Tunangan 1

*****

"Bunda i'm pulang" teriak Laura saat sudah membuka pintu di temani Leon dan juga Ikbal di belakangnya.

Perasaan Ikbal sekarang campur aduk, antara malu dan juga takut sama kedua orang tua Laura. Ia bukan siapa- siapa mana mungkin kedua orang tua Laura bisa mengizinkannya tinggal di sana.

"Hey, sayang. Udah pulang?" Tanya Dewina basa- basi karena kalau belum pulang mana mungkin Laura akan ada di sini.

"Udah dong Bun."

"Lho kok bisa sama Leon? sama Ikbal pula?" tanya dewina lagi.

"Aku ketemu dia di depan rumah, terus dia ngintilin aku. Aku udah bilang gak boleh juga tetep dia ikut" jelas Laura dengan bibi kecut "kalau sama Ikbal aku ketemu di pinggur jalan ma, dia bawa koper lagi. Jadinya aku bawa kesini" tambahnya.

Dewina hanya mangut -mangut "Eh, Ikbal ngomong- ngomong gimana kabar kamu? Udah lama kamu gak pernah main ke sini kemana aja?

Ikbal tersenyum "Baik kok tante" jawab nya.

"Bun, aku mau ngomong sesuatu sama Bunda?"

"Ngomong apa Laura?" tanya Dewina.

"Bang Faris mana" Tanya Laura balik.

"Gue di sini" jawab Faris yang merasa namanya di panggil.

"Oke udah pada kumpul tapi Ayah mana?"

"Masih belum pulang kerja, emangnya kamu mau ngomong apa" tanya Dewina balik.

Perasaan Ikbal makin tidak karuan keringat panas dingin menyeruak di sekujur tubuhnya. Meskipun Laur belum mengucapkan apapun tetapi perasaanya sangat tenang.

"Jadi gini Bun, Bang. Laura mau minta ijin kalo Ikbal mau tinggal di sini boleh nggak?" Laura menggigit bibir bawahnya kuat ia takut kalau abangnya marah.

"Kamu serius?" Tanya dewina memastikan.

"I-iya Bun" jawab Laura gelagapan.

"Kalo Bunda sama Ayah pasti seneng banget dong. Ikbal juga udah Bunda anggep sebagai anak Bunda" ucap Dewina.

"Yuhuu, ada temen gelud di rumah" ucap Faris kegirangan.

"Lo beneran bang?" Laura memastikan lagi.

"Gue serius, gue seneng."

"Makasih ya Bun, Bang" ucap Laura. mereka tersenyum.

"Jangan seneng dulu. Tanya sama Ikbalnya mau nggak" ucap Dewina.

"Lo mau kan Bal?"

Ikbal mengangguk canggung, perasaannya yang awalnya tidak enak kini kembali membaik "kalo tante sama Faris ngijinin Ikbal mau.

"Jelas boleh dong, tente seneng". Ikbal mengangguk sekali lalu tersenyum sebagi jawaban.

"Lo gak cemburu kan Leon?" Goda Faris kepada calon adik iparnya itu.

"Saelah ngapain cemburu Bang" jawabnya enteng.

"Gue tiap hari ketemu Ikbal lho, kok lo gak cembuu? Emang kayanya lo gak cinta beneran sama gue ya" Celetuk Laura berusaha menggoda Leon juga.

"Iya iya gue cemburu" ucapnya malas "kepaksa" tambahnya dengan nada pelan.

"Ehh kok kepaksa, cemburunya gak iklasah gak seru" ucap Laura cemberut dengan tangan bersedekap dada.

"Gue serius kok, Bal lu jangan nusuk gue dari belakang ya. Awas aja kalo berani gue tusuk lo dari samping biar tau rasa lo" ancam Leon menunjuk Ikbal.

"Gue gak bakal ambil Laura, gue sayang sama dia cuma sebatas adek kok. Lo gak usah berpikiran macem macem."

"Yaya gue pegang kata- kata lo. Gue cuma mau lo jagain Laura di sini jangan sampai dia kenapa napa" titipnya.

"Lo gak percaya sama gue?" Tanya Faris. Ia tak terima dengan ucapan Leon yang seakan tidak percaya dengan Faris.

"Bukan gitu Bang, gue juga nitip Laura ke lo. Jagain dia ya.

"Tenang aja kali gak bakalan ada apa apa" ucap Laura.

