setelah perawatan tradisional, Laila dan Kiki terlihat segar karena seminggu dari sekarang akan di adakan acara pernikahan untuk putrinya itu.
"Laila kamu istirahat, dan kamu Kiki ikut ibu sebentar," panggil Bu Ageng.
"iya bu," jawab gadis itu menurut.
mbok e langsung membawa Laila ke kamar untuk beristirahat, sedang Kiki di suruh masuk ke dalam kamar khusus.
di tempat lain, keempat pria itu sudah sampai di rumah dan memberikan hasil dari perampokan tadi kepada Tirto.
dia adalah abdi kepercayaan dari Ndoro Shaka, "kalian melaksanakan tugas secara benar dan tak meninggalkan jejak?" tanya pria itu.
"pasti pak, kami sudah terlatih," jawab Lidin.
"sekarang sudah malam, istirahatlah, besok mungkin kalian punya tugas baru, dan gaji kalian mau di ambil sekarang atau besok?" tawar pria itu.
"besok saja pak, sekarang kami kembali ke asrama, sekalian mendawai anak-anak yang jaga perkebunan." pamit Geno.
mereka pun langsung pergi, sedang Tirto langsung menutup pintu dan memastikan tak akan ada orang yang akan bisa masuk kedalam rumah.
bahkan saat malam, pelayan pun tak di izinkan masuk meski terdengar suar teriakan atau apapun kecuali pria itu.
di sebuah kamar, seorang pria sedang menyiksa wanita itu hingga hampir sekarat.
kemarahannya yang mendengar jika ada seorang pria lancang ingin menjadikan Laila miliknya membuatnya naik pitam.
bahkan tubuh lemah di depannya itu sudah tak bergerak, dan setelah merasa puas dia pun melemparkan rotan itu, "mati koen, mati!!"
pria itu keluar dan melihat abdi kepercayaannya berdiri dengan patuh, "minta mereka membereskan, dan pastikan ruangan itu bersih, karena aku tak ingin ada setitik saja noda wanita ****** di sana," perintah Ndoro Shaka.
"baik Ndoro," jawab Tirto.
Ndoro Shaka langsung menuju ke kamarnya untuk membersihkan diri dan mandi.
"aku tak sabar untuk menjadikan mu milikku, dan tak akan ku biarkan satu orang pun menyentuh mu," gumamnya.
pria itu pun tidur dengan cara yang begitu biasa, bahkan kamar luas itu sudah cukup modern tapi kalau nampak dari luar, semua rumah memiliki nuansa Jawa yang kental.
Laila malam ini tidur dengan nyenyak karena tubuhnya yang sangat nyaman.
sedang di kamar rahasia itu, bu Ageng membuat Kiki menurut dan tak akan pernah menolak.
terlebih setelah Bu Ageng menemukan catatan di kamar milik Kiki yang menuliskan tentang semua keluh kesahnya serta isi hatinya.
hari berganti hari, tak terasa besok adalah waktu pernikahan Kiki dan Gatot.
bahkan begitu banyak orang yang membantu dalam persiapan itu, Laila sedang ada di kamar Kiki.
terlebih dua temannya tadi juga datang ke sana, "jadi aku tang menang, besok Kiki menikah,jadi kalian bertiga saat aku menikah lusa harus datang dengan hadiah mewah," kata Vera.
"baiklah, kamu mengerti, gelang sepuluh gram cukup kan?" tanya Laila.
"hah ... memang kamu punya uang dari mana?" tanya Kiki heran.
"di kasih pakde Shaka, sebelum beliau pulang kemarin, katanya buat jajan," jawab Laila polos.
"fix.. ini sih Laila udah di incar sama Ndoro Shaka mau di jadikan istri nomor sekian," kata Ina menakut-nakuti.
"jangan aneh-aneh deh kalian ya gak mungkin, orang pakde saja usianya lebih tua dari ayah," kata Laila yang membantah.
karena dia tak menaruh perhatian atau bahkan cinta sedikitpun pada pria itu.
terdengar ada suara mobil truk yang datang dan sangat ramai, bahkan para ibu-ibu sudah heboh melihat dari dekat.
"ada apa sih?" tanya Laila heran
"tak tau, sepertinya ada orang penting yang datang," kata Vera.
mereka pun melihat sari jendela kamar, Laila pun terkejut melihat sosok pria yang baru saja mereka bicarakan dan sekarang sudah datang kesini.
bahkan pria itu sempat tersenyum kearah Laila, melihat itu mereka pun ikut terkejut.
Bu Ageng dan Ndoro Prapto langsung mengajak pria itu masuk kedalam rumah.
bahkan sambutannya sangat meriah, tak hanya itu bahkan pria itu selalu di ikuti empat pria yang selalu melindunginya.
salah satu pelayan di rumah keluarga Sudirjo pun memanggil Laila, "non Laila di minta nyai kedepan,"
"iya mbok," jawab Laila terdiam.
Laila pun langsung mengambil untaian melati yang tadi dia titipkan di tempat Kiki dan memakainya.
Laila yang memang terlahir cantik dan sempurna, makin terlihat anggun dengan untaian melati di rambutnya.
Laila langsung menunduk saat berpapasan dengan kakak tertuanya, "bareng dek?" tawar Tejo.
"tidak usah mas, Laila bisa sendiri," jawab gadis itu yang langsung berjalan jongkok karena kedua orang tuanya dan Ndoro Shaka duduk di bawah.
dia langsung menyapa pria itu dengan sopan santun yang sudah di ajarkan.
"kenapa gadis cantik ini kok nampak sedih, pakde datang untuk memenuhi keinginan mu untuk main wayang kulit spesial loh," kata Ndoro Shaka.
"matur sembah nuwun pakde," jawab Laila dengan lembut.
"kesini nduk," panggil Bu Ageng.
mereka duduk berdampingan dengan Ndoro Prapto, Tejo dan istri juga sungkem kepada Ndoro Shaka.
"piye le, pekerjaan mu lancar kan di kota," tanya Ndoro Shaka.
"iya pakde, semuanya normal dan saya sudah mendapatkan jabatan yang cukup tinggi," jawab Tejo.
"inggeh pakde, semua berkat bantuan pakde," tambah Riana.
"baik-baik, kalau begitu yang getah ya le, biar ibu mu dan bapak mu membuat anak laki-laki lagi ya," kata Ndoro Shaka.
"kang mas ini bisa saja, saya sudah tua, lagi pula Aji masih di padepokan yang mas miliki, jadi dia sudah bisa jika jadi penerus keluarga ini," kata Ndoro Prapto.
"iya kamu benar, terlebih Aji juga sangat hebat sekarang, dia sudah mulai menghafal beberapa cerita yang sulit dan sedang menghafal kitab kejawen milik keluarga ku," kata Ndoro Shaka.
"Laila berikan minum pada pakde mu, ingat jangan membuat kesalahan, atau kamu tau apa yang ibu bisa lakukan," bisik Bu Ageng.
Laila pun berpindah dengan sopan dan mengambilkan air minum untuk Ndoro Shaka.
pria itu menerima gelas dan sempat menyentuh tangan dari Laila, "pakde Monggo di unjuk..." lirih gadis itu.
"kenapa kamu nampak kaku begitu, pakde gak gigit kok, santai saja nduk," kata pakde Shaka.
"bukan takut kang mas, mungkin Laila sedang sedih karena sebentar lagi dia tak punya teman di rumah karena Kiki akan menikah," kata Bu Ageng.
"ibu ini ngomong apa, kan ada kita yang akan menemaninya, memang siapa yang akan mau melamar Laila setelah tau siapa calon suami dari Kiki," kata Ndoro Prapto.
"iya ayah benar, karena yang harus jadi suami Laila harus orang yang strata sosialnya tinggi, karena tak mungkin gadis berbakat seperti Laila, menerima pinangan pria biasa," kata Riana dengan suara yang setuju.
"iya yah, yang di katakan Riana benar," kata Tejo yang juga setuju.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments