"Sudah kukatakan aku tidak mau!" Teriak Luis.
"Selain kau, siapa lagi yang bisa kuharapkan?" Hellas berucap putus asa.
"Krum! Suruh dia yang naik!"
"Dia terlalu ambisius. Itu tidak baik untuk seorang pemimpin"
"Dan aku sebaliknya. Aku tidak menginginkan posisi itu. Sama sekali tidak!" Luis bersikeras menolak.
"Luis...."
"Untuknya aku akan membantu mencari. Tapi untuk naik tahta. Aku tidak berpikir untuk itu."
Luis menarik nafasnya dalam. Mengingat pertengkarannya dengan sang ayah.
"Selalu saja begitu," gerutu Luis.
Sementara di sisi lain, Krum langsung menghancurkan semua barang di kamarnya. Dia mendengar dengan jelas. Ketika sang ayah menunjuk Luis secara langsung untuk menjadi penerusnya.
"Apa sebenarnya yang istimewa dari anak darah campuran itu!" Geram Krum, membalik sebuah meja di kamarnya.
"Itu karena dia memiliki apa yang tidak kau miliki." Suara desisan menjawab pertanyaan Krum.
"Jangan ikut campur. Pergi kau dari pikiranku!"
"Mau kuberitahu satu rahasia?"
"Jangan memancingku!"
"Dapatkan dia dan kau akan memimpin klan ini. Tanpa bantahan dari siapapun."
Krum sejenak terdiam.
"Apa dia sudah muncul?"
"Aku sedang mencari pikirannya."
Krum kembali terdiam. Dia tahu sesuatu di kepalanya itu sudah beranjak pergi.
"Kau memang curang ayah. Kau memberitahunya. Tapi tidak denganku. Baik karena kau yang mulai. Jangan salahkan aku, jika aku sendiri yang akan menghabisi putra kesayanganmu itu."
Di tempat lain, waktu yang hampir bersamaan, Lucas setengah berlari. Mencari Aiden.
"Ada apa?" Aiden bertanya, ketika Lucas tiba-tiba muncul di hadapannya.
"Hyung lihatlah ini!" Lucas langsung memegang tangan Aiden. Seketika visual yang dilihat Lucas. Juga dilihat oleh Aiden.
"Kau baru saja melihatnya?"
Aiden bertanya dan Lucas mengangguk cemas.
"Apa yang harus kita lakukan?"
"Yang kau lihat hanyalah potongannya bukan? Bukan keseluruhannya?"
Kembali Lucas mengangguk.
"Kalau begitu, jangan terlalu khawatir dulu. Perang saudara sepertinya memang tidak bisa dihindari. Tapi hasilnya kita belum tahu."
"Tapi dalam penglihatanku..."
"Dia terluka belum tentu terbunuh."
Lucas langsung mengacak rambutnya frustrasi.
"Bisakah seseorang mengambilnya dari kepalaku. Tidak masalah jika itu hal lain. Tapi tiap kali melihat mereka saling menghunuskan pedang satu sama lain. Aku seperti orang gila, Hyung!" Lucas berteriak hampir menangis.
"Lucas hati-hati dengan pikiranmu. Dia bisa membacanya."
"Tidak. Aku tahu jika dia berusaha menerobos pikiranku. Aku bisa menyembunyikannya. Lagipula dia bukan orang yang sembarangan akan membaca pikiran kita. Kalaupun dia tahu. Dia akan diam saja."
Aiden tersenyum. Lucas sangat memahami Luis.
"Begini saja kau jangan terlalu memikirkan penglihatanmu."
"Tapi Hyung, ini menyiksaku. Kenapa kelebihan ini diberikan padaku. Aku jelas bukan orang yang bisa menghandle masa depan."
"Pasti ada rahasia di balik semua ini. Kenapa kau diberi kelebihan bisa melihat potongan masa depan atau lebih tepatnya apa yang akan terjadi di masa depan."
Lucas mendengus geram. Lalu menghempaskan tubuhnya di ranjang Aiden.
"Kau perlu donor darah?" Goda Aiden.
"Entah." Lucas menjawab ambigu. Diantara mereka berlima. Hanya Lucas yang sering meminum darah langsung dari tempatnya. Dia memberi istilah donor darah. Karena darah yang dia ambil dari para korbannya, hanya sebanyak orang yang mendonorkan darahnya. Jadi korbannya tidak akan mati. Paling hanya lemas. Paling parah pingsan.
Lucas menggulingkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri.
"Aku pikir, aku memang perlu healing." Ucap Lucas pada akhirnya. Aiden yang mendengar perkataan Lucas langsung tersenyum.
"Apalagi yang kau butuhkan untuk menaikkan moodmu selain wanita cantik," seloroh Aiden tanpa melihat ke arah Lucas.
Tanpa Aiden tahu. Kalau Lucas sudah menghilang dari ranjangnya.
Lucas tiba-tiba saja sudah muncul di sebuah klub malam. Dalam sekejap dia sudah dikelilingi wanita cantik. Paras Lucas yang tidak kalah dari Luis. Membuatnya digilai banyak wanita. Terlebih Lucas lebih terbuka soal pergaulan daripada yang lain.
"Mau kutemani?" Tanya seorang wanita cantik dengan pakaian seksi. Lucas menyeringai melihat hal itu. Tanpa banyak kata wanita tersebut duduk di samping Lucas. Menempelkan tubuhnya di tubuh kekar Lucas.
"Kau mau memulainya sekarang?" Lucas berujar sensual. Darahnya seolah mendidih. Mencium aroma darah yang begitu memabukkan. Dahaga itu segera hadir di tenggorokannya. Apalagi ketika wanita itu mulai mencium bibir Lucas penuh hasrat.
Siapa juga yang tidak tertarik dengan pria setampan Lucas. Ciuman itu hanya berlangsung singkat. Karena sebenarnya Lucas tidak terlalu suka bersentuhan dengan wanita yang tidak ia sukai.
Begitu Lucas mulai menciumi leher wanita itu. Sepasang taring langsung muncul dengan pupil mata Lucas seketika berubah menjadi merah. Tanpa membuang waktu. Lucas langsung menghunjamkan taringnya di leher wanita itu. Lucas sejenak memejamkan matanya. Menikmati manisnya darah wanita itu, mengalir membasahi tenggorokannya.
Hal itupun tidak berlangsung lama. Lucas tahu batasnya. Hingga tak berapa lama. Pria itu melepaskan gigitannya pada wanita itu. Taringnya perlahan menghilang dengan pupil mata kembali berwarna hitam.
"Kau sangat mengagumkan," bisik Lucas, lantas berdiri. Lalu meninggalkan wanita itu begitu saja. Wanita itu jelas bingung. Mereka baru saja berciuman tidak lebih dari sepuluh menit. Dan Lucas langsung beranjak pergi.
"Apa dia gila?" Geram wanita itu. Tanpa sadar apa yang sudah Lucas lakukan padanya. Sementara Lucas hanya tersenyum. Mendengarkan umpatan si wanita Lelaki itu kini sudah berada di kamarnya, telah melepas jasnya. Sekarang mulai menanggalkan kemejanya. Dia melambaikan tangan, segelas minuman berwarna merah langsung melayang ke arahnya.
"Kau baru saja mengambil makan malammu?"
"Tidak..aku baru saja bersenang-senang."
Jawab Lucas melalui pikirannya. Lucas Altemose, tidak ada seorangpun yang tahu identitas dirinya yang sebenarnya. Juga satu penglihatan yang dia dapat. Yang dia sembunyikan dari semua sahabatnya. Sebab dia terlalu takut dengan penglihatannya sendiri.
"Aku tidak mungkin berada di atas sana." Batin Lucas sambil meminum minumannya.
***
"Kak, apa yang bisa aku bantu?" Tanya Ara berusaha ramah pada Yoon. Seniornya di kantor Luis.
Sesaat Yoon menatap tajam pada Ara. Membuat Ara mundur satu langkah. Takut.
"Kau menakutinya, Yoon." Satu suara masuk ke kepala Yoon.
Membuat pria itu langsung memejamkan matanya. Berusaha mengendalikan diri.
"Bisa kau periksa berkas yang disana itu. Kalau ada yang salah. Betulkan lalu berikan padaku. Akan aku kerjakan," Yoon berucap sambil mengetatkan rahangnya.
"Baik, Kak," jawab Ara sumringah, langsung meraih berkas di meja sebelah.
"Kerjakan di luar." Titah Yoon tegas.
"Baik, Kak."
"Good boy."
Yoon mendengus kesal mendengar suara itu. Yoon jelas tidak bisa satu ruangan dengan Ara. Aromanya terlalu menggoda. Dia takut akan lepas kendali.
"Abaikan saja dia."
"Hyung.... kau tidak berada di sini. Jadi kau tidak mengalaminya. Dia benar-benar berbahaya." Keluh Yoon.
Di ujung sana, Luis tertawa.
"Jangan tertawa!"
"Salahkan saja Hyungmu itu. Menitipkan kue yang begitu manis rasanya pada kita."
"Jadi jangan salahkan aku jika suatu saat aku memakannya."
"Kalian sedang membicarakan apa sih?" Pikiran Lucas ikut nimbrung, membuat yang lain langsung kicep. Bisa dilihat jika Luis, Aiden dan Yoon saling pandang dalam pikiran mereka.
"Sembunyikan dulu dia darinya."
Layaknya sebuah DM, pesan Luis terkirim ke pikiran Yoon dan Aiden. Tanpa Lucas ketahui. Namun ternyata mereka lupa. Jika Lucas juga punya kepekaan yang tinggi.
"Kalian menyembunyikan sesuatu dariku?" Lucas tiba-tiba saja sudah muncul di hadapan Yoon.
Yoon langsung memanyunkan bibirnya. Sudah pasti masalah akan bertambah rumit jika si biang kerok ini ikut campur.
"Apa yang kalian sembunyikan....tunggu...aroma manis apa ini?" Lucas langsung bertanya. Tiga orang seketika menepuk jidatnya hampir bersamaan.
"Kau seperti kucing saja. Tahu kalau ada ikan asin."
"Aku bukan kucing. Aku ini vampir. Dan dia bukan ikan asin. Tapi makanan yang begitu lezat untuk dinikmati."
"Jangan menyentuhnya!" Luis memberikan perintahnya.
Dan bukan Lucas namanya jika tidak membantah ucapan orang lain.
"Dan kau tahu kan kalau aku bukanlah orang yang patuh. Aku adalah seorang pemberontak."
Goda Lucas sambil tersenyum senang.
***
Visual Lucas Altemose,
Kredit Pinterest.com
Park Jimiiiiinnnnnn 😍😍😍
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Cata Leya
hahaaa gue msh berusaha memahami setiap tokohny
2023-03-09
1