"Udah gak papa" ucapnya agar Laura tidak merasakan rasa bersalah "Lo mau gue cepet sembuh gak?" tanya Leon, berharap Laura menyetujui ucapannya.
Laura mengangguk "Mau."
"Tau caranya?" tanya Leon lagi. Laura menggeleng kuat.
"Sini" Titah Leon kepada Laura.
Laura dengan segera menuruti perintah Leon agar mendekatkan wajahnya kepada Leon atau lebih tepatnua telinga.
"Jangan pernah nangis gue nggak suka itu, jangan sedih juga" ucap Leon berbisik di telinga Laura.
Laura menjauhkan kepalanya dari Leon "Siap bos" Laura menggerakkan tangannya petanda ia hormat.
"Pipi lo lebam sini, gue obatin juga" pinta Leon.
"Gak usah lagian cuma kaya gini" jawabnya.
"Eum, yaudah sini lagi" titah Leon lagi.
"Kenapa" Laura mengerutkan keningnya.
"Sini dulu."
Dengan segera Leon mendekatkan wajahnya ke wajah Leon yang sedang terbaring di atas brankar.
Tidak di sangka sesuatu yang hangat menempel di pipi lebam milik Laura, yah bisa kalian tebak Leon mencium pipi kiri Laura tepat di bagian yang lebam.
"Perfect, biar cepat sembuh" ucap Leon . Di sisi lain wajah Laura memerah dan salah tingkah akibat ulah Leon barusan. Bagaimana bisa Leon melakukan itu, ini kali pertamanya Laura di cium oleh lelaki lain selain Ayah dan Abangnya. Perlu kalian ketahui semenjak Laura berpacaran dengan Bima, Laura tidak pernah mengizinkan Bima untuk mencium atau menyentuh bagian tubuhnya kecuali tangannya.
Laura mencoba menetralkan ekspresi nya, didalam benaknya Leon jangan sampai melihat Laura yang seperti itu. Bisa- bisa reputasinya hancur.
"Apaan sih lo, masa gitu doang langsung sembuh" ucap Laura dengan wajah sedikit di buat garang.
"Mau lebih?" goda Leon.
"Ngaco lo, udah ah Gue mau kekelas bay" Laura langsung pergi keluar dari ruangan UKS tanpa peduli dengan Leon, ia benar- benar di buat gila oleh Leon.
"Weyy tungguin gue napa" teriak Leon saat sudah terduduk di brankar nya.
Aktivitas sekolah di mulai dengan lancar dari mulai pelajaran satu dan istirahat. Di sana istirahat tidak ada perkara lain lagi karena Bima tidak mencari gara- gara untuk jam istirahat kali ini, mungkin karena Bima juga masih merasakan nyeri di sekujur tubuhnya akibat ulah Ikbal yang menghajarnya habis- habisan. Jam pelajaran kedua di mulai hingga selesai dengan lancar juga setelah selesai sekolah mereka memutuskan untuk pulang terlebih dahulu ke rumah masing- masing setelah itu mereka bersepakat untuk kumpul bersama di rumah Laura.
*****
Area halaman rumah milik Laura sudah di penuhi beberapa pemuda. Karena setelah pulang sekolah tadi mereka sudah sepakat untuk berkumpul di rumah Laura atau lebih tepatnya berkumpul untuk menghadiri acara pertunangan Laura dengan Leon. Sudah bisa di pastikan kalau Laura menerima pertunangan itu, jadi Laura memutuskan untuk mengundang kedua temannya dan juga teman -teman Leon yang tentunya di undang oleh Leon sendiri.
"Leon mana an**r kok lama banget" oceh Radit yang sedari tadi sudah sampai terlebih dahulu ke rumah Laura. Meskipun meraka belum pernah ke rumah Laura sebelumnya tetapi mereka mengetahui letak rumah Laura di mana, siapa yang tidak kenal dengan Reza Arbino pengusaha tersukses di jakarta dan beberapa kota lainnya maupun luar negeri.
"Sabar lah namanya juga mau tunangan, ya pasti dandan dulu biar perfect, bahkan mandinya juga bisa sampe sepuluh jam" balas Ria adik dari Rio itu.
Mereka kini sedang duduk di kursi yang sudah di rancang rapi dan di sediakan untuk para tamu yang menghadiri acara pertunangan Laura dan Leon. Kedua orang tua Laura mengadakan acara pertunangan nya begitu mewah di halaman rumahnya yang begitu luas, bahkan seperti hiasan selayaknya orang yang akan menikah padahal mereka kini hanya akan bertunangan terlebih dahulu. karena mengenal pendidikan yang belum selesai. Laura juga sudah melarang Reza supaya tidak mengadakan acara besar besaran namun Reza tetap kekeh dengan pendiriannya.
"Sepuluh jam pala lo, dari pulang sekolah tadi ini baru tiga jam. mana ada sepuluh jam" serka Radit sambil mengambil makanan di meja depannya.
Mereka kini hanya bertiga saja karena Seli dan Adel tengah membantu Laura merias wajah dan juga tubuhnya agar terlihat sempurna dan tentunya cantik saat acara berlangsung. Bukannya tidak mau mengajak Ria untuk ikut dengan Laura, namun Ria sendiri yang menolak karena menurutnya ia tidak bisa merias atau apapun itu, karena memang Ria adalah gadis yang tomboy. Jarang sekali bagi Ria untuk berdandan, bukan jarang lagi tapi bisa di bilang gak pernah sama sekali.
"Iya juga sih haha" Ria tertawa renyah.
"Berisik" Oceh Rio dengan nada judes dan muka datarnya itu.
"Kalo gak mau berisik lo pulang aja sono, ini kan acara mana mungkin bisa tenang" balas Ria kepada kakaknya itu.
Rio menatap tajam sang adik "Diem lo."
"Untung kakak gue, kalo bukan udah gue hajar" ucap Ria yang tidak paham dengan sikap kakaknya itu. Ria dan juga Rio sudah di ajarkan bela diri sejak kecil orang ayahnya namun naasnya kedua orang tua mereka kecelakaan dan harus rela menutupkan matanya saat itu juga.
"Ini acara kalau lo inget" ucap Rio masih dengan wajah datar.
"Gue penasaran dah, kan kalian tinggal berdua di rumah. Trus kalo kalian lagi berdua di rumah kaya gimana? Masih debat kaya sekarang ini?" Tanya Radit yang terheran dengan dua sejoli itu.
"Saling makan" jawab Rio asal.
"Buset serem juga" Radut terkaget.
"Hallo gays" teriak Seli saat keluar dari rumah Laura bersama Adel dan tentunya bersama sang pemilik rumah juga.
Mereka menoleh ke arah dimana Seli berada. Ria dan Radif ternganga lebih melihat betapa cantiknya Laura untuk sekarang ini. Dengan dress cantik berwarna putih se betis dan di bagian tangan hanya sepundak. Tak lupa juga dengan rambut, rambut Laura di gulung rapi dan hanya menyisakan beberapa helai di bagian bawahnya membuat nya terlihat sangat sangat luar biasa untuk malam ini.
"An*ir cantik banget gila" puji Radit kepada Laura.
"Iya dong orang gue yang bantu dandanin pasti catik" ucap Seli dengan bangga.
"Ekhem gue juga kali" ucap Adel sedikit tidak terima dengan ucapan Seli barusan. Yang seenak jidatnya mengakui kalau itu hanya Seli saja yang mengerjakan.
"Mau siapapun itu gue gak peduli, cantik banget an*ir" Radit tak henti -hentinya mengucapkan kata itu.
"Dia tunangan sahabat lo" ucap Rio.
"Yelah gue juga tau" balas Radit.
Entah kenapa sedari tadi Laura hanya diam saja, entah apa yang dia pikirkan. Apa dia masih belum menerima pertunangan ini dengan sepenuh hatinya?
"Kenapa La?" tanya Adel yang menyadari kalau Laura hanya diam saja.
"Pasti nyariin Leon iya nggak" Radit menggoda Laura membuat Ria dan Seli tentunya juga ikut ikutan menggodanya.
"Nggak sih, kalo misalnya dia gak datang gue gak papa malah seneng" ucapnya asal membuat keempat sahabtnya melotot terkecuali Rio.
"Eh mulut lo" ucap Ria marah.
"Kenapa?"
"Sebelah sini rame banget, lagi ngomongin gue ya?" ucap Faris yang baru saja datang bersama Ikbal. Perlu di ketahui Ikbal dan Faris menjadi sangat dekat setelah Ikbal memutuskan untuk menerima tawaran Laura untuk tinggal di rumahnya.
"Siapa" tanya Ria kepada Seli.
"Abangnya Laura" jawab Seli.
"Owh" Ria membulatkan mulutnya lalu berdiri dari duduknya "Hehh, pede banget lo mau di omongin sama kita" lanjutnya berkacak pinggang.
Faris terbelalak kaget "Aish buset, gue baru tau kalo lo punya temen modelan kek gini La."
"Heh maksud lo apa?" ucap Ria tak terima.
"Lo siapa sih, gue gak kenal lo. Kok bisa masuk sini" Faris terbingung.
"Gue---" ucapan Ria terjeda.
"Diem Leon datang" ucap Rio melerai pertikaian.
Laura semakin di buat tak karuan mendengar Leo yang sudah datang, jantungnya berdetak kencang.
Kedatangan Leon di sambut hangat oleh keluarga Laura dan juga Faris tak lupa dengan Ikbal, ia juga ikut menyambut kedatangan Leon.
Tepat di hadapan Laura, Leon terbengong melihat Rara yang sekarang ini, seperti bukan Rara? Ya tentu saja Rara saat ini benar- benar membuat siapapun yang melihatnya akan pangling. Leon tak berkedip "Pengen terbang gak ada roket" Ucap Leon dalam hati. Dan langsung seperti orang pingsan kebelakang, untung saja di belakangnya ada Radit jadi dengan sigap Radit menahan tubuh Leon. Walau beratnya melebihi berat badannya tapi ia berusaha sekuat tenaga.
"Mau jatoh bareng?" ucap Radit yang sudah tidak kuat menahan tubuh Leon. Dengan segera Leon berdiri seperti semula, ia membenarkan jas hitamnya yang agak kusut akibat barusan.
"Gak usah alay gue tau gue cantik" Ucap Laura dengan bangganya.
"Acaranya di mulai bentar lagi" Kata Reza kepada kedua anaknya. Iya anak, anak dan calon anaknya wkwk.
Di sisi lain ada dua orang berpakaian serba hitam sedang mengawasi acara mereka, tak lupa mereka memakai bab yang menutupi mulut dan kupluk jaket yang menutupi kepala mereka dan hanya menampakan dua bola matanya saja.
Salah satu dari mereka merogoh saku kantong celananya dan mengambil benda gepeng di dalamnya.
"Hallo bos, mereka mengadakan acara pertunangan Leon dengan Laura di halaman rumah milik Laura" ucap seseorang itu kepada bosnya di seberang sana.
//"Bagaimana acaranya?" tanya pria yang di sebut bos oleh seseorang tersebut.
"Di adakan besar- besaran dan juga sangat mewah."
//"Silahkan bahagia terlebih dahulu sebelum kalian berdua hancur" kata orang yang di panggil bos oleh mereka dengan nada tajam.
"Lalu harus bagaimana kami sekarag?" kini giliran mereka yang bertanya.
//"Terus pantau, dan jangan bikin ulah apapun" larang bos tersebut kepada anak buahnya.
"Baik" ucapnya menerima perintah lalu kembali memperhatikan sebuah acara itu.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments