"Cih! Kenapa aku peduli pada si rubah licik itu?" batin Devian sambil mengacak rambutnya namun tak merubah tatanan rambutnya yang bergaya puffy undercut. Ia menuju meja kerjanya lalu mengambil seragam office girl milik Carissa.
"Kamu hari ini boleh pulang. Tapi besok pagi jam 07.00 sudah harus ada di perusahaan ini." kata Devian lalu menyerahkan seragam kepada Carissa.
"Baik, terimakasih Pak." jawab Carissa seraya menerima seragam yang berwarna biru langit dengan tulisan bordir MF Group di bagian dada sebelah kanan.
"Kok ini bisa sama Bapak?" tanya Carissa.
"Tadi sopir pribadi Bunda yang nganterin." jawab Devian lalu beranjak keluar dari ruang istirahat miliknya tanpa menoleh ke arah Carissa.
"Hmm..." gumam Carissa.
Ia bergegas turun dari ranjang untuk segera pulang ke rumah supaya lebih cepat istirahat.
"Ssshhh..." desah Carissa saat mencoba menggunakan sepatu miliknya.
Carissa tanpa pikir panjang langsung menenteng sepatunya, ia berjalan tanpa alas kaki.
"Begini lebih baik.." batin Carissa dengan senyum simpul di wajahnya.
Devian yang tidak sengaja melihat Carissa ia sejenak memerhatikan kaki Carissa yang telanjang.
"Di rak dekat pintu keluar ada sandal slop warna hitam. Pakailah dulu, besok kembalikan ke tempat semula." ucap Devian dengan suara dinginnya dan mata yang sudah kembali sibuk menatap laptop didepannya.
"Terimakasih, Pak." jawab Carissa lalu melemparkan senyum manisnya kepada Devian.
Sesaat kedua mata mereka saling bertemu.
"Jangan kepedean. Aku melakukan ini karena tidak mau karyawan baruku sakit. Dan aku tidak mau dinilai sebagai Bos yang tidak berperasaan karena membiarkan karyawanku pulang tanpa alas kaki." oceh Devian.
"Ternyata kelembutannya tadi hanya sesaat." batin Carissa yang memanyunkan bibirnya.
Carissa menghela nafas,
"Terserah Bapak, yang jelas saya sangat berterimakasih atas kebaikan Bapak hari ini." jawab Carissa yang sudah memakai sandal yang dimaksud Devian lalu keluar dari ruangan kerja Devian.
*
*
*
30 menit berlalu, mobil taxi yang ditumpangi Carissa sudah berhenti di depan rumah megahnya.
Carissa bergegas turun setelah membayar ongkos kepada sopir taxi, ia segera menuju kamarnya untuk istirahat. Carissa langsung masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
20 menit, Carissa keluar dari kamar mandi dengan kimono handuk merah muda dan rambutnya yang basah. Carissa menuju ke meja rias di samping ranjangnya, ia melakukan rutinitas perawatan wajah dan tubuhnya. Setelah itu, ia menuju walk in closet miliknya. Carissa memakai setelan tanktop dan hotpant warna hitam lalu merangkak ke atas kasur. Carissa menarik selimut dan memejamkan matanya.
15.00
Drt
Drt
Carissa perlahan membuka matanya, suara getar ponsel membangunkan dirinya.
"Hallo, Nin..." sapa Carissa dengan suara serak khas bangun tidur.
"Rissa, dinner bareng yuk! Aku mau berbagi kabar bahagia nih." ucap Aninda yang terdengar sangat bersemangat.
"Kabar apaan sih?" tanya Carissa sambil berusaha mengumpulkan nyawanya yang masih setengah.
"Kalau aku bilang sekarang bukan suprise lagi dong!" seru Aninda.
Carissa terkekeh pelan sambil membayangkan ekspresi Aninda yang kesal.
"Iya deh.. berarti kamu yang bayarin ya!" ucap Carissa.
"Iya iya, tenang aja. Kalo perlu aku jemput kamu sekalian gimana?" tawar Aninda yang tentunya sudah tau jawaban Carissa yang pasti menolak.
"Gak usah, shareloc aja dimana." jawab Carissa santai.
"Arion Caffe, dekat alun-alun kota. Jam 7 ya!"
"Oke, see you." ucap Carissa lalu mematikan ponselnya.
Carissa turun dari kasurnya lalu menuju kamar mandi untuk membasuh wajahnya. Setelah itu, Carissa menuju walk in closet miliknya, ia membuka dan mulai memilih pakaian yang akan ia gunakan untuk dinner bersama sahabat terbaiknya saat ini.
Mata Carissa tertuju pada midi length loose dress warna hitam lalu ia memadukannya dengan kemeja panjang warna putih di dalamnya. Carissa juga mengambil sepatu boot wedges warna hitam yang menutupi mata kakinya.
