
"Apa-apaan ini. Sial, aku dipermainkan." umpat Carissa dalam hati.
Carissa mulai emosi karena ia sudah menunggu lama, ia mulai menghentak-hentakkan kakinya. Terkadang memanyunkan bibirnya sambil menggerutu dalam hati.
Tanpa ia sadari di lantai 10, seorang pria sedang memantaunya dari laptop yang memperlihatkan tingkah lucu Carissa yang sedang kesal menunggu.
"Rasakan kamu wanita kurang ajar. Kita lihat seberapa sabarkah kamu menungguku?" batin Devian dengan seringai puas.
"Tega sekali kau, Dev." kata Alex geleng-geleng melihat kelakuan sahabat sekaligus bosnya itu.
Sejak Carissa duduk di kursi lobby, sejak saat itu juga mata Devian tak lepas dari layar laptop untuk mengawasi mangsanya itu. Alex tidak tau apa yang dipikrkan oleh Devian saat ini.
"Dia cantik loh. Lebih baik aku mengajak dia makan siang." kata Alex melihat jam sudah menunjukkan pukul 12.00. Alex hendak keluar ruangan namun suara Devian menahannya.
"Tiara, persilahkan Carissa masuk ke ruangan saya." kata Devian melalui telpon kantornya yang ia sambungkan ke resepsionis.
"Baik, Pak." jawab Tiara.
"Heh, apa-apaan kamu, Dev? Daritadi kamu biarin dia nunggu di lobby. Eh, giliran aku berniat mengajaknya makan siang malah kamu panggil." gerutu Alex dengan kesal.
"Jangan berani-berani mengganggu mangsaku." sahut Devian dengan tatapan tajam seolah menusuk tepat di hati Alex.
"Terserah kau lah, aku lapar." Alex bergegas keluar dari ruangan Devian karena memang ia benar-benar lapar.
Saat keluar dari lift, ia melihat Carissa di lobby sedang berbincang dengan Tiara.
"Nona Carissa, silahkan Anda ke ruangan CEO di lantai 10." kata Tiara dengan ramah.
"Baik, terimakasih Tiara." jawab Carissa lalu bergegas menuju lift.
"Syukurlah.. Bos kutub gak benar-benar membiarkan wanita cantik ini mati karena kesal." batin Tiara lalu bernafas lega.
Saat Carissa berjalan menuju lift, ada seorang pria yang menghalangi jalannya.
"Maaf, permisi. Saya mau lewat." kata Carissa sopan.
"Ah iya, silahkan." sahut pria itu.
"Eh, tunggu!" teriak pria itu setelah mengetahui Carissa memasuki lift. Alex langsung bergegas menahan pintu lift agar tidak tertutup.
"Iya, Tuan. Ada apa?" tanya Carissa heran dengan pria dihadapannya.
"Apakah kamu yang namanya Carissa Elvina?" tanya Alex untuk meyakinkan.
"Iya, saya Carissa." jawab Carissa datar.
"Hem... baiklah. Saya harap kamu hati-hati nanti kalau ketemu sama serigala. Dia sudah lama gak punya mangsa." kata Alex sambil berlalu meninggalkan lift dan membiarkan Carissa menuju ke ruangan Devian.
Carissa hanya menatap pria didepannya dengan wajah bingung.
"Apa sih nih orang, gak jelas banget." batin Carissa.
"Cantik juga. Cocok nih jadi Nona Muda Devian." batin Alex lalu terkekeh pelan.
Ting!
Pintu lift terbuka, Carissa segera mencari ruangan CEO. Carissa menelusuri lantai 10, setelah itu di paling ujung ia melihat ruangan dengan plang bertuliskan "CEO". Carissa menuju ruangan itu dengan perasaan gugup, kesal tak karuan. Setelah sampai di depan pintu, Carissa mencoba mengatur nafasnya dan menetralkan perasaannya yang campur aduk. Lalu ia memberanikan diri untuk mengetuk pintu.
Tok! Tok!
Tak ada jawaban.
Tok! Tok!
"Ya, masuk." terdengar suara bariton pria dari dalam ruangan.
Carissa menarik nafas lalu menghembuskan secara perlahan. Perlahan Carissa membuka pintu, lalu melangkah memasuki ruangan tersebut dengan kepala tertunduk. Tanpa Carissa sadari ada sepasang mata yang menatapnya dengan seringai puas. Setelah mendekati meja sang CEO, Carissa baru mengangkat wajahnya, dan......
"Kamu?" kata Carissa kaget dengan matanya yang melotot tak percaya melihat pria yang saat ini ada dihadapannya.
Devian menyunggingkan sudut bibirnya menatap wanita yang ada dihadapannya.
"Carissa Elvina?" sambut Devian tetap dengan senyum seringai dibibirnya.
"Iya, saya Carissa Pak." jawab Carissa gugup.
"Silahkan duduk." kata Devian mempersilahkan Carissa untuk duduk di kursi yang berada di depannya.
"Ba-baik, Pak." sahut Carissa gugup.
"Kenapa aku merasakan firasat buruk." batin Carissa
Lalu Carissa duduk, dan tanpa sadari pria didepannya itu tertawa dalam hati.
"Haha, dasar wanita kurang ajar. Bodoh kenapa nurut sekali." batin Devian.
"Saya CEO Mahendra Fashion Group, Devian Mahendra. Salam kenal, Nona Carissa Elvina. Selamat bergabung di perusahaan kami." kata Devian, suaranya terkesan dingin tapi sangat berwibawa.
"Baik, Pak Devian. Kalau boleh tau, saya bekerja di posisi apa ya, Pak?" tanya Carissa penasaran. Firasat buruknya semakin kuat mendengar suara Devian yang terkesan mengejek.
"Ya, baguslah kamu menanyakan ini agar kamu besok gak salah masuk ruangan. Melihat ambisi dan tekadmu yang sangat kuat, saya pikir akan menempatkan kamu di posisi yang sangat bagus untuk meniti karir dari awal." jawab Devian dengan seringai jahat.
"Kamu bekerja sebagai office girl."
"Hah?" sontak Carissa kaget.
"Tuh kan, ini yang namanya firasat buruk." batin Carissa.
"Kenapa? Kamu gak terima? Kalau kamu gak terima, kamu bisa mengundurkan diri." kata Devian sarkas.
"Ti-tidak, Pak." jawab Carissa.
Carissa tau Devian sengaja memberi pekerjaan itu pada Carissa. Tapi Carissa gak mau terlihat lemah dihadapan pria sombong itu. Carissa harus membuktikan kalau dia bisa, dan membuktikan kepada orangtuanya bahwa ia bisa mandiri dan memulai karirnya sendiri dari nol.
"Terimakasih atas kesempatan yang telah Pak Devian berikan. Saya akan berusaha sebaik mungkin untuk pekerjaan ini." kata Carissa mantap dan penuh percaya diri.
"Hem.. lumayan juga nih cewek. Kita lihat saja berapa lama kamu bertahan disini." batin Devian dengan tatapan merendahkan Carissa.
"Oke, kamu bisa mulai bekerja besok jam 07.00. Seragam bisa kamu ambil di resepsionis." jelas Devian lalu mempersilahkan Carissa keluar dengan kode mengibaskan tangannya.
"Baik, Pak."
"Sial! Ini sih dapet pekerjaan bukan jadi anugerah malah musibah." batin Carissa.
(Carissa sudah masuk ke perangkap Devian nih, kira-kira gimana ya kelanjutannya? Apakah Carissa betah dengan pekerjaannya? Atau memilih untuk melanjutkan bisnis orangtuanya saja?)
-BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments