Raveliks

*****

"Hmm, gimana yah?" balasan Laura membuat mereka terceket, mereka takut dengan jawaban Laura "Menarik, gue mau dong" lanjut Laura dengan tergirang.

"Aing udah panik" ucap Radit dengan wajah yang terlihat sangat panik.

"Apaan nih, kok gue gak di ajak" Faris tiba tiba datang menghampiri mereka semua, Faris rasa ia juga ingin ikut ke dalam gang yang Leon buat.

"Lo mau ikut?, tapi kan lu bentar lagi juga bakalan ke luar negeri lagi" tanya Laura memastikan.

"Gue beneran ikutan, soal keluar Negeri kita liat aja nanti."

"Oke, berarti anggotanya bertambah satu jadi sepuluh orang" kata Leon.

"Gang ini di ketuai oleh Ikbal dan gue yang jadi wakil" tambah Leon lagi.

"Kok gue?" Ikbal menunjuk dirinya sendiri.

"Lo nggak keberatan kan?" tanya Leon.

"Oke kalau gitu" jawab Ikbal sedikit ragu ragu.

"Nama gang nya?" tanya Rio lagi.

"RAVELIKS.

"Good" jawan Rio.

Mereka menumpukan tangan mereka masing masing di atas punggung tangan milik teman mereka.

"TWENTY FORMATIONS OF RAVELIKS" teriak mereka semua sambil membubarkan tumpukan tangannya masing masing.

"Tujuan adanya geng ini, buat jagain ke empat anggota cewe Raveliks terutama Laura. Kalian semua bisa bela diri kan?" tanya Leon lagi. Mereka semua mengangguk petanda bisa.

"Lo udah ada pirasat kalo bakalan ada yang nyelakain Laura? Sampe segininya?" ucap Faris yang merasa aneh dengan sikap Leon.

"Sepertinya gitu" balasnya.

Di sisi lain, dua orang berbaju serba hitam yang hanya melihatkan matanya tetap mengawasi mereka dari kejauhan, meskipun dari kejauhan tetapi mereka masih bisa mendengar apa yang anak anak Raveliks ucapkan.

Seperti biasa sepertinya seseorang itu akan melapor kepada bosnya ia merogoh lagi saku kantong celananya dan mengambil sebuah ponsel.

//"Ada info apa lagi?" tanya seseorang itu yang bisa menebak kalau anak buahnya menelpon yang pastinya ada sesuatu yang penting.

"Mereka membuat sebuah geng yang bernama Raveliks, beranggotakan sepuluh orang. Di antaranya empat cewe termasuk Laura juga" jawabnya sebari menjelaskan apa yang ia lihat.

//"Oke terus pantau dan jangan sampai ketauan" titahnya lalu mematikan telepon.

°°°°°°°°°

"Oh iya, gue mau ngasih tau kalian sesuatu soal kemaren malam" ucap Ikbal dengan wajah lebih serius lagi. Mereka semua menoleh ke arah Ikbal.

"Kemaren malam pas gue sama Laura di taman rumah, ada orang yang lempar batu hampir aja kena kening Laura" jelas Ikbal.

Leon terkejut, mungkin sekarang ia sedang menahan emosi nya mati matian.

"Tapi untungnya gue terlebih dahulu liat batu itu dan gue bisa cegah batu itu."

"Satu lagi" kini Laura yang membuka suara "Batu itu juga di bungkus kertas yang di dalamnya berisi tulisan. "

"Apa?" tanya Leon.

"GUE PASTIIN HIDUP LO GAK AKAN TENANG. LAURA QUEENZA NATALEKSA LEON ARGNTA" ucap Laura menjelaskan isi tulisan dari kertas itu.

Tangan Leon terkepal erat, dengan rahang yang ia satukan tergesek. Leon marah? Tentu saja mendengar ucapan Laura barusan mengingatkan dia kepada seseorang. Namun ia mencoba membuang pikirannya, dia tidak boleh berpikiran negatif terlebih dahulu.

"Bima?" tebak Radit.

"Gue rasa Bima gak mungkin ngelakuin itu, gue kenal dia dari kecil. Kalo dia benci sama cewe dia gak akan main gini" ucap Ikbal menjelaskan, karena jujur ia sudah tau Bima sejak kecil. Bima tidak akan melakukan peneroran atau hal yang misterius semacan nya ketika becinda terhadap seseorang, menurutnya yang melalukan cara seperti itu hanyalah seorang pecundang.

Laura mengangguk petanda setuju dengan ucapan Ikbal. Dia juga tau sedikit tentang sikap Bima karena dia menjalin hubungan dengan Bima sudah di bilang lumayan lama. Setelah kematian Ani yang naasnya bunuh diri akibat telah di lecehkan olehnya. Bima justru memasuki kehidupan Laura dan membuat dirinya sendiri menjadi obat penenang untuk Laura sialnya Laura tidak pernah tau kalau sebenarnya Bima lah yang menyebabkan Ani kakaknya meninggal..

"Adik lo" Ucap Rio ikut menebak juga. Perkataan Rio barusan berhasil membuat Leon membulatkan matanya.

"Adik" Laura bingung apa yang di maksud Rio?

Leon menghela nafas gusar "Gue punya satu adik yang entah kenapa dia begitu benci sama gue" kata Leon. Laura selama ini memang tidak pernah mau menau tentang seluk besuk Leon, karena menurutnya itu sangat tidak penting. Namun kali ini dia juga penasaran.

"Apa mungkin pelakunya adik lo" Faris bertanya membuka suara.

"Gue nggak tau pasti bang, tapi dia kalo benci sama orang suka nekat" ucap Leon dengan wajah lesu nya.

"Sepertinya orang itu mengincar Laura, jangan biarkan Laura pergi sendirian" perintah Ikbal selaku ketua geng itu.

*****

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!