Carissa menuju meja rias, ia memoles wajahnya dengan make up tipis agar tetap terlihat natural. Carissa juga mencepol rambutnya sebagian dan membiarkan sisanya terurai yang membuatnya terlihat menggemaskan. Tak lupa ia memakai tas selempang vintage yang semakin menyempurnakan tampilannya.
17.00
Carissa sudah siap, ia sengaja berangkat lebih cepat karena ia ingin menikmati udara sore dan juga langit senja.
"Mbok, Carissa pamit ya. Mau dinner bareng Aninda." ucap Carissa pada Mbok Asih yang sedang membersihkan ruang tamu.
"Baik, Non.. hati-hati di jalan. Jangan pulang kemaleman ya, nanti dimarahin Tuan dan Nyonya." jawab Mbok Asih memperingatkan majikan mudanya.
"Tenang aja, Mbok. Kan Papa Mama masih di Singapore." ucap Carissa dan berlalu meninggalkan Mbok Asih.
Carissa langsung menaiki sepeda motor tukang ojek yang sudah ia berhentikan, yang kebetulan lewat tepat saat ia keluar dari gerbang rumahnya.
"Mas, ke Arion Caffe ya."
"Baik, Mbak. Silahkan pakai helmnya." ucap tukang ojek sambil memberikan helm hijau kepada Carissa.
Sore ini udaranya segar sekali. Carissa sengaja meminta tukang ojek untuk memilih jalur memutar yang melewati pusat penghijauan kota. Langit yang mulai berwarna jingga semakin menambah indahnya suasana di jalanan yang Carissa lalui.
Sudah lama Carissa tak merasakan ketenangan setelah sibuk dengan kuliahnya yang mengharuskan ia untuk kerja sambilan juga. Carissa sengaja mengambil tawaran sebagai model freelance untuk mendapatkan penghasilan. Ya, Carissa ingin sekali merasakan jerih payah mencari uang. Carissa tidak ingin dinilai orang hanya bisa menikmati kekayaan kedua orangtuanya. Carissa ingin merasakan susah senangnya untuk meraih kesuksesan dengan caranya sendiri. Setelah lulus Carissa juga melamar kesana kemari untuk mendapatkan pekerjaan. Seperti saat ini, Carissa malah bekerja menjadi seorang office girl. Padahal gadis tangguh ini bisa saja dengan mudah menjadi Bos di perusahaan kedua orangtuanya. Hanya saja karena bisnis kedua orangtuanya yang bergerak di sektor perkebunan, tidak sesuai dengan minat bakatnya. Carissa sangat tertarik dengan fashion, makanya Carissa memilih bekerja di Mahendra Fashion Group. Meskipun saat ini ia hanya sebagai office girl, Carissa tetap optimis bisa mendapatkan posisi pekerjaan yang sesuai dengan minat bakatnya.
Kurang lebih 1 jam perjalanan, akhirnya Carissa sudah sampai ditempat yang sudah ia dan sahabatnya sepakati. Caffe ini berdiri dengan bangunan 2 lantai dan mengusung konsep industrial. Parkiran yang dipenuhi mobil menandakan caffe ini penuh dengan pengunjung. Banyak pasangan muda mudi yang sudah memenuhi bangku caffe tersebut.
"Cih, Aninda ngapain sih ngajak dinner disini. Membuat jiwa jombloku meronta-ronta." batin Carissa yang tak habis pikir dengan tempat yang dipilih sahabatnya itu.
Carissa berjalan menaiki tangga, ia menuju kursi yang menghadap langsung ke jalan di lantai dua caffe itu. Carissa sengaja memilih posisi itu untuk menikmati suasana malam dan melihat hiruk pikuk kota dengan padatnya kendaraan yang berlalu lalang.
"Silahkan, Mbak. Mau pesan apa?" ucap seorang waiters wanita yang menyodorkan buku menu ke meja Carissa.
"Menu best seller disini apa, Mbak? Saya baru pertama kali datang kesini." jawab Carissa sambil membuka buku menu caffe tersebut.
"Semua varian kopi disini minuman favorit pengunjung, Mbak. Untuk dessert yang paling laris disini ada croffle, cheseecake dan sandwich." jelas waiters kepada Carissa.
Kebetulan Carissa bukan penikmat kopi karena memang ia punya asam lambung, jadi mengharuskan ia untuk tidak terlalu sering mengkonsumsi minuman hitam itu. Tapi karena Carissa penasaran dengan minuman best seller di caffe ini, maka ia terpaksa ingin mencobanya.
"1 espresso signature less ice, 1 grilled chicken sandwich, 1 low fat matcha almond cheseecake." ucap Carissa lalu menyerahkan buku menu kepada waiters wanita yang berdiri di sampingnya.
"Baik, Mbak. Terimakasih, pesanan Anda akan segera kami buatkan." jawab waiters itu lalu segera meninggalkan Carissa.
"Aku di lantai dua." isi pesan yang dikirim Carissa kepada Aninda.
"Oke, 10 menit lagi aku sampai." balas Aninda.
Carissa menyimpan kembali ponselnya ke dalam tas. Ia mengalihkan pandangannya kembali ke arah jalanan.
Langit malam dengan taburan bintang dan bulan sabit menambah indahnya suasana malam itu.
Carissa menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi kayu yang ia duduki, lalu ia menarik dan menghembuskan nafas selaras dengan hembusan angin yang menerpa wajahnya.
Tanpa Carissa sadari, berjarak 2 meja di sebelah kirinya ada sepasang mata yang memerhatikan dirinya sejak ia masuk ke lantai dua di caffe itu.
"Bukankah itu si rubah wanita?" gumam laki-laki itu.
Angin malam yang bertiup membuat beberapa helai rambut Carissa menutupi wajahnya. Pemandangan itu semakin membuat mata laki-laki itu yang tak lain adalah Devian, terpesona dengan kecantikan Carissa.
"Sial! Kenapa dia terlihat sangat manis." batin Devian berusaha mengalihkan pandangannya dari wanita yang sedang merapikan rambut yang menutupi sebagian wajah cantiknya.
"Rissa!" panggil seorang wanita yang membuat Devian menoleh ke arahnya.
"Hai, sini!" balas Carissa sambil melambaikan tangannya pada Aninda. Sesaat kedua wanita itu berpelukan, lalu duduk berdampingan.
"Ada kabar bahagia apa sih?" tanya Carissa penasaran.
"Sebentar ya, aku pesan makan minum dulu." jawab Aninda sengaja membuat sahabatnya itu mati penasaran.
"Hmm.. baiklah." jawab Carissa menghela nafas.
5 menit kemudian, waiters datang membawa pesanan Carissa. Disusul dengan pesanan Aninda.
"Kau serius minum kopi, Ris?" tanya Aninda pada Carissa yang ia tau sahabatnya itu memiliki riwayat sakit asam lambung.
"Iya, penasaran karena katanya disini minuman favoite." jawab Carissa santai.
"Awas ya nanti kalau kumat." ucap Aninda memperingatkan Carissa dengan menggelengkan kepalanya tak percaya dengan tingkah sahabatnya itu.
"Aman. Gimana, ada kabar bahagia apa nih?" tanya Carissa mencoba mengalihkan pembicaraan sebelum sahabatnya itu terus mengomeli dirinya.
"Oh iya, sampai lupa. Hehehe" jawab Aninda tertawa kecil.
"Jadi.. waktu pulang kerja kemarin aku gak sengaja bertabrakan dengan cowok ganteng." cerita Aninda dengan wajah berbinar.
"Terus?" tanya Carissa menatap Aninda tanpa ekspresi sambil menyeruput es kopi miliknya.
"Terus, dia ngajak aku kenalan." jawab Aninda masih dengan wajah berbinar dan senyum cerah.
"Lalu?" tanya Carissa lagi.
"Lalu dia nganterin aku pulang sebagai tanda maaf karena sudah menabrak aku." jelas Aninda dengan wajah tertunduk menyembunyikan wajahnya yang malu-malu.
"Habis itu? Dia nembak kamu?" tanya Carissa lagi.
"Enggak lah. Cepet banget." jawab Aninda.
"Terus, dia ngajak kamu nikah?" tanya Carissa lagi yang saat ini mengunyah sandwichnya.
"Gila! Enggaklah, Ris! Kamu ini!" seru Aninda sebal dengan pemikiran sahabatnya itu.
"Lah, terus? Kabar bahagia apa lagi coba? Kalo gak kamu ditembak ya diajak married." kata Carissa santai tanpa dosa.
"Dasar, Rissa! Mana bisa secepat itu. Kabar bahagianya itu dia ngajak kenalan aku, terus..."
"Terus apa?" potong Carissa gak sabar dengan kabar bahagia yang akan diumumkan sahabatnya itu.
"Sabar ih! Aku ngerasa aku jatuh cinta sama dia." jawab Aninda dengan wajahnya yang malu-malu.
"Terus dia juga jatuh cinta sama kamu?" tanya Carissa heran dengan ekspresi sahabatnya yang pipinya sudah semerah tomat.
"Gak tau lah. Kan aku gak bisa nebak isi hatinya." jawab Aninda sambil menyeruput minumannya.
"Lah terus kabar bahagianya apa dong?" tanya Carissa penasaran menghentikan gerakan mulutnya yang daritadi mengunyah sandwich dengan rasa yang sangat pas dilidahnya.
"Ya.. jadi kabar bahagianya itu aku bisa ngerasain deg-deg an lagi sama cowok. Setelah sekian lama aku putus sama si cowok tengik." jawab Aninda sekaligus curhat.
Carissa yang mendengar cerita sahabatnya itu sontak tertawa terbahak-bahak. Seketika mata para pengunjung menatap ke arah mereka berdua. Aninda yang menyadari tatapan aneh orang-orang itu langsung menutup mulut Carissa untuk menghentikan tawa sahabatnya itu.
"Hmmppt.. Hmmpptt.." suara Carissa memberontak sambil melotot. Aninda yang sadar langsung melepaskan tangannya dari mulut Carissa.
Fiuh!
Carissa mengatur nafasnya.
"Jadi kabar bahagianya hanya itu?" tanya Carissa lagi untuk memastikan.
"Iya lah, apalagi." jawab Aninda sambil memotong-motong steak daging yang sudah ia pesan.
"Aih.. ku kira ada kabar yang lebih dari itu. Ternyata seorang Aninda bisa merasakan debaran lagi ketika bertemu pria. Aku kira kamu benar-benar sudah jatuh cinta padaku." jawab Carissa asal dengan tatapan menggoda pada sahabat baiknya.
Pletak!
Aninda menyentil pelan dahi Carissa.
"Aduuuh.." ringis Carissa lalu mengelus dahinya pelan.
"Dasar gila! Memangnya aku bukan wanita normal. Lebih baik kamu juga cari pria yang bisa membuatmu jatuh cinta. Biar waras!" seru Aninda pada Carissa dengan nada bercanda.
"Ya elah... masih banyak hal yang lebih penting daripada mikir cinta-cintaan. Nanti juga ada waktunya." sahut Carissa malas kalau sudah membahas tentang percintaan.
"Terserah kamu lah. Awas jadi jomblo akut. Hahaha" ledek Aninda pada Carissa. Carissa hanya memutar bola matanya.
"Anin!" sapa seorang pria dengan suara bass yang sangat dikenali Aninda.
Dua wanita itu serempak menoleh ke arah suara yang memanggil nama Aninda.
Deg!
Jantung Aninda seperti seolah berhenti sesaat. Lalu dengan kencang berdentuman. Matanya menatap wajah pria yang baru saja ia ceritakan pada sahabat baiknya. Carissa yang menyadari keadaan sahabatnya itu mencoba untuk menetralkan suasana.
"Aheemm.." deheman Carissa menyadarkan dua sejoli yang saling menatap penuh damba.
"Ah..Hai, Alex." sapa Aninda dengan gugup.
"Lagi disini juga? Udah lama?" tanya Alex pada Aninda.
"Hem, iyaa.. ini lagi dinner sama sahabatku." jawab Aninda seraya memperkenalkan Carissa kepada Alex.
"Carissa?" tanya Alex untuk memastikan wanita yang duduk disamping Aninda.
"Ya? Apakah kita kenal?" tanya Carissa cuek dan melanjutkan kegiatan makannya.
"Aku, Alex. Asisten pribadi dan sahabatnya Devian." jawab Alex seraya mengulurkan tangannya kepada Carissa sebagai tanda perkenalan.
Carissa menatap Alex sejenak lalu menjabat tangan pria itu.
"Ah, iya. Salam kenal." jawab Carissa tanpa ekpresi.
"Mbak, tolong ini dibungkus ya!" panggil Carissa pada pelayan wanita yang ada diseberang mejanya.
Pelayan itu menghampiri meja Carissa.
"Baik, Mbak. Nanti bisa diambil di kasir ya." ucap pelayan itu sambil mengambil cheseecake yang dimaksud Carissa menuju meja kasir.
"Oh iya, Alex. Titip sahabatku ya! Kayanya aku harus pulang cepet!" ucap Carissa pada Alex.
Aninda yang mendengar itu melotot ke arah Carissa dan menginjak kaki Carissa pelan.
"Aww... tuhkan sahabatku ini udah gak sabar nyuruh aku pergi." kata Carissa lagi.
"Silahkan duduk, lex. Selamat berduaan. Aku pamit dulu." ucap Carissa lalu berdiri dan meninggalkan dua sejoli itu.
"Awas kamu, Ris!" batin Aninda kesal pada tingkah sahabatnya itu. Tapi di sisi lain, ia juga senang karena bisa berduaan dengan pria yang ia taksir.
"Sahabatmu peka juga ya.." ucap Alex kemudian duduk disamping Aninda.
-BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments