Laila kini ikut keluar bersama Ndoro Shaka,pria itu mengajak Laila ke kota untuk berbelanja.
mulai dari sepatu dan baju, Laila yang memang terlalu lugu jadi senang-senang saja saat di ajak berbelanja.
mereka pun puas dan memilih makan do sebuah rumah makan, dan tak sengaja malah ketemu semua tim dari voli Kiki.
"Laila!!" teriak Vera melambaikan tangannya.
"hai.. kalian disini," kata Laila yang mengandeng tangan Ndoro Shaka.
melihat pria yang berdiri di samping Laila, beberapa guru yang berada di tempat itu mencium tangan pria itu.
Laila melihatnya dengan heran,"biasa nduk, kalau kamu lebih kaya dan punya posisi bagus," bisik pria itu pada Laila.
Laila hanya tersenyum, berarti ini seperti bapaknya dan para anak buahnya atau orang yang bekerja di bawahnya.
"wah, pacar baru nih kayaknya, serasi loh," kata Agus yang memang biasa mengatakan hal tanpa berpikir panjang
"ha-ha-ha... benarkah?" tanya laila yang hanya tertawa.
sedang Qais yang tau siapa pria di samping Laila tak bisa berkata apapun.
terlebih dia tak mungkin melawan Ndoro Shaka yang memiliki kekayaan yang tak terhitung jumlahnya.
bahkan di bandingkan dengan keluarga Ndoro Prapto saja dia tak sebanding, apalagi pria itu.
"ha-ha-ha kalian itu bisa saja, Prapto apa acara kalian belum selesai?" tanya Ndoro Shaka.
"belum mas, ini kamu baru sampai, memang kenapa?" tanya Ndoro Prapto.
"tidak, kebetulan aku membungkus makanan ku karena akan makan di rumah," jawab pria itu.
"loh emang adek Ageng tak masak ya mas?" tanya Ndoro Prapto yang sangat sopan.
"dia masak kok, cuma aku pengen ngajak Laila keluar saja, Soli tolong ambil makanannya kita pulang," perintah pria itu.
"baik Ndoro," jawab pria berbadan tegap itu, bahkan semua centeng dari pria itu sangat sanggar.
Ndoro Shaka memberikan uang untuk semuanya makan-makan,Laila pun pamit, dan terlihat Ndoro Shaka begitu perhatian terhadap Laila secara lebih.
Laila dan Ndoro Shaka pun pulang, tapi saat sampai di rumah Bu Ageng terlihat tak senang.
"ada apa Ageng? kenapa wajahmu sepertinya marah begitu?" tanya Ndoro Shaka.
sedang Laila sudah bersembunyi di balik tubuh pria itu, "kang mas,jangan terlalu memanjakan gadis ini,dan Laila bagaimana kamu bisa meminta di temani jalan-jalan sama pakde, kamu tak ingat jika pakde mu habis melakukan pertunjukkan semalam suntuk," kata bu Ageng memarahi Laila.
"sek sek nduk, ini yang salah aku, kok malah nyalahne Laila, aku yang mengajaknya keluar karena mau membelikan hadiah, sebab dia sudah menampilkan pertunjukan yang sangat baik semalam," kata Ndoro Shaka.
"owalah Gusti pangeran, tak kira Laila yang merengek-rengek pada kang mas, ya sudah kalau begitu, kita makan dulu, ini sudah terlalu sore untuk makan siang sebenarnya," kata Bu Ageng tersenyum semringah.
Laila malah cemberut melihat reaksi dari sang ibu, "ada apa cah ayu?"
"lihat itu pakde, ibu cuma senyum kalau pakde yang ngajak, mungkin kalau aku akan beda ceritanya," kata Laila.
"tenang selama ada pakde tak akan pakde biarkan kamu terluka," bisik pria itu.
mereka makan bersama,bahkan setiap makanan ada tatacara agar tetap sopan.
Ndoro Shaka sangat memuji Ageng untuk menerapkannya unggah ungguh dalam keluarganya itu.
pukul lima sore, saat luka sedang latihan menari di awasi oleh Ndoro Shaka.
mobil Ndoro Prapto datang, Kiki turun dan langsung menyapa sang ibu dan Ndoro Shaka.
"bagaimana acaranya tadi lancar, dan selamat atas prestasi mu," kata pria itu tertawa senang.
"matur sembah nuwun pakde, kalau begitu Kiki pamit mau bersih-bersih dulu,"
Ndoro Shaka mengangguk dan kembali menikmati keluwesan dari gerak tari yang di bawakan oleh Laila.
pria itu benar-benar terpukau oleh setiap gerak anggun Laila, Bu Ageng menyadari hal itu.
Bu Ageng membisikkan sesuatu pada suaminya, toh sebentar lagi Laila dan Kiki akan lulus SMA dan mereka sudah waktunya mencari jodoh.
Bu ageng tau siapa yang cocok,dan itu akan membawa kemakmuran dalam keluarga mereka.
"nanti ayah yang pamit ya," kata Bu Ageng.
"itu bisa di atur Bu," kata Bu Ageng.
makan malam sudah tertawa tapi,salah satu centeng atau pengawal dari Ndoro Shaka datang untuk membisikkan sesuatu.
"sepertinya ini makan malam terakhir kita, karena setelah ini aku harus pulang," kata pria itu.
"ada apa kang mas?" tanya Bu Ageng.
"biasa nduk,ada masalah di perkebunan dan tak ada yang bisa membereskannya," jawab pria itu tersenyum.
"mboten berangkat mbenjang mawon mas, sekarang pasti akan kesulitan terlebih jalan di desa ini banyak yang rusak," kata Ndoro Prapto.
"wes gak popo," jawab pria itu tersenyum ramah.
Kiki menyikut Laila, dan memberi kode, yang sayangnya Laila tak peka atau memang memilih diam.
setelah makan malam, semua mengantarkan kepergian dari Ndoro Shaka, tapi Laila nampak belum puas bermain.
"ada apa nduk? masih kangen pakde ya?" tanya pria itu lembut.
"tidak kok, cuma mau tanya, pakde kesini lagi kapan, karena bulan depan Laila wisuda, dan ayah janji mau buatkan syukuran besar-besaran, Laila ingin pakde yang jadi dalang saat acara itu," kata gadis itu.
"Laila... tak sopan meminta hal itu pada pakde mu," kata Bu Ageng.
"gak papa nduk, iya pakde pasti datang, dan pakde hampir lupa tadi pakde mau memberikan kalung emas ini padamu, di pakai dan jangan di lepas ya," kata Ndoro Shaka.
"iya pakde," jawab Laila yang memang tak memiliki pikiran jelek.
sedang kedua orang tuanya sudah sangat bahagia karena terbukti pria itu menginginkan Laila.
setelah kepergian rombongan dari Ndoro Shaka,mereka pun memilih istirahat.
keesokan harinya, keluarga itu berkegiatan seperti biasa, pagi itu Laila dan Kiki memilih joging pagi hari.
pakaian mereka tentu pakaian yang longgar, setelah satu kali putaran, mereka berdua berhenti karena melihat penjual pecel keliling.
"Bu beli pecel," panggil keduanya.
"iya neng, mau lengkap atau gimana?" tanya ibu penjual itu.
"beli yang lengkap Bu,pakai togenya yang banyak ya,sana bumbunya," kata Laila.
"kalau saya tak usah kembang Turi," kata Kiki
mereka pun duduk lesehan sambil makan pecel di rerumputan di pinggir sungai, tak lama banyak orang datang untuk ikut beli.
"jadi berapa Bu?" tanya Laila yang ingin membayar.
"dua ribu neng," jawab ibu itu.
Laila mengeluarkan uang lima ribu rupiah,dan di kembalikan tiga ribu,"matur nuwun ya neng," kata ibu itu.
"inggih Bu, pecelnya pancet Joss, besok kalau lewat lagi tolong di sisakan untuk kami ya," kata Laila.
"terus kalau ketemu lagi,kalau tidak gimana neng?" tanya ibu itu.
"gini aja, paling mudah ibu lewat depan rumah Ndoro Prapto pemilik sanggar seni wayang kulit Sudirjo, ibu tau kan,lah... kami tinggal disana," kata Kiki.
"ya Gusti pangeran, neng berdua anak dari Ndoro Prapto itu, maaf ya neng saya tak mengenalinya," kata ibu itu.
"tidak apa-apa Bu, kalau begitu kami pamit," kata Laila yang mulai tak nyaman.
keduanya pun buru-buru pergi dari tempat itu, jika tidak pasti akan ada saja yang memberikan hasil panen dan bilang terima kasih.
karena keluarga mereka yang banyak membantu kehidupan warga sekitar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
🎎 Lestari Handayani 🌹
ndoro Shaka suka sala Laila ya
2022-09-02
0