MF Group
Carissa sudah sibuk menggoreskan pensil pada kertas dihadapannya. Carissa sedang mendesain beberapa model blouse wanita.
Drt
Drt
Ponsel Carissa bergetar.
"Hallo.." sapa Carissa.
"Ris makan bareng yuk!" ajak Aninda.
"Aku sibuk nih." jawab Carissa yang masih mencoret-coret kertas dihadapannya.
"Ayolah, siapa tau makan diluar bisa bikin otak desainmu semakin lancar." ucap Aninda dengan tertawa kecil.
"Emang sejak kapan otakku macet?" tanya Carissa.
"Iya iya Carissa si otak cemerlang, cerdas dan paling paling inovatif." puji Aninda pada sahabatnya.
Carissa terkekeh mendengar pujian berlebihan dari sahabat baiknya.
"Yasudah makan di kantin perusahaan aja." tawar Carissa.
"Oh no!" tolak Aninda.
"Aku mau ngajak kamu makan siang steak terenak! Lagipula ini traktiran spesial." ucap Aninda.
"Jauh gak? Aku masih banyak kerjaan. Gak bisa ditinggal lama-lama." ucap Carissa.
"Udah tenang aja. Aku tunggu di lobby ya. Sekarang!" perintah Aninda yang langsung mematikan ponselnya.
"Dasar punya sahabat gini amat yak." gumam Carissa yang bersiap-siap turun kebawah. Tak lupa ia membereskan lembaran kertas desainnya.
Carissa memasuki lift menuju lobby.
Ting!
Pintu lift terbuka, Carissa mendapati Aninda sudah berdiri menunggunya. Carissa mengernyit melihat sosok pria disamping Aninda. Mata Carissa tertuju pada tangan Aninda yang melingkar di lengan Alex.
"Jadi ini traktiran spesialnya? Malas sekali aku harus jadi nyamuk. Aku balik ke ruangku aja lah." ucap Carissa kesal.
"Eh jangan dong. Kamu gak jadi nyamuk kok, ada yang mau nemenin kamu." kata Aninda sembari mencegah sahabatnya ia melepaskan rangkulan tangannya di lengan Alex lalu menarik tangan Carissa.
Carissa mengernyit, menatap Aninda dengan kebingungan.
"Udah ayo naik masuk mobil dulu." ajak Aninda yang menggandeng Carissa menuju parkiran mobil.
"Ck! wanita kalau sudah bertemu pasti prianya terasingkan." gerutu Alex yang berjalan dibelakang kedua wanita itu.
"Kamu duduk di belakang ya. Aku di depan sama Alex." ucap Aninda yang kemudian membukakan pintu mobil untuk Carissa.
"Haish... Iya deh yang lagi bucin." ucap Carissa yang langsung masuk ke mobil. Ia tak menyadari jika ada orang lain disampingnya.
"Ehm!"
Carissa terlonjak mendengar deheman didalam mobil, ia menoleh dan melihat Devian sudah duduk disampingnya.
"Eh loh kok Bapak disini?" tanya Carissa tergagap.
"Harusnya aku yang tanya kenapa kamu masuk ke mobil saya?" tanya Devian balik.
"Saya diajak makan siang sama Aninda dan Alex tadi. Katanya mereka berdua duduk di depan." Carissa mendongak ke arah kemudi, ia mendapati seorang pria namun itu bukanlah Alex.
"Sial aku dijebak!" umpat Carissa yang saat itu melihat Aninda dan Alex memasuki mobil yang berbeda.
"Ma-maaf Pak. Kalo gitu saya keluar dulu." ucap Carissa seraya membuka pintu mobil namun dengan cepat dicegah oleh Devian.
"Sudahlah, naik mobil ini saja. Kamu juga mau ditraktir oleh duo bucin tadi kan?" ucap Devian yang mengundang tawa Carissa.
Carissa hanya membalas dengan anggukan.
"Ayo jalan!" seru Devian pada sopir pribadinya.
15 menit perjalanan, Carissa dan Devian akhirnya tiba di depan resto yang sudah ditentukan Aninda dan Alex. Mereka berpapasan saat akan memasuki resto tersebut. Carissa segera menghampiri Aninda.
"Sialan kamu, Nin!" bisik Carissa seraya mencubit perut Aninda pelan.
"Hehe, maaf. Aku kan juga pengen berduaan sama pacar aku." ucap Aninda tanpa dosa.
"Kalau emang pengen berduaan kenapa ngajak aku makan?" tanya Carissa kesal dengan sahabatnya itu.
"Yaah, gak gitu maksudnya. Aku kan mau traktir kamu tanda syukuran aku jadian sama Alex." jawab Aninda dengan suara pelan, ia terlihat malu-malu.
Carissa geleng-geleng kepala dengan kelakuan sahabatnya itu. Ya, gara-gara sahabatnya itu Carissa harus satu mobil dengan si kutub es. Sepanjang perjalanan tadi tak ada obrolan, sunyi seperti kuburan.
4 orang itu menuju meja persegi panjang dengan empat kursi yang berada di area outdoor. Mereka memilih tempat itu untuk menikmati udara segar yang berasal dari pepohonan hijau yang menjulang tinggi di area outdoor resto.
Mereka memesan makan dan minum dengan selera masing-masing.
"Sudah berapa lama kalian jadian?" tanya Carissa tanpa basa-basi.
"Emm baru 1 minggu." jawab Aninda malu-malu.
"Haiiisssh.. ternyata kamu sudah lupa dengan sahabatmu ini." ucap Carissa dengan memasang wajah memelas.
"Hei.. jangan gitu dong, Ris. Kamu tetep sahabat terbaikku. Suatu hari nanti kamu juga akan jadian sama cowok kan." ucap Aninda tak enak hati.
"Hemm.. bukan jadian tapi langsung married." ucap Carissa kemudian menghela nafas.
Ketiga orang yang berada didekat Carissa seketika menoleh dengan serempak.
"Hei kamu gak mau pacaran? Langsung nikah? Ta'aruf gitu?" tanya Aninda memberondong.
Carissa terdiam sejenak lalu menghembuskan nafas kasar.
"Bukan ta'aruf. Tapi dijodohkan." jawab Carissa pasrah lalu menempelkan punggungnya pada sandaran kursi.
Devian spontan menatap Carissa dengan wajah sendu. Seperti ada yang menusuk jantungnya. Sakit tapi tak berdarah.
"Kamu serius, Riss?" tanya Aninda tak percaya.
Carissa mengangguk.
"Kenapa kamu baru cerita sekarang?" tanya Aninda lagi.
"Aku baru tau 3 hari yang lalu." jawab Carissa dengan ekspresi sedih.
"Lalu siapa pria yang dijodohkan denganmu? Kamu kenal dengannya?"
Carissa menggelengkan kepalanya.
"Zaman sekarang emang masih ada perjodohan konyol seperti itu? Bagaimana kalau yang dijodohkan denganmu adalah aki-aki tua? Atau dia duda yang sudah punya anak, terus anaknya nanti gak bisa nerima kamu?" cerocos Aninda tanpa henti.
Pluk!
Carissa melempar tissue ke arah Aninda. Carissa kesal dengan perkataan sahabatnya itu.
"Entahlah.. perjodohan itu sudah berlaku bahkan sebelum aku dilahirkan." ucap Carissa.
Alex dan Aninda melongo, mereka tak percaya dengan hal konyol yang mereka dengar saat ini. Devian hanya terdiam, sejak mendengar Carissa sudah dijodohkan ia seperti tertimpa batu besar.
"Baru saja mendapat restu, tapi kenyataannya malah sepahit ini." batin Devian.
Alex menyadari perubahan ekpresi pada wajah Devian.
"Kau kenapa, Dev?" tanya Alex yang membuat Carissa seketika menoleh ke arah Devian.
Carissa mencoba menyelidiki wajah pria itu, namun tak ia temukan kecuali ekpresi datarnya.
"Tidak apa-apa." jawab Devian singkat. Devian sangat cepat merubah ekpresi kecewanya tadi, ia tidak mau Carissa mengetahuinya.
"Lalu kapan kalian akan dipertemukan?" tanya Aninda pada Carissa yang masih penasaran dengan nasib sahabatnya.
Carissa mengendikkan bahunya.
"Apa kamu tidak bisa menolaknya?" tanya Aninda lagi.
Carissa menarik nafas lalu menghembuskannya perlahan.
"Sebenarnya ada satu cara untuk membatalkan perjodohan ini." ucap Carissa lalu melirik Devian sekilas, ia mendapati wajah Devian yang kembali cerah.
Carissa tersenyum dalam hatinya.
"Apa itu?" tanya tiga serangkai itu kompak.
Carissa menatap ketiga orang itu bergantian, lalu menghembuskan nafasnya.
"RAHASIA!" jawab Carissa yang kemudian mulai memotong-motong steaknya. Ia terlihat sangat kelaparan dan segera melahap steak daging crispy yang ia pesan.
Devian, Alex dan Aninda melongo mereka saling tatap bergantian. Mereka kesal dengan Carissa yang membuat mereka penasaran. Namun mereka ikut menyantap makanan karena mereka sudah kelaparan.
30 menit acara makan siang pun berakhir dengan menyisakan rasa penasaran pada ketiga orang itu.
Carissa hanya terkekeh pelan melihat ekpresi kesal pada tiga serangkai itu.
"Ayo kembali kerja!" seru Carissa yang berlalu lebih dulu keluar resto. Devian segera menyusulnya untuk menanyakan lagi cara yang bisa membatalkan perjodohan Carissa. Devian bertekad menggunakan cara apapun walau itu sulit untuk tetap memiliki kesempatan mendapatkan Carissa.
Devian mengajak Carissa memasuki mobilnya. Devian membukakan pintu mobil untuk Carissa lebih dulu. Baru setelah Carissa masuk dan duduk nyaman, Devian menyusulnya.
Mobil mulai melaju.
"Masalah perjodohanmu itu, benarkah ada cara untuk membatalkannya?" tanya Devian.
Carissa menatap Devian yang masih memandang lurus kejalan.
"Bapak tanya sama saya?" tanya Carissa.
"Iya, siapa lagi kalau bukan kamu?" ucap Devian sedikit kesal.
Carissa terkekeh melihat wajah cemberut Devian yang menurutnya sangat lucu.
"Habis Bapak bertanya tanpa melihat saya. Saya kira Bapak tanya sama sopir Bapak." jawab Carissa dengn terkekeh.
Devian menatap tajam Carissa. Namun tak menghentikan tawa Carissa.
"Hentikan mobilnya!" perintah Devian.
Carissa terlonjak kaget. Carissa seketika terdiam. Badannya sedikit gemetar, ia takut akan diturunkan ditengah jalan oleh Devian.
"Belikan air di minimarket. Tak perlu buru-buru." ucap Devian sembari menyodorkan selembar uang warna merah pada sopir.
"Baik, Tuan." jawab sopir itu lalu dengan sigap ia keluar dari mobil dan menutup pintunya dengan pelan.
Carissa menatap Devian dengan wajah bingung.
Cup!
Seketika bibir Devian mendarat di bibir Carissa.
Carissa sangat kaget. Carissa berusaha mendorong tubuh Devian namun ia kalah tenaga. Akhirnya Carissa hanya pasrah dan menikmati ciuman ganas Devian.
Devian melepaskan pagutan bibirnya setelah kehabisan nafas.
"Maafkan aku sudah lancang." ucap Devian yang menyadari tindakan cerobohnya itu.
Carissa menatap Devian lekat. Carissa mencoba mencari tau apa yang dirasakan oleh pria dihadapannya itu. Carissa merasakan ciuman panas Devian seperti takut kehilangan.
"Benarkah dia mempunyai perasaan untukku?" tanya Carissa didalam hati.
Devian mengusap lembut bibir Carissa yang sedikit membengkak karena ulahnya itu.
"Apa ini sakit?" tanya Devian lembut.
Carissa hanya menggelengkan kepalanya.
"Kenapa Bapak seperti ini?" tanya Carissa yang masih tidak mengerti dengan perasaan Devian.
Devian menatap wajah Carissa, ia mendapati netra coklat yang sangat indah. Entah kenapa saat menatap wajah wanita itu selalu muncul perasaan aneh pada dirinya. Apalagi setelah mendengar Carissa yang sudah dijodohkan dengan orang lain. Ada perasaan tak rela muncul dihatinya. Devian tidak mau kehilangan Carissa.
"Apa cara yang bisa membatalkan perjodohanmu itu?" tanya Devian pada Carissa dengan tatapan yang penuh arti.
"Bolehkah saya tau alasan Bapak menanyakan hal ini?" tanya Carissa yang menatap lekat wajah Devian.
Devian menghela nafas. Sejenak a berpikir, ia tidak tau harus mengatakan apa dan mulai darimana.
"Aku tidak tau. Tapi tadi saat aku mendengar kamu dijodohkan ada yang sakit disini." jawab Devian yang menunjuk dadanya dengan jari telunjuk.
"Entah sejak kapan perasaan ini muncul. Sampai sekarang aku pun tidak tau perasaan apa ini. Yang jelas aku selalu merasa tenang saat kau didekatku. Setiap malam otakku tak berhenti memikirkanmu. Wajahmu selalu terbayang di otakku. Aku seperti orang gila. Bahkan semalam aku memberanikan diri untuk bertanya pada kedua orangtuaku, bagaimana kalau aku menyukai wanita yang hanya anak dari ART bahkan juga pernah bekerja sebagai OG di perusahaanku sendiri." ucap Devian. Mungkin ini kalimat paling panjang yang pernah ia ucapkan.
Carissa tertegun mendengar perkataan Devian. Carissa tak menyangka perasaan Devian sudah sejauh itu.
"Lalu bagaimana respon orangtuamu?" tanya Carissa penasaran.
"Mereka tidak keberatan." jawab Devian lalu mengulas senyum pada Carissa.
Carissa terdiam. Ia tidak tau harus bahagia atau bagaimana. Namun didalam hatinya, ia sangat lega.
Carissa tersenyum pada Devian kemudian memeluk tubuh Devian. Devian yang kaget dengan pelukan tiba-tiba itu pun segera membalas pelukan Carissa dengan erat. Devian pun belum tau bagaimana jalan mereka kedepannya, namun saat Carissa memeluknya seperti ini, ia seperti punya kekuatan baru.
"Mungkinkah dia adalah wanita yang harus aku perjuangkan?" tanya Devian dalam hati.
"Baiklah aku akan mencobanya." ucap Devian penuh semangat sembari mengelus rambut Carissa dengan lembut.
Carissa mengurai pelukannya pada Devian kemudian menatap wajah tampan Devian dengan lekat. Carissa masih bertanya-tanya apakah benar ini yang dinamakan cinta? Entah.
"Perjodohanku akan batal jika sebelum usiaku 25 tahun bisa menemukan pasanganku sendiri." ucap Carissa lembut.
Devian berbinar mendengar jawaban Carissa. Hatinya yang tertusuk tadi seolah langsung mendapatkan obatnya. Sangat manjur.
"Benarkah?" tanya Devian.
Carissa mengangguk.
"Jika sebelum 25 tahun aku sudah menemukan pria yang benar-benar mencintaiku maka perjodohan itu tidak berlaku."
Devian sejenak terdiam lalu mengulas senyum tipis.
"Baiklah. Aku akan berusaha keras 3 tahun ini." seru Devian seraya mengecup kening Carissa lembut.
Carissa tersenyum puas.
"Mulai sekarang panggil aku Devian. Jangan Bapak." ucap Devian.
"Baiklah."
Aku belum yakin dengan perasaan ini.
Namun tidak ada salahnya untuk mencoba bukan?
Aku akan mencoba untuk mempercayaimu, Dev.
Aku akan mencoba membuka hatiku untukmu.
Kami tak tau jalan apa yang akan kita lalui.
Kami tak tau bahaya apa yang sedang menunggu.
Namun bersamamu membuatku kuat.
Denganmu aku tenang.
Izinkan kami untuk menyatukan rasa.
Saling mencinta hingga tutup usia.
Semoga....
Carissa & Devian.
-BERSAMBUNG.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments