Sisi Lain Devian

Pagi di hari Minggu.

Carissa sudah bersiap dengan pakaian olahraga. Pagi ini ia ingin berolahraga untuk menghilangkan penat dan juga mencari udara segar. Carissa mengenakan celana joger warna hitam, kaos yukensi warna hitam yang ditutupi dengan jaket parasut warna toska. Carissa menggunakan sepatu running yang senada dengan warna jaketnya. Tak lupa ia mencepol rambutnya dengan gaya messy bun yang menampakkan leher jenjangnya. Carissa berlari menuju taman kota yang ada diseberang komplek rumahnya. Taman itu sudah penuh dengan orang-orang yang mencari udara segar di hari weekend seperti ini. Tak terasa 30 menit Carissa berlari. Tubuh Carissa yang langsing itu tak menyulitkan dirinya walaupun tak sering melakukannya namun nafasnya masih normal. Carissa memutuskan untuk melanjutkan dengan berjalan kaki sekaligus untuk cooling down. Carissa menuju pedagang yang menjual air mineral diseberang jalan, ia pun membelinya. Saat ia berbalik untuk menuju kursi dipinggir jalan tak sengaja dari arah berlawanan seorang pria menabrak dirinya.

"Aawwww.."

Hampir saja Carissa terjatuh namun tangan gagah pria itu dengan sigap menangkap tubuhnya.

"Pa-Pak Devian?" ucap Carissa saat menyadari pria yang memegang tubuhnya itu adalah atasannya. Carissa bergegas membenarkan posisinya, ia berusaha berdiri dengan canggung.

"Pak Devian juga olahraga disini?" tanya Carissa santun untuk menghilangkan kecanggungan diantara mereka berdua.

"Iya, kebetulan ingin mencari udara segar." jawab Devian singkat yang saat ini juga membeli air mineral.

Carissa memperhatikan penampilan Devian yang sangat berbeda.

Devian mengenakan sleeveless hoodie warna hitam yang memamerkan otot lengannya dipadukan dengan celana jogger warna senada. Devian mengenakan sepatu running warna putih dan jam tangan outdoor warna hitam. Penampilan sporty Devian semakin menambah kesan maskulin pada dirinya.

Gleg!

Carissa menelan ludahnya saat tak sengaja melihat bentuk otot di dada bidang Devian. Hoodie yang terkena keringat Devian seolah tak mampu menutupi pesona tubuh atletisnya.

"Kamu habis jogging?" tanya Devian yang membuyarkan pandangan Carissa.

Carissa hanya mengangguk. Ia menundukkan kepalanya seolah takut ketahuan kalau dia mencuri pandang tubuh Devian. Devian yang menyadari itu menyeringai, ia berniat untuk menggoda Carissa. Devian semakin mendekat ke arah Carissa, wanita itu masih menudukkan kepalanya. Saat menyadari sepatu Devian tinggal sejengkal dengan sepatu Carissa, ia segera berlari ke bangku yang ada di pinggir jalan.

"Sa-saya mau duduk, Pak." ucap Carissa yang langsung duduk di bangku itu dengan menyembunyikan wajah malunya.

Devian terkekeh melihat tingkah Carissa yang malu-malu. Devian pun mengikuti dan duduk di sebelah Carissa.

"Kamu sering jogging disini?" tanya Devian yang melihat rona merah di pipi Carissa.

Carissa hanya mengangguk kemudian meneguk air dalam botol untuk membasahi tenggorokannya yang terasa kering.

Gleg!

Devian terpana dengan pemandangan didepannya. Melihat wajah Carissa dari samping yang menampakkan hidung mancung wanita itu. Tetesan keringat di wajahnya menambah kecantikkan Carissa. Apalagi saat mata Devian tertuju pada leher Carissa yang jenjang menambah kesan sexy pada wanita itu.

Carissa menoleh kearah Devian yang menatap dirinya dengan pandangan mendamba. Carissa tersenyum tipis dan menepuk pundak Devian.

"Pak, minum dulu jangan liatin saya terus." ucap Carissa terkekeh pelan.

Devian mengedipkan matanya, ia segera menenggak air dalam botol hingga setengah. Devian sangat gugup. Ia malu tatapan liarnya itu kepergok Carissa.

"Bapak sudah sarapan?" tanya Carissa.

Devian menjawab dengan gelengan kepala.

"Saya punya rekomendasi bubur ayam paling enak di dekat sini." ucap Carissa antusias.

"Hanya 200 meter dari sini, kita bisa jalan kaki." tambah Carissa lagi.

"Kamu ngajak saya makan?" tanya Devian.

"Yaa, itu kalau Bapak mau." jawab Carissa yang sudah bangkit dari bangku dan berjalan meninggalkan Devian yang masih melongo.

Baru kali ini ada wanita yang berani mengajaknya makan tanpa basa-basi.

Devian baru menyadari dirinya tertinggal oleh Carissa, ia pun segera menyusul wanita itu.

Mereka berdua berjalan beriringan di depannya sudah terdapat warung kaki lima yang sudah penuh dengan pengunjung.

"Ramai sekali." ucap Devian pelan.

"Kan saya sudah bilang bubur ayam disini paling laris." kata Carissa yang mendengar ucapan pelan Devian.

Devian mengulas senyum tipis lalu membuntuti Carissa.

"Bapak minumnya apa?" tanya Carissa.

"Tidak. Saya minum air putih saja." jawab Devian yang menunjukkan botol di tangannya.

Carissa mengangguk lalu memesan 2 porsi ayam untuk mereka berdua. Carissa dan Devian menuju bangku kosong yang ada dibawah pohon dekat warung bubur ayam itu.

"Kamu langganan disini?" tanya Devian.

"Hanya beberapa kali sih. Biasanya habis jogging aku sama sahabatku mampir sarapan kesini. Berhubung dia sudah punya kekasih jadi aku ditinggal sendiri." jawab Carissa yang kemudian tersadar yang menyebut dirinya "aku".

"Ma-maaf, Pak. Saya tidak sopan tadi." ucap Carissa.

Devian tersenyum tipis.

"Gakpapa. Mungkin mulai sekarang kita bisa membiasakan. Sebutan saya terdengar sangat formal." jawab Devian.

"Tapi kan Bapak atasan saya." protes Carissa ia tak mau dinilai tidak sopan.

"Sekarang kan kita sedang tidak di kantor. Jadi gak masalah. Terus jangan panggil Pak. Aku bukan bapakmu." ucap Devian.

Carissa tertawa mendengar lelucon Devian. Tak disangka Devian punya selera humoris juga.

Devian yang melihat Carissa semakin terpikat dengan Carissa. Ia melihat jelas cekungan pada sudut pipi Carissa dan menampakkan gigi putihnya yang rapi.

"Silahkan." ucap pedagang bubur ayam yang menyodorkan 2 mangkuk.

"Loh, Pak kan saya bilang tanpa daun bawang." gerutu Carissa.

"Maaf, Neng saya lupa. Sebentar saya ganti ya." ucap pedagang paruh baya itu sembari mengambil kembali mangkuk bubur ayam dari tangan Carissa.

"Tidak usah, Pak." ucap Devian lalu mengambil alih mangkuk bubur ayam milik Carissa.

Carissa hanya terdiam dan menatap bingung Devian.

Devian sangat teliti memilah daun bawang yang ada di mangkuk Carissa dan memindahkannya ke mangkuk Devian.

Deg Deg Deg

Carissa tak menyangka Devian memiliki sisi romantis.

"Sudah. Sekarang gak masalah kan dengan buburnya?" tanya Devian yang menyodorkan bubur ayam pada Carissa.

Carissa menatap bubur ayam yang sudah bersih dari daun bawang. Ia pun segera melahapnya.

"Terimakasih, Pak." ucap Carissa.

Devian menoleh menatap tajam Carissa.

"Kenapa?" tanya Carissa bingung, ia merasa tak melakukan kesalahan.

"Jangan panggil, Pak. Panggil aku Devian." ucap Devian yang melanjutkan melahap bubur ayam yang memang sangat pas dilidahnya.

Carissa tersenyum canggung dan menganggukkan kepalanya.

"Biar aku yang bayar." ucap Devian yang beranjak dari kursinya.

Carissa segera menahan Devian.

"Jangan. Biar sa- aku saja. Kan tadi aku yang ngajak makan." ucap Carissa yang bergegas menuju pedagang untuk membayar.

Devian menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Dasar bocil." batin Devian dengan tersenyum tipis.

"Setelah ini mau kemana?" tanya Devian.

"Pulang. Lumayan capek juga tadi." jawab Carissa.

"Biar aku antar." tawar Devian yang kemudian menggenggam tangan Carissa.

Carissa terkejut dengan gerakan Devian yang tiba-tiba menggenggam tangannya. Namun Carissa tak menolak, ia mengikuti langkah kaki Devian menuju moge sport warna hitam yang terpakir di pinggir taman.

"Kamu yang pake helm ya. Aku cuma bawa 1." ucap Devian lalu menyerahkan helm full face warna merah kepada Carissa.

"Lalu Bapak eh kamu?" tanya Carissa.

"Kan cuma bawa 1, jadi kamu aja yang pake." jawab Devian yang sudah menaiki moge hitam miliknya.

Carissa pun menurutinya dan membonceng di jok belakang Devian.

Carissa melepas karet yang mengikat rambutnya sebelum menggunakan helm milik Devian.

Pemandangan itu pun tak lolos dari mata Devian yang melirik ke arah spion motor yang menampakkan rambut panjang Carissa yang terurai semakin menambah kecantikkan Carissa.

"Ayo gass!" kata Carissa yang sudah memasang helm dengan baik.

"Jangan lupa pegangan." ucap Devian yang kemudian melajukan mogenya dengan kecepatan tinggi.

Carissa yang belum siap spontan memeluk tubuh Devian. Carissa mengeratkan pegangannya ke pinggang kekar Devian. Devian yang merasakan itu tersenyum puas.

"Pelan-pelan, Dev..." ucap Carissa yang ketakutan.

Devian yang mendengar itu pun menghentikan motornya dipinggir jalan. Devian menoleh ke belakang untuk memastikan bahwa ia tidak salah dengar.

"Kamu baru saja memanggilku Dev?" tanya Devian memastikan.

Carissa mengangguk pelan.

"Pelan-pelan bawa motornya. Aku takut, Dev." ucap Carissa lagi.

Devian yang mendengar itu tersenyum puas. Entah kenapa dia merasa sangat bahagia saat Carissa memanggil namanya.

"Baiklah. Pegangan ya." ucap Devian yang menyentuh tangan Carissa untuk mengeratkan rangkulannya. Kali ini Devian melajukan mogenya dengan kecepatan sedang.

Deg Deg Deg

Jantung Carissa berpacu seolah ingin keluar dari tubuhnya. Carissa merasakan kehangatan saat memeluk tubuh kekar pria yang memboncengnya. Carissa merasakan kenyamanan saat berada didekat Devian. Carissa membenamkan wajahnya di punggung Devian, ia merasakan semilir angin pagi menjelang siang dan menikmati pemandangan hijau di pinggir jalan yang menuju komplek rumahnya.

10 menit kemudian motor Devian berhenti di gerbang rumah Carissa. Carissa turun dengan perlahan dan melepaskan helm kemudian menyerahkannya kepada Devian.

"Terimakasih, Dev." ucap Carissa dengan mengulas senyum dibibirnya

Devian membalas senyum Carissa.

"Ini rumahmu?" tanya Devian memastikan.

"Bukan. Ini rumah majikan ibuku. Kebetulan ibuku jadi ART disini." ucap Carissa sembari menunggu ekspresi apa yang akan ia lihat di wajah Devian.

Devian hanya tersenyum tipis dan menganggukkan kepalanya.

"Sampai ketemu besok di perusahaan." ucap Devian kemudian melajukan motornya.

Carissa masih berdiri mematung di depan gerbang. Carissa tidak bisa mengartikan ekpresi Devian.

"Apakah dia tidak keberatan dengan statusku? Atau dia akan menghindariku? Lihat saja besok lah." gumam Carissa lalu bergegas memasuki rumahnya.

*

*

*

Devian memarkirkan motor di garasi rumahnya. Ia bergegas memasuki kamarnya yang bergaya klasik dengan warna tembok abu-abu dan furniture yang bertema monokrom menambah kesan maskulin pada kamar luas itu.

Setelah berganti pakaian santai, celana pendek dan kaos oblong, Devian menuju balkon kamarnya. Ia menikmati taman yang berada di samping rumah tepat dibawah balkon kamarnya.

"Bagaimana bisa aku jatuh cinta dengan anak seorang ART? Apakah Ayah dan Bunda akan setuju?" gumam Devian.

Devian bergegas keluar kamarnya ia menuju ke kamar orangtuanya.

Tok Tok!

Tak ada sahutan dari dalam kamar orangtuanya.

Devian berjalan menuruni tangga, ia menuju ruang keluarga. Disana ia mendapati kedua orangnya sedang menonton TV.

"Ayah, Bunda." sapa Devian mendekati kedua orangtuanya lalu ikut duduk di soffa depan TV.

"Ada apa, Dev?" tanya Bunda Tamara yang mengalihkan pandangannya dan menatap wajah tampan putranya.

"Ada sesuatu yang ingin Devian bicarakan." ucap Devian yang masih berusaha menyusun kata-kata yang tepat untuk disampaikan pada Ayah dan Bunda.

Ayah Adhitama mematikan TV. Kemudian menatap wajah putranya.

"Apa ada hal serius yang terjadi di perusahaan?" tanya Ayah Adhitama.

Devian menggelengkan kepalanya.

"Lalu ada hal penting apa, Sayang?" tanya Bunda Tamara yang melihat ekpresi gugup di wajah putranya.

"Ini masalah hati, Bun." jawab Devian malu.

Adhitama tertawa mendengar ucapan Devian. Ia tak habis pikir dengan putra semata wayangnya.

"Jadi hal penting ini masalah hatimu? Apa kamu sedang jatuh cinta?" tanya Adhitama memastikan.

"Devian belum tau pasti perasaan apa ini, Yah. Tapi Devian merasa kalau tidak melihat wajahnya dalam sehari ada yang kurang." jawab Devian polos.

Adhitama terkekeh mendengar jawaban Devian. Lalu ia menepuk-nepuk pundak putranya.

"Akhirnya kamu bisa merasakannya, Nak. Ayah pikir akan selamanya Ayah tidak bisa memiliki cucu." ucap Ayah Adhitama yang kemudian mendapat lirikan tajam dari Bunda Tamara.

"Siapa wanita yang bisa melelehkan kutub utara Bunda ini?" tanya Bunda penasaran.

Adhitama terkekeh pelan mendengar sebutan untuk putranya. "Kutub utara" ya itu sangat cocok untuk Devian yang selama ini selalu bersikap dingin pada wanita yang mencoba menggoda dirinya bahkan ia sangat anti dengan sentuhan wanita.

Devian menarik nafas berat. Kemudian ia mulai menyusun kalimat.

"Bagaimana jika wanita yang Dev suka adalah wanita miskin? Apakah Ayah dan Bunda keberatan?" tanya Devian hati-hati.

Adhitama melirik istrinya, ia mencoba memahami perkataan Devian.

"Apakah dia wanita baik-baik?" tanya Adhitama kepada Devian.

Devian menganggukkan kepalanya.

"Apakah kamu yakin? Dia wanita miskin yang tidak akan memanfaatkan kamu? Atau dia bukan wanita yang mengejar materi?" tanya Adhitama memastikan.

Devian terdiam sejenak. Devian mulai berpikir, ia mengingat setiap pertemuan dan kejadian yang ia lalui bersama Carissa. Tak pernah sedikitpun Carissa terlihat seperti wanita yang tergila-gila dengan harta. Bahkan tadi pagi saja Carissa yang membayar bubur ayam.

"Insha Allah dia wanita baik-baik, Yah." ucap Devian yakin.

Adhitama menghela nafas lalu menatap putranya.

"Bagaimana identitas wanita itu?" tanya Adhitama.

"Dia anak dari ART di salah satu komplek perumahan sebelah. Dia juga sempat jadi OG di MF Group, Yah. Tapi sekarang dia di bagian produksi, karena dia merupakan salah satu lulusan terbaik dari Universitas XX di jurusan Fashion Design, Yah." jelas Devian dengan mata berbinar.

"Apa wanita yang kamu maksud adalah Carissa?" sahut Bunda Tamara.

Devian mengangguk dan tersenyum tipis pada Bunda Tamara.

"Bunda kenal dengan wanita yang disukai Devian?" tanya Adhitama.

Bunda Tamara mengangguk.

"Iya, Yah. Waktu itu Bunda hampir tertabrak motor untung saja Carissa menyelamatkan Bunda. Bunda sempat berpikir untuk menjadikan dia calon menantu Bunda." jawab Bunda terkekeh.

"Ternyata Devian jatuh cinta sendiri dengan Carissa. Jadi Bunda gak perlu repot-repot jadi mak comblang." tambah Bunda Tamara yang masih terkekeh.

Adhitama yang mendengar itu berpikir sejenak.

"Hem... baiklah. Tapi Ayah ingin bertemu dengan anak itu. Biar Ayah yakin kalau dia benar-benar wanita yang baik. Ayah tidak mau kalian tertipu dengannya." ucap Adhitama tegas.

Devian menoleh menatap Ayahnya kemudian menatap Bunda Tamara.

Devian mengembuskan nafas lega.

"Baiklah, Yah. Devian yakin Ayah tidak akan kecewa dengan wanita pilihan Devian." ucap Devian mantap, ia kembali ke kamarnya. Devian sangat senang karena orangtuanya tidak menunjukkan penolakan.

Tamara dan Adhitama saling bertatapan, mereka saling melempar senyum.

"Biarkan saja anak muda yang menjalin kisahnya sendiri, Yah." ucap Tamara yang kemudian menyandarkan kepalanya ke pundak Adhitama.

Adhitama menghembuskan nafas lalu membelai lembut kepala istrinya.

"Aku merasa semakin tua melihat Devian seperti tadi. Aku sudah tidak sabar menggendong cucu." ucap Adhitama lalu tertawa kecil.

"Bunda juga sangat merindukan tangis bayi di rumah ini, Yah." sahut Bunda Tamara.

Pasangan suami istri paruh baya itu pun tertawa bersama.

^^^(Kira-kira bagaimana kisah Devian dan Carissa selanjutnya? Akankah Carissa benar-benar wanita baik seperti yang diharapkan Ayah Adhitama? Bagaimana dengan perjodohan Carissa? Lalu bagaimana jika Devian mengetahuinya?)^^^

-BERSAMBUNG

Episodes
1 Kesialan Pertama
2 Sosok Pria Gila
3 Menyadari Ada yang Hilang
4 Anugerah atau Musibah
5 KESAN PERTAMA
6 Rubah Wanita Itu!
7 Wanita Tangguh
8 Hanya Sesaat
9 Ciuman Pertamaku!
10 Mencair
11 Perjodohan
12 Rencana Carissa
13 Sisi Lain Devian
14 Wanita yang Kuperjuangkan!
15 Romantis
16 Keraguan
17 Kebenaran Terungkap
18 Ikatan Cinta
19 Lamaran
20 Meriang
21 Pria Dingin
22 Kabar Bahagia
23 Terindah
24 Pulang
25 Kejutan
26 Bertemu Calon Mertua
27 Yess, I will.
28 Hari Bahagia
29 Malam Pertama
30 Pria Menyebalkan
31 Kejutan
32 Jodoh
33 Cinta Pertama
34 Masa Depan
35 Buah Jatuh Tak Jauh dari Pohonnya
36 Dewa Penyelamat
37 Bertanggungjawab
38 Seriusnya Istriku
39 Mendarah Daging
40 Manusia Beruntung
41 Belanja Alat Tempur
42 Malam Dingin
43 Piknik Keluarga
44 Jiwa Muda
45 Menikmati Senja
46 Dasar Pendendam!
47 Maafkan Aku
48 Tempat yang Salah
49 Makan Malam
50 Istri yang Menggemaskan
51 Menahan
52 Pesta Pernikahan
53 Kejutan dari Suami
54 Nasib
55 Pria Misterius
56 Berteman
57 Penyelidikan
58 Kehidupan Suami Istri
59 Terbuka
60 Sekilas Cerita
61 Tidak Normal
62 Sahabat
63 Yang Terlupakan
64 Mutiara
65 Hadiah untuk Mertua
66 Ada Maunya
67 Posesif
68 Pesta Perayaan
69 Bertemu Dengannya
70 Masa lalu Carissa
71 Bisnis Carissa
72 Hari yang Dinanti
73 Suami Protektif
74 Menyesal
75 Berubah
76 Kabar Bahagia
77 Menyerah
78 Cinta Merubah Segalanya
79 Kebaikan Tuan Muda
80 Nyidam
81 Serangan Devian
82 Rencana
83 Dibuat Penasaran
84 Kejutan dari Suami
85 Berdua Denganmu
86 Ternyata Bukan Mimpi
87 Suami Tajir
88 Terjebak Sendiri
89 Menuju Kebahagiaan
90 Akhir Bahagia
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Kesialan Pertama
2
Sosok Pria Gila
3
Menyadari Ada yang Hilang
4
Anugerah atau Musibah
5
KESAN PERTAMA
6
Rubah Wanita Itu!
7
Wanita Tangguh
8
Hanya Sesaat
9
Ciuman Pertamaku!
10
Mencair
11
Perjodohan
12
Rencana Carissa
13
Sisi Lain Devian
14
Wanita yang Kuperjuangkan!
15
Romantis
16
Keraguan
17
Kebenaran Terungkap
18
Ikatan Cinta
19
Lamaran
20
Meriang
21
Pria Dingin
22
Kabar Bahagia
23
Terindah
24
Pulang
25
Kejutan
26
Bertemu Calon Mertua
27
Yess, I will.
28
Hari Bahagia
29
Malam Pertama
30
Pria Menyebalkan
31
Kejutan
32
Jodoh
33
Cinta Pertama
34
Masa Depan
35
Buah Jatuh Tak Jauh dari Pohonnya
36
Dewa Penyelamat
37
Bertanggungjawab
38
Seriusnya Istriku
39
Mendarah Daging
40
Manusia Beruntung
41
Belanja Alat Tempur
42
Malam Dingin
43
Piknik Keluarga
44
Jiwa Muda
45
Menikmati Senja
46
Dasar Pendendam!
47
Maafkan Aku
48
Tempat yang Salah
49
Makan Malam
50
Istri yang Menggemaskan
51
Menahan
52
Pesta Pernikahan
53
Kejutan dari Suami
54
Nasib
55
Pria Misterius
56
Berteman
57
Penyelidikan
58
Kehidupan Suami Istri
59
Terbuka
60
Sekilas Cerita
61
Tidak Normal
62
Sahabat
63
Yang Terlupakan
64
Mutiara
65
Hadiah untuk Mertua
66
Ada Maunya
67
Posesif
68
Pesta Perayaan
69
Bertemu Dengannya
70
Masa lalu Carissa
71
Bisnis Carissa
72
Hari yang Dinanti
73
Suami Protektif
74
Menyesal
75
Berubah
76
Kabar Bahagia
77
Menyerah
78
Cinta Merubah Segalanya
79
Kebaikan Tuan Muda
80
Nyidam
81
Serangan Devian
82
Rencana
83
Dibuat Penasaran
84
Kejutan dari Suami
85
Berdua Denganmu
86
Ternyata Bukan Mimpi
87
Suami Tajir
88
Terjebak Sendiri
89
Menuju Kebahagiaan
90
Akhir Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!