Ancaman

*****

"Soal tunangan" ucapnya to the point.

"Keputusan ada di lo" Ucap Ikbal seakan tau arah pembicaraan Laura akan mengarah ke mana.

"Jujur gue masih cinta sama Bima, tapi gue juga benci sama dia. Mengingat apa yang lo katakan tentang dia membuat gue runtuh gitu aja" Laura menatap kosong kedepan.

"Menurut gue, Leon itu beneran cinta sama lo. Dia tulus sama lo, emang lo nggak liat itu?"

"Gue tau itu cuma---" ucapan Laura terjeda.

"Pilih dia yang niatnya baik" potong Ikbal.

"Huftt" Laura. mengbuang nafas panjang.

"Gue mau nanya sama lo, setelah kejadian kemaren Leon sama Bima berantem.Dia ada telepon lo atau chat lo nggak?" tanya Ikbal. Laura menggeleng kecil dengan wajah kecut.

Ikbal berdecih "Udah gue duga."

"Kenapa" Laura mengerutkan dahinya bertanya.

"Gue kan udah pernah bilang kalo Bima gk pernah cukup dengan satu cewe. Mungkin dia sekarang lagi sibuk sama cewe cewenya" jelas Ikbal.

"Udahlah sekarang gue udah gk mau berharap lagi sama dia. Terserah dia mau ngapain, gue gak peduli.

"Yakin?" tanya Ikbal lagi.

"Seratus persen kapten" Laura tersenyum lebar. Ikbal mengusap kepala Laura lembut.

"Oh iya lo kenapa bisa di usir sama Bima?" pertanyaan Laura membuat Ikbal terdiam "Harus jawab gak ada penolakan."

"Hm, Bima gak sengaja denger omongan kita waktu itu di telepon.

"Yang gue minta lo buat cerita lebih dalam lagi tentang Bima?" tanya Laura lagi.

"Eumm. Dia marah besar, dia pukul gue dia hajar gue habis habisan" balas Ikbal.

"Keterlaluan tu orang" rahang Laura merapat ia menggesekan rahangnya hingga terdengar suara melinukan.

"Udah gak papa."

"Gue gak habis pikir aja sama tu ora---"

"LAURA" teriak Ikbal.

ARGHH!"

"Hep" Dengan segera Ikbal menangkap batu yang melayang ke arah Laura entah dari mana itu. Untung saja Ikbal sempat melihat batu itu kalau tidak mungkin saat ini kening Laura sudah berlumuran darah.

lo gak papa" ucap nya panik.

"Aman, gue gak papa. Cuma kaget aja" jawab Laura.

"Ulah siapa ini anj" emosi Ikbal menaik.

"Bentar, kayanya batunya di bungkus kertas. Coba liat.

Ikbal memberikan batu yang di pegangnya kepada Laura. Laura membuka kertas yang membungkus batu itu dengam hati- hati, setelah di buka ternyata benar saja terdapat bait kata tertera di dalamnya.

GUE PASTIIN HIDUP LO GAK AKAN TENANG.

TIYAR

LAURA QUEENZA NATALEKSA

LEON ARGANTA.

Ikbal dan Laura kompak membulatkan matanya. Mereka terkejut bukan maen siapa yang sebenarnya mengirimkan ini. Apa orang iseng atau malah di sengaja?

"Maksudnya apaan?" Tanya Laura kepada Ikbal.

"Gue juga gak ngerti, yang pasti ada seseorang yang gak suka sama kalian. Lo punya musuh gak? Tanya Ikbal balik.

"Seinget gue, kayanya gue nggak punya deh" jawab Laura.

"Bisa jadi itu ulah orang yang gak suka sama Leon. Tapi dia mau balas dendam lewat lo" jelas Ikbal.

"Kok sama gue?"

"Orang itu pasti tau kalau lu mau tunangan sama Leom makanya dia berani kaya gini sama lo."

"Owhh" Laura hanya berowh saja seakan menganggap hal ini sangatlah sepele. Padahal Ikbal saja merasakan pikiran yang buruk.

"Masuk udah gak aman di sini" ucap Ikbal berdiri dari duduknya, di ikuti oleh Laura yang ikut berdiri juga. Laura mengangguk lalu masuk kedalam rumah dengan Ikbal. Setelah di dalam rumah seperti biasa ketika ingin mencapai kamarnya Laura harus melewati tangga terlebih dahulu. Berbeda dengan Ikbal, ia berada di lantai utama karena memang kamar tamu terletak di lantai utama. yang berada di lantai atas hanyalah kamar milik Laura, kedua orang tuanya dan juga Faris.

°°°°°°°°°°

"Laura mana Bang?" Tanya Dewina kepada anak sulungnya itu.

"Masih di kamar, lagi pake baju mungkin" jawabnya.

"Ayo makan Bal, gak usah sungkan anggap aja rumah sendiri ya."

"Iya om makasih banyak ya. Ikbal gak tau harus balas dengan apa" kata Ikbal.

"Cukup jagain Laura di manapun itu" Kini Faris membuka suara.

Mendengar ucapan Faris, Ikbal jadi teringat dengan kejadian semalam yang hampir saja ada yang mencelakai Laura.

"Tanpa lo minta juga, gue bakalan jagain Laura" jawabnya.

"Eh apaan nih kok bawa bawa Queenza yah" ucap Laura yang baru saja sampai di meja makan dan tak sengaja mendengar ucapan sang kakak dengan sahabatnya itu yang sekarang sudah tidak dengan dirinya.

"Udah ayok makan nanti telat" kata Dewina yang tidak mau mendengar lagi recokan antara ketiga pemuda itu.

"EH TUNGGU" ucap seseorang yang baru datang dari arah pintu utama membuat ritual makan pagi mereka harus terjeda dua kali akibat anak dan juga calon menantunya.

Dewina dan semua orang menoleh ke asal suara "Leon, ada apa? Kok kaya ngos- ngosan gitu? Tanya Dewina.

"Nggak ada apa- apa tante, cuma Leon itu mau ikut makan aja di sini. Boleh kan?"

Dewina tersenyum "iya dong bo--"

"GAK" Tolak Laura.

Leon beralih menatap Laura "Gue belum makan lho dari rumah, masa lo tega gak ngizinin gue makan" ucap Leon dengan wajah yang di buat sesedih mungkin.

"Bodo" kata Laura membuang mukanya ke arah lain.

"Aa ayolah, gue mau makan, nanti kali gue pingsan di sekolah gimana?"

"GUE BILANG GUE GAK PEDULI TITIK GAK PAKE KOMA" ucap Laura dengan nada tajam.

"Gue nangis nih huaaaaaa" Leon mengeluarkan suara tangisan seperti bayi.

Mereka yang menyaksikan itu semua hanya menggeleng- gelengkan kepalany, kapan bisa akur dua bocah ini.

"Spiderman seketika jadi berbie kalo di depan cewenya" celetuk Faris.

"Ahh bodo biar Laura ngizinin gue makan. Boleh yah boleh" Laura kali ini berjongkok di samping Laura yang sedang duduk di kursi makan tak lupa juga ia memasang wajah sedihnya.

"Kpasra, boleh deh tapi nasi doang" ucap Laura pasrah.

"Yah kok nasi doang" ucapnya dengan wajah cemberut.

"Dari pada gak makan sama sekali"

"Iyadeh"

"Yaudah kalo gitu ayok makan" ucap Dewina yang sudah mulai pusing akan sikap kedua anak itu. Mereka pun sudah siap dengan sendok nya masing masing akan tetapi...

"TUNGGU" cegah Leon lagi.

"Anj apa lagi. Gue laper" kini Faris sudah kehilangan kesabarannya sedari tadi sudah beberapa kali aktivitas makannya di jeda terus menerus.

"Ada apa lagi Leon?" tanya Dewina lagi.

"Tante kan belum nyuruh Leon duduk, masa mau makan sambil berdiri" balasnya cengengesan.

"Lo ketimbang duduk aja harus di suruh dulu. Kaya bocah" serka Laura.

"Leon duduk" ucap Reza ia juga mungkin sudah mulai kesal dengan Leon wkwkw.

"Ayok makan" titah Dewina.

Ketika sudah di suruh untuk duduk, Leon pun duduk di kursi yang masih kasong.Tanpa mau membantah mereka juga langsung menuruti kemauan Dewina toh juga waktu sudah mulai siang.

******

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!