Luis kembali membawa Ara melompat, menghindar ketika makhluk jelek itu menyerang mereka lagi. Ara yang tadinya ketakutan mulai bisa mengendalikan ketakutannya.
"Kau harus mulai membiasakan diri."
"Untuk?"
"Bertemu makhluk-makhluk jelek seperti itu."
"Masih ada yang lain? Kenapa aku harus membiasakan diri?"
"Banyak yang lain....haisshh ini menyebalkan!" Luis mengumpat ketika sabetan pedang makhluk maut itu hampir mengenai mereka. Sabetan pedang makhluk itu menimbulkan gelombang kekuatan yang bisa menghancurkan apa saja yang dilaluinya. Tanpa perlu pedang itu menyentuh obyeknya.
"Berhenti bermain-main, Pangeran. Mari kita bertarung sungguhan."
"Pangeran?" Ara bergumam lalu menatap Luis yang terlihat marah juga bimbang.
"Jangan bertanya sekarang." Desis Luis. Lalu melompat mendekat ke arah makhluk itu. Satu lambaian tangan, dan sebuah pelindung tidak terlihat, menyelimuti tubuh Ara.
"Sungguh suatu kehormatan bagiku bisa bertemu Yang Mulia Pangeran Luis." Sapa makhluk itu setengah nyinyir.
"Pangeran? Memang siapa sih dia." Lagi Ara berbisik dalam hati. Yang tentu saja di dengar oleh Luis.
"Kenapa kau muncul di sini, Tera?"
Makhluk yang Luis panggil Tera itu menyeringai. Dunia fana bukanlah tempat Tera. Makhluk itu seharusnya berada di dunia bawah.
"Hanya sedikit mencari udara segar."
"Yah kalau begitu bentukannya, mana bakal dia jadi segar. Gerah mulu yang ada." Celetuk Ara.
Kembali Luis hampir meledakkan tawanya. Mendengar ucapan kulkas berjalan volume dua itu.
"Aku pikir cukup beruntung bisa bertemu dengan Anda saat sedang berburu." Tera melirik Ara.
Ara mengerutkan dahinya.
"Aku sedang ingin bersenang-senang malam ini. Jadi aku sedikit membawa "snack." Jawab Luis.
"Dan "snack" Anda pastilah berbeda dengan yang lainnya. Karena sepertinya dia begitu manis dan menggoda."
"Itu bukan urusanmu, Tera. Kembalilah ke dunia bawah. Jangan muncul lagi di dunia fana."
"Ciihhh!!!" Tera berdecih kesal.
"Kami tahu, pemimpin kami sekarang adalah klan kalian. Tapi kalau boleh jujur. Aku tidak suka. Kalian hanyalah sekumpulan makhluk penghisap darah...."
"Penghisap darah? Maksud makhluk itu Luis adalah...."
Luis langsung menoleh begitu mendengar ucapan Ara. Saat itulah Tera melihat celah. Lalu menyerang Luis tiba-tiba. Satu gelombang kekuatan datang menghantam Luis. Membuat pria itu sedikit limbung di tempatnya berdiri.
"Kau memang menyebalkan! Tidak di sini! Maupun di dunia bawah!" Teriak Luis. Yang langsung membalas serangan Tera dengan gelombang kekuatan yang lebih besar dari yang Tera punya.
"Dan kami tidak suka menjadi bawahan makhluk seperti kalian!" Balas Tera tidak mau kalah. Kali ini adu kekuatan fisik terjadi. Ara melongo, melihat Luis. Atasannya, seakan berubah menjadi orang lain saat bertarung dengan Tera. Makhluk entah apa itu, yang baru kali ini Ara lihat.
Terkejut, satu kata yang mungkin mewakili perasaan Ara. Atasannya di kantor, tiba-tiba bisa bertarung dengan kekuatan yang Ara pikir di luar nalar manusia. Mengenal makhluk jelek yang Luis panggil Tera. Dan sekarang dia setengah merinding ketakutan. Ketika tiap pukulan dan tendangan keduanya menimbulkan suara berdentum seperti benda meledak. Membuat tempat itu seketika hancur berantakan.
"Sudah cukup bermain-mainnya!" Luis berteriak. Melompat maju, membuat gerakan seperti menyabetkan sebuah pedang. Yang sigap di tahan oleh Tera. Adu kekuatan terjadi.
"Kau bernasib sial sudah muncul di hadapanku!"
"Tapi setidaknya aku tahu, "snack" Anda begitu istimewa. Setelah ini saya pastikan akan banyak yang menginginkan "snack" Anda!" Desis Tera.
"Namun sayangnya, hanya kau saja yang bisa melihatnya. Lain tidak!" Ucap Luis penuh penekanan.
Detik berikutnya, Luis menekan serangannnya. Menambahkan lagi kekuatannya beberapa kali lipat. Membuat Tera seketika merasa terancam. Dalam keadaan itu, Tera mencoba mengirimkan pikirannya soal visual Ara yang sudah dilihatnya.
"Sudah ku bilang hanya kau yang akan melihatnya!" Ucap Luis.
Tera seketika mengumpat. Dia lupa, makhluk tampan di depannya ini adalah master mind reader (pembaca pikiran). Hingga bisa Tera rasakan, jika Luis sedang memblokir pikirannya untuk berbagi visual Ara dengan teman-temannya.
"Aaarrgghhhhh!"
Tera menjerit ketika Luis benar-benar membelah tubuhnya menjadi dua. Darah hijau langsung mengalir dari tubuh Tera. Diiringi suara ledakan super keras. Ara langsung menutup kedua telinganya.
"Kau muncul di waktu dan tempat yang salah." Gumam Luis. Sejurus kemudian, pria itu berjalan ke arah Ara yang kini ketakutan melihat dirinya.
"Siapa kau?!" Satu pertanyaan langsung terlontar dari bibir Ara.
"Nanti aku akan jelaskan..."
"Tidak! Aku ingin jawaban sekarang...."
Luis melompat cepat ke arah Ara, ketika sebuah gelombang kekuatan lain, datang ke arah gadis itu. Namun Luis terlambat. Satu kekuatan itu berhasil menyerempet tubuh Ara, hingga tubuh Ara tidak sadarkan diri seketika.
"Ara...Ara...." Luis memanggil Ara, sambil menajamkan indranya. Sedikit lega ketika itu adalah sisa gelombang kekuatan milik Tera.
Dalam sekali sentak tubuh Ara sudah ada dalam gendongan Luis. Pria itu memejamkan matanya sejenak. Dan ketika dia membuka matanya. Keadaan ditempat itu sudah kembali seperti semula. Bersamaan dengan tubuh Luis dan Ara yang menghilang dari tempat itu.
"Apa yang terjadi?" Yoon bertanya. Begitu dia melihat Luis yang langsung mendudukkan dirinya di hadapan Yoon.
"Aku bertemu Tera." Jawab Luis menuangkan minuman berwarna merah ke dalam gelasnya.
"Tera? Makhluk maut? Bagaimana dia bisa ada disini?" Tanya Yoon.
"Itu juga yang jadi pertanyaanku. Apa kami sudah kehilangan kendali atas mereka." Luis berucap.
"Aku rasa tidak." Lucas tiba-tiba nimbrung.
"Maksudmu? Ini adalah bentuk tidak kepuasan mereka pada kita?" Luis mengutarakan pendapatnya.
"Lebih kurang seperti itu. Kau tahu kan mereka ingin dipimpin oleh ras Iblis. Tapi beberapa abad ini, ras Iblis selalu kalah dengan kita, klan vampir." Lucas menambahkan.
"Aku pikir kantor pusat harus tahu."
"Kalau begitu beri tahu saja dia." Lucas berucap dengan nada sedikit kesal.
Lucas terlihat tidak terlalu suka dengan Hellas Verona. Ayah Luis.
"Kapan-kapan aku akan memberitahunya. Kalian tahu kan aku malas kalau harus bertemu Krum, bawaannya ngajak gelut aja tu orang."
"Kapan ya kalian akurnya."
"Nggak akan pernah!" Jawab Luis tegas.
"Ya sudah terserah. Kalian itu saudara."
"Beda ibu. Dan dia selalu menuduhku, kalau aku yang ingin jadi pemimpin klan. Padahal aku tidak menginginkanya. Kantor pusat saja yang memaksaku."
"Susah jika Krum selalu mendengarkan ibunya."
"Aku pikir yang bermasalah adalah ibunya."
"Nereida memang berambisi, menjadikan Krum pemimpin klan. Karena dia pikir Krum lebih pantas. Sebab dia keturunan vampir asli. Sedang kau, meski sekarang kau sama dengan kami. Tapi kau adalah vampir campuran."
"Itu karena ibuku manusia." Jawab Luis sendu.
"Tapi bagi kami tidak masalah siapa yang memimpin. Asal dia kompeten. Itu sudah cukup." Yoon berucap.
Lama mereka terdiam. Hingga akhirnya Luis bangkit, berjalan menuju kamarnya. Meninggalkan Yoon dan Lucas yang hanya bisa memperhatikan Luis masuk ke kamarnya.
"Hidupnya sudah cukup berat. Dan sekarang ditambah banyak masalah yang mulai bermunculan," Yoon bersimpati.
"Aku pikir, aku tidak akan mampu bertahan jika menjadi dia. Dimusuhi saudara sendiri karena tahta. Kehilangan ibunya di usia yang sangat muda. Kehilangan kekasih. Menjadi abadi dengan cara seperti Luis sangat menyiksa."
"Sebab kau seperti dipaksa. Aku ingat dulu, bagaimana dia lebih memilih demam daripada harus mencari mangsa."
"Ya dia lebih suka berendam di kolam. Daripada mencari mangsa untuk memuaskan dahaganya."
"Dia takut tidak bisa mengendalikan diri jika sudah menghisap darah orang."
"Sebab itulah yang paling susah dilakukan." Lucas membenarkan.
"Apa kau mengalaminya?"
"Aku sering mengalaminya, hampir saja lepas kendali. Ingin menghisap darah mereka sampai habis."
"Apalagi jika kau dapat darah yang manis."
"Haisshhh, Yoon kau membuatku terpancing."
Yoon menampilkan senyum smirk-nya. Dia tahu Lucas tidak akan bisa menahan diri jika mereka sudah membicarakan soal acara menghisap darah manusia. Lucas menggeram kesal.
"Aku pikir hanya Luis saja. Vampir yang mengedepankan logikanya. Daripada mengikuti insting alaminya sebagai seorang vampir." Lucas berucap.
"Karena itulah ayahnya bersikeras agar Luis mau menjadi penerusnya. Dibandingkan Krum yang ambisius dan emosional."
Yoon menutup diskusi mereka malam itu. Sebelum keduanya menghilang bersamaan. Yoon yang masuk ke kamarnya dan Lucas yang muncul di tempat favoritnya.
****
Yoon, kulkas berjalan volume satu 🤣🤣
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments