Di Mall

*****

"IKBAL" panggil Laura setelah berada di depan seseorang tersebut.

Ikbal terkejut dengan suara tersebut, ia mendongakkan wajahnya yang semula melihat tanah kini beralih menatap Laura.

"La - Laura" ucapnya gelagapan.

"Lo ngapain di sini? Bawa koper segala lagi?" Tanya Laura yang terasa heran.

"Gue gapapa" kata ikbal.

"Bal, lo pernah ngomong ke gue kan. Kalau ada masalah harus cerita ke lo berarti sekarang giliran, lo harus cerita sama gue"

"Gue beneran gak papa" elak Ikbal.

"Lo juga pernah ngomong kan. Kalau lo itu udah anggep gue sebagai adik lo dan gue juga udah anggep lo sebagai abang gue" ucap Laura.

"Gue di usir Bima dari Rumah. Dia juga udah gak nganggep gue sebagai temennya lagi" jawab Ikbal dengan cepat.

Laura mengepalkan tangannya ia tak habis pikir dengan Bima, bukannya dia dan Ikbal sudah bersahabt sejak kecil dan juga Ikbal sudah di titipkan kepada orang tua Bima sejak umur 9 tahun lantas kenapa ia begitu seharusnya dia sudah menganggap ikbal sebagai kakaknya "Gara gara gue!" Laura menatap kosong ke depan.

"Gak ada sangkut pautnya sama lo" Ikbal menjawab cepat. Ia tak suka Laura bicara begitu.

"Bukannya si Bims itu sohib lo?" kini Leon membuka suara.

"Yang namanya sohib gak selamanya sohib" ucap Ikbal.

"Ayang beneran di usir sama Bima?" Tanya Seli yang memang ikut turun dengan Adel menghampiri Leon dan Laura. Ikbal mengangguk sebagai jawaban.

"Terus lo, sekarang tinggal di mana?" tanya Laura.

Ikbal tertawa enyah "Gue cowok, bisa di mana aja. Tenang" jawab Ikbal enteng.

"Bukan masalah lo cowok. Gue takut lo kenapa napa, yang namanya musibahkan gak ada yang tau Bal" nada ucapan Laura kini bergetar.

"Gue tau, tapi yaudahlah. hidup gue gak penting" ucap nya sambil membuang nafas berat.

PLAKK

Tanpa di sadari Laura menampar pipi Ikbal begitu kasar. Dia tentu saja emosi mendengar yang di ucapkan Ikbal barusan "Lo gila hah? Lo gila?" teriak Laura murka dengan dada yang naik turun.

Ikbal memejamkan matanya merasakan panas di pipinya akibat tamparan Laura. Mau sekeras apapun Laura melakukan itu ia tidak akan pernah bisa marah kepadanya, bisa di pastikan kalo Ikbal benar -benar sangat menyayangi Laura.

"Gue udah gak punya siapa- siapa lantas untuk apa gue hidup La" ucap Ikbal yang masih setia memejamkan matanya.

"Lo punya gue, punya Bunda sama ayah gue. Udah beberapa bulan ini lo gak pernah kerumah meraka selalu nanyain lo.

Mendengar itu Ikbal buru -buru membuka matanya, ia baru ingat kalau sekarang ia sudah jarang ketemu kedua orang tua Laura. Memang Ikbal sangatlah dekat dengan kedu orang tua, berbeda dengan Bima yang sama sekali tidak pernah mereka sukai.

"Maafin gue" Ikbal menundukan kepalanya.

"Lo mau kan tinggal di rumah gue?" Tanya Laura, kali ini.

Ikbal terkejut sama terkejutny dengan Seli dan Adel begitupun Leon. Bukan Leon tidak suka kalau Ikbal tinggal di rumah Laura, tetapi bisa -bisanya ia sepercaya itu sama Ikbal.

"Ngaco"

"Gue serius, Bunda sama Ayah juga pasti seneng banget kalo lo mau tinggal sama kita" jelas Laura, berharap Ikbal bisa menurutiny "Apalagi sekaang ada bang Faris, dia pasti seneng kalo ada temen" tambahnya.

"Faris? Maaf Laura tapi Gue--"

"Katanya lo gak mau bikin gue sedih, kalo emang bener lo turutin apa mau gue" serobot Laura.

Ikbal tak habis pikir, ada saja kata -kata Laura yang membuatnya tak bisa lagi mengelak. Ikbal melirik sekilaa ke arah Leon, Leon yang merasa di tatap itupun seakan ngerti apa maksud Ikbal.

"No problem kalo itu mau Laura, gue dukung. Tapi gue cuma mau lo jagain dia kalo dia lagi di rumah karena gue gak bisa" pinta Leon.

Ikbal mengangguk "Gue pasti jagain Laura tanpa lo minta."

"Boleh jalan sekarang gak sihh, gue kepanasan haus pengen minum" oceh Seli yang sedari tadi menyimak pembicaraan mereka.

Mereka menoleh ke arah Seli dengan kekehan ringan.

"Emang kalian mau kemana?" Tanya Ikbal.

"Kita cuma mau jalan- jalan gak jelas, lagian suntuk di rumah mulu" Jawab Seli.

Ikbal hanya mangut- mangut "Lo ikut juga yah" pinta Laura.

"Gak usah lah gue takut ganggu" tolak Ikbal tidak enak hati dengan Leon.

"Lo ikut mobil Seli gak usah nolak" ucap Leon cepat lalu melangkah maju masuk ke dalam mobilnya.

Ikbal terkekeh lalu masuk ke dalam mobil Selu sesuai yang di perintahkan Leon. Setelah itu mereka melaju ke arah tempat yang akan merek tuju.

°°°°°°°°°°°°

"Lo mau pesen apa" Tanya Leon kepada Ikbal.

"Nasi goreng minumnya air putih" balasnya.

Leon melototkan matanya "Gelud yu."

"Heh" Laura menganga lebar.

"Kenapa" tanya Ikbal terheran.

"Gak papa, gue cuma mau gelud aja sama lu" Leon merasa greget dengan pesanan yang Ikbal pesan.

"Sayangnya gue lagi gak mood, kapan -kapan deh."

"A**ir, lo kalo mau makan itu doang kenapa harus kesini" Greget Leon.

"Sebelumnya gue udah nolak cuma lo maksa" ucap Ikbal.

Keon hanya nyengir mengingat perkataan nya tadi.

Setelah beberapa menit menunggu akhirnya pesanan makananan yang mereka pesan datang, dengan segera mereka memakannua dengan lahap.

Setelah melalukan ritual makan bersama mereka memutuskan untuk pergi ke Mall karena dari tadi Seli merengek bak anak kecil ingin pergi ke mall entah ada apa di sana sampai Seli ngebet ingin pergi.

Akhirnya mereka semua menuruti apa mau Seli Dari pada langsung pulang menurut mereka mending jalan- jalan sebentar ke Mall lagian masih banyak waktu untuk mereka jalan- jalan.

"Huaaa Mall aku datang" Teriak Seli setelah sampai di depan Mall.

"Padahal bajunya banyak yang gak kepake tapi masih tetep aja beli terus ngabisin duit" Adel kini menggeleng -gelengkn kepalanya sekarang ia membuka suara setelah sekian lama ia hanyak menyimak haha.

"Anak orang kaya Ul" balas Ikbal.

Mereka ber empat berjalan masuk ke dalm mall mengikuti Seli yang sudah tak terlihat karena memang tidak punya rasa sabar.

Sesampainya di dalam mall, Seli sudah memegang beberapa baju yang akan ia beli. Type baju yang Seli pilih tentunya bukan sembarang baju.

"Mau beli apa?" Tanya Leon kepada Laur yang sedari tadi hanya berjalan tanpa memilih satu barang pun.

"Gak ada yang tertarik" jawabnya singkat .Leon hanya mangut- mangut. Sekarang mereka tengah berduaan karena memang Adel dan Ikbal menemanu Seli yang berbelanja.

Tanpa memperdulikan Laura, Leon melangkahkan kakinya cepat menuju tempat sesuatu, Laura juga terheran mau kemana dia sebenarnya? Tapi yasudahlh.

Leon kembali ke hadapan Laura dengan membawa sesuatu benda "Nih buat lo" Leon menyodorkan sebuah boneka berukuran agak besar kehadapan Laura.

"Buat gue?" Tanya Laura memastikan.

"Buat bang Faris. Ya buat lo lah" kekeh Leon. Laura, menerima boneka tersebut dari tangan Leon.

"Lo suka nggak" Tanya nya lagi.

"Suka. apalagi warna pink kesukaan gue iii" Laura bertingkah selayaknya anak kecil yang mendapatkan premen.

Lagi dan lagi hal itu tentunya membuat Leon gemas bukan maen. Rasanya ingin sekali ia mencubit pipi gemas milik Laura itu tapi mungkin sayangnya tidak bisa. Bisa- bisa si empunya marah.

"Bagus klo lo suka" Leon tersenyum tulus.

"Lo tau nggk kayanya cinta gue ke lu udah mau mencapai satu persen."

"Baru mau?" Leon memastikan.

"Hoo" Laura mengangguk.

"Baru mau kan? Belum, jadi satu persen?"

"Iya tapi gue usahain ko" ucp Laura tersenyum.

"Kalau gitu gue, bakalan beliin lo boneka tiap hari biar cinta lo ke gue bisa nambah tiap hari."

"A**r kga gitu juga". Laura menoyor kepala Leon. Leon hanya terkekeh.

"Guys pulang yuk gue cape" Teriak Seli kepada Laura dan Leon dengan membawa beberapa tas baju.

Mereka berdua mengangguk lalu keluar dari mall, lalu masuk ke dalam mobil, mobil pun melaju meninggalkan mall yang barusan mereka masuki.

*****

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!