"Iya Leon Om Reza juga bakalan jaga Laura. Kamu gak usah khawatir" ucap Dewina.

"Iya tente. Pokonya gue mohon sama kalian berdua jagain Laura di manapun itu" amanat nya sekali lagi "kalo gitu gue pamit. Tante aku pulang ya" Leon menyalami tangan ibunda Laura.

Leon pun melenggang pergi dari hadapan mereka.

"Bang, anter Ikbal ke kamarnya ya" pinta Dewina.

Faris mengangguk, ia berdiri dari duduknya lalu berjalan menuju kamar tamu yang akan di tempati Ikbal nantinya. Dengan senang hati Ikbal mengikuti Faris dari belakang dengan membawa dua koper besar yang berisi baju nya.

"Nih kamar lo, yang betah bro" Ucap Faris.

"Thank Ul."

"Gue tinggal ya" ucap Faris setelah menunjukkan kamar untuk Ikbal tempati " Satu lagi" Ikbal mengerutkan dahinya petanda ia sedang bertanya "Kapan- kapan kita gelud, biar gue gak suntuk di rumah" ucap Faris lalu pergi dari hadapan Ikbal. Ikbal hanya menggeleng -gelengkan kepalanya.

°°°°°°°°°°

Jam menunjukan pukul 23.07,itu adalah jam dimana semua orang sedang enak -enaknya terlelap dalam tidurnya. Tetapi berbed dengan Laura, Laura sama sekali belum bisa tidur. Sedari tadi ia terus bergulat dengan pikirannya.

Laura mengingat apa yang di ucapkan Reza tadi saat makan- malam di meja makan.

Flashback

Reza sudah mengetahu kalau Ikbal akan tinggal di rumahnya, ia tidak merasa keberatan dengan adanya Ikbal. Justru hal itu membuat Reza senang menurutnya rumahnya akan terlihat lebih ramai lagi.

"Queenza" Panggil Reza. Ia berhenti sejenak melalukan aktivitas memasukan nasi kedalam mulutnya itu.

Laura menoleh sambil memasukan sendok yang berisi nasi kedalam mulutnya "Iya Yah?"

"Tadi Ayah sudah bicara sama om Angga acara pertunangan kamu sama Leon akan di laksanakan besok" ucap Reza menjelaskan.

Secara tiba -tiba Laura tersedak oleh makanannya, Faris memberikan minum kepada Laura. Dan Laura pun langsung meminumnya.

Laura menelan ludahnya susah payah "Apa itu nggak terlalu cepet?"

"Nggak. Kalo tunangan dulu gak papa kan" tanya Reza.

"Yah tapi--"

"Nggak langsung nikah juga kan? Jadi gak usah ngebantah" serobot Faris.

Laura yang mendengar ucapan Faris itupun sontak berdiri dan pergi meninggalkan mereka. Ia langsung menaiki tangga yang di atasnya terdapat kamar miliknya.

Ikbal yang menyaksikan itu tidak bisa berkata kata. Itu urusan mereka ia tidak boleh ikut campur menurutnya.

Flashback off

Laura sungguh tidak bisa tidur untuk saat ini, ia berisiatif untuk menghampiri Ikbal di kamarnya. Jujur ia sekarang benar -benar sedang butuh tempat yang nyaman untuk di jadikan tempat curhat. Dan menurutnya satu satunya tempat itu adalah Ikbal.

TOK TOK TOK

Laura mengetuk pintu kamar Ikbal. Tanpa menunggu lama Ikbal pun langsung membuka nya.

Kenapa? kok belum tidur tanya Ikbal.

"Belum bisa. Mau apa?" tanyanya tanpa mau basa -basi lagi.

"Mau ngomong bentar sama lo" ucap Laura lalu berjalan terlebih dahulu ke arah luar. Dengan senang hati Ikbal mengikuti kemana mau Laura.

Laura membawa Ikbal ke taman kecil milik rumahnya. Menurutnya disana sangatlah tenang dan juga agar lebih leluasa untuk bercerita. Satu hal lagi, kalau Laura membawa Ikbal untuk mendengarkan ceritanya di ruang tengah itu sangat tidak mungkin. Karena bisa saja membangunkan jedua orang tuanya akibat suara ung mereka bunyikan.

"Hmm apa?" Ikbal membuka pembicaraan.

"Soal tunangan" ucapnya to the point.

*****

